Lima

704 60 8
                                    

Jisoo membuka matanya perlahan. Orang pertama yang dia lihat adalah Taehyung. Namja itu sedang tertidur pulas di sampingnya.

"Tae..." Suara lirih Jisoo membangunkan Taehyung. Sebuah senyuman keluar dari sudut bibir Jisoo.

"Kau sudah bangun. Apa kepalamu masih sakit?" Taehyung memegang kepala Jisoo. Lalu segera tersenyum lebar. "Kau luar biasa" Taehyung mengajukan jempolnya kepada Jisoo. Jisoo tersenyum mendengar perkataan Taehyung.

"Terimakasih karena telah menolongku" Jisoo kembali tersenyum. Taehyung mengusap kepala Jisoo dengan lembut.

Disisi lain terlihat Suho yang menatap Jisoo dari luar. Tatapannya penuh dengan kekesalan namun di balik itu ia merasa bahwa ada yang aneh pada hatinya. Ia segera meninggalkan jisoo dan Taehyung.

Jisoo mendudukkan dirinya lalu kemudian mengambil hp nya sesudah  Taehyung pergi ke kamar mandi. Ia melihat jam pada layar hp nya. Ia seketika teringat dengan rose. Betapa bodohnya ia. Ia segera melepas jarum pada tangannya.

Taehyung yang baru kembali dari kamar mandi melihat jisoo yang buru buru ingin pergi. Tubuh jisoo bahkan belum cukup kuat untuk sekedar berdiri namun ia memaksakan dirinya dan ia pun berakhir dengan jatuh di lantai.

"Jisoo apa yang kau lakukan?!" Taehyung segera membantu Jisoo untuk berdiri.

"Aku harus pergi. Ada yang harus ku lakukan. Tolong antar aku ke depan rumah sakit. Kumohon"

"Kau tidak bisa pergi sekarang Jisoo. Aku tidak ingin mengantar mu. Kau harus beristirahat sekarang" Taehyung masih membantu Jisoo untuk berdiri.

"Kumohon Taehyung aku harus pergi! Jika kau tidak mau membantu ku tidak apa apa tapi jangan mengikuti ku!!"
Jisoo menghempaskan tangan Taehyung dari pundaknya. Lalu segera berlari kecil di sepanjang koridor. Tatapan Taehyung kosong. Apa yang membuat wanita itu harus pergi bahkan saat situasinya seperti ini.
.
.
.
.
.
Rose memasuki sebuah apartemen yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat di mana jisoo dirawat. Tatapannya terlihat sedih, takut, dan putus asa.

Sekarang ia malah menyaksikan Jimin sedang meminum alkohol. Sungguh pemandangan yang menjijikan. Bagaimana ia bisa minum minum sedangkan ia di hantui oleh rasa bersalahnya kepada bayi yang dikandungnya.

Mata Jimin dan rose bertemu. Jimin tersenyum remeh ketika melihat Rose yang menatap nya dengan harapan.

"Apa yang kau lakukan di sini!?" Tanya Jimin sambil berjalan ke arah Rose. Rose hanya bisa diam dan menunduk takut namja itu akan melakukan hal aneh kepadanya.

"Kenapa kau tidak menjawab!" Jimin menaikan volume suaranya. Membuat jantung Rose berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ada yang harus ku bilang. Tapi sepertinya kau tidak akan mau mendengarkannya sekarang"

"Katakan! Apa yang ingin kau katakan. Cepat sebelum aku habisan kesabaran" Jimin menatap yeoja itu dengan hina.

"Aku hamil!!" Rose menaikkan volume suaranya, lalu menatap Jimin dengan tatapan sayu.

"Hamil katamu? Cihh.. kita bahkan hanya melakukanya sekali. Bagaimana b bisa kau hamil" Jimin mencengkeram wajah Rose membuat ia dapat melihat butiran air pada mata yeoja itu.

"Tapi ini anakmu Jimin. Bagaimanapun kau harus bertanggung jawab. Aku tidak ingin menanggung aib ini sendirian. Kau tau kan aku hanya melakukan hubungan itu denganmu saja" Rose menangis tanpa henti berharap Jimin dapat menerima janin dalam perut nya. Namun bukanya rasa iba yang ia dapatkan.Ia malah di dorong oleh Jimin hingga membentur dinding dengan keras.

"Kau kira aku akan percaya dengan kata kata mu. Kau sama saja seperti jalang. Jadi jangan membuat  alasan alasan yang tidak masuk akal, aku tidak mau bertanggung jawab"

"Aku bukan jalang. Park Jimin sebaiknya kau bertanggung jawab. Atau aku akan melaporkanmu kepada ayahmu" wajah Jimin berubah  menjadi dingin. Ia menarik rambut Rose dengan kuat lalu menamparnya berulang kali.

"Katakan! Katakan sekali lagi!! Berani beraninya kau mengancam ku. Aku bisa saja menghabisi mu sekarang juga, jika aku mau"

"ROSEE!!" seorang yeoja datang membuka pintu apartemen Jimin dengan keras. Membuat namja itu menghentikan pukulannya pada wajah Rose yang telah lebam.

"Siapa kau berani  masuk apartemen ku dengan lancangnya" Jimin menatap Jisoo dengan tatapan mengintimidasi. Jisoo tidak menghiraukan perkataan Jimin. Ia malah sibuk melihat sekitar nya. Berusaha mencari sosok yang ia cari.

"Yak! Kau tidak menjawab ku, ka-!" Jisoo menatap Jimin dengan dingin membuat namja itu tidak melanjutkan perkataannya.

Jisoo menemukan rose yang sedang menutupi wajahnya di balik lututnya. Jisoo dengan cepat berlari kearahnya lalu segera memeluk Rose dengan hangat. Rose hanya diam, namun suara tangis yang keluar dari mulutnya cukup menandakan bahwa ia tersiksa.

Tatapan Jisoo kemudian berpindah kepada Jimin. Yeoja itu menatapnya dengan dingin.

"Apa yang kau lakukan kepada Rose?!!" Teriak Jisoo kepada Jimin. Membuat namja itu marah ia tidak suka saat orang berbicara dengan nada tinggi kepadanya. Ia berjalan ke arah Jisoo lalu mendorong tubuh Jisoo hingga membentur meja. Pandangan Jisoo kabur, namun ia berusaha menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Jimin hentikan!" Teriak Rose berusaha menolong Jisoo. Namun sayangnya usahanya nihil. Jimin mendorong tubuh Rose hingga jatuh lalu menampar wajahnya hingga darah keluar dari sudut bibir Rose.

Jisoo hanya bisa menatap Rose. Ia hanya bisa berdiri lemah. Berusaha menahan rasa sakit pada kepalanya. Ia berusaha berjalan ke arah jimin setidaknya untuk bisa menahan tangannya agar tidak memukul Rose.

Namun nihil usahanya sia sia. Sekarang ia malah terjatuh ke lantai. Tapi syukurnya Jimin menghentikan pukulan kepada Rose saat melihat Jisoo duduk tidak jauh dari tempat dia berdiri.

Ia tersenyum remeh ke arah Jisoo. Lalu segera menghampiri Jisoo tangannya mengepal siap siap menampar wajah Jisoo.

Jimin menarik kerah baju Jisoo lalu sedetik kemudian menampar wajah Jisoo dengan keras. Pandangan Jisoo semakin kabur. Ia merasakan pening yang luar biasa pada kepalnya.

Jimin mengambil pisau yang berada dekat dengan Jisoo. Ia berfikir untuk merobek mulut yeoja itu.

Brakkkk

Seorang namja datang dengan nafas yang tidak beraturan. Pandangannya tertuju pada sosok yang duduk lemah di depannya. Siapa lagi kalau bukan Jisoo.

Namja itu kemudian sadar dengan keberadaan Jimin. Namja itu memukul pipi Jimin dengan keras hingga sudut bibir Jimin mengeluarkan darah segar. Baru saja namja itu ingin memukul Jimin .

"Sehun.." lirih Jisoo. Sesaat itu kemudian Jisoo tidak sadarkan diri.

Sehun mendorong tubuh Jimin lalu berlari ke arah Jisoo. Luka pada kepalanya kembali terbuka. Membuat darah bercucuran dengan deras.

Di sisi lain Jimin melarikan diri. Sehun mengedarkan pandanganya dan menemukan Rose yang duduk terdiam. Ia lalu menghampiri Rose.

"Panggil ambulance" teriak Sehun kepada Rose. Membuyarkan lamunannya. Dengan cepat rose memangil ambulance.

Happy reading 😊😊
Sorry lama update
Vote and comment biar semangat
See U💕

FAKE LOVE ???? ( TAEHYUNG X SUHO X JISOO X SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang