Enam

673 55 3
                                    

Jisoo membuka matanya secara perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Kepalanya masih terasa pening pandangannya juga masih kabur.

"Jisoo kau sudah bangun" Lisa menampakan dirinya di depan Jisoo. Ia terlihat khawatir. Andai saja ia Manusia, dapat Jisoo pastikan ia pasti sekarang telah memeluk Jisoo dengan erat.

"Kau membuatku khawatir Jisoo" Jisoo hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Lisa.

"Jisoo bagaimana keadaan mu apa ada yang sakit" Lisa melihat tubuh Jisoo yang terbaring lemah dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Aku baik baik saja. Dimana Rose?" Jisoo melihat sekitarnya. Berusaha mencari Rose. Tapi sayangnya ia tidak menemukannya.

"Dia baru saja pulang. Semalaman dia menunggu mu sambil menangis." Jisoo hanya mendengar kan Lisa.

Perasaannya tidak enak bukanya membatu Rose dia malah membuat Rose kehilangan Jimin. Mungkin sekarang perasaan Rose  hancur, ia tidak tau harus menceritakan masalahnya kepada siapa. Di tambah lagi janin yang di kandungannya telah kehilangan ayahnya.

"Lisa... Apa aku melakukan hal yang salah?" Baru saja Lisa ingin menjawab pintu kamar Jisoo telah terbuka menampilkan sosok pria yang menolongnya. Siapa lagi selain Sehun, pria itu yang menatapnya dingin.

Sehun berjalan ke arah Jisoo dan duduk tepat di samping Jisoo.

"Terimakasih" ucap Jisoo lirih. Dia  melihat Sehun untuk melihat reaksinya.  Mungkin kalau pria ini tidak datang menolong, ia pasti telah tidak ada.

"Hmm.. Apa dia yang memukuli semalam?" Sehun membuka layar hp lalu menunjukan sebuah Foto kepada Jisoo. Foto itu adalah foto Jimin.

"Itu foto Jimin. Dari mana kau dapat fotonya" Ingatan tentang  Jimin kembali  ke dalam pikirannya. Harus ia akui ia sedikit trauma jika melihat wajah pria itu.

"Polisi sedang mencari nya.jadi kau tidak perlu takut" Jisoo hanya bisa mengangguk lalu tersenyum tipis untuk menunjukan rasa terimakasihnya.

"terimakasih karena telah menolong ku. Tapi lebih baik kau tidak usah peduli tentang keselamatan ku untuk seterusnya. Aku bisa menjaga diriku sendiri" Sehun menatap Jisoo dingin. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan wanita itu. Seharusnya dia bersyukur Sehun masih membantunya. Tapi dia malah menolak nya dengan halus.

"Aku tidak sedang peduli denganmu. Aku  melakukanya karena aku punya rasa manusiawi"

"Baguslah. Setelah ini aku ingin kau pura pura tidak mengenaliku. Dan jangan pernah menolongku lagi" Jisoo membalikan badannya membelakangi Sehun. Berharap Sehun akan segera pergi. Ia tidak ingin menyusahkan pria ini lagi. Di tambah ancaman Irene membuat dia benar-benar takut berada dekat dengan Sehun.

Sehun melangkahkan kakinya untuk pergi dari kamar Jisoo. Pikirannya kacau mendengar perkataan Jisoo. Gadis ini terlalu sulit untuk di pahami.
.
.
.
.
.
Taehyung melihat Jisoo dari balik pintu. Wajah Jisoo terlihat pucat, keringatnya bercucuran membasahi rambutnya. Mungkin dia sedang menahan rasa sakit.

Dia membuka pintu itu membuat Jisoo cepat cepat menutupi keringat nya. Jisoo tersenyum ke arahnya. Membuat Taehyung merasa bersalah karena tidak membantu Jisoo waktu itu.

"Taehyung apa yang kau lakukan di sini?" Jisoo mendudukkan dirinya di bantu oleh Taehyung. Tatapan mereka bertemu.

"Hanya ingin melihat mu" Jisoo menunduk malu. Baru kali ini ada orang perhatian kepadanya. Itu membuat Jisoo merasa nyaman walau hanya untuk sementara. Mungkin suatu saat sikap Taehyung akan berubah saat tau siapa dia sebenarnya.

"Cihh... Bohong" gumam Jisoo yang terdengar oleh Taehyung. Taehyung hanya tersenyum geli melihat ekspresi Jisoo.

"Bagaimana keadaan mu apa ada yang sakit?" Taehyung memegang kepala lalu mengelus nya. Sama seperti yang dia lakukan dulu.

"Ada disini" Jisoo menunjuk dadanya sambil tersenyum. Membuat Taehyung tertawa. Sikap lugu Jisoo inilah yang membuat dia tidak bisa mengalihkan pandanganya dari gadis itu.

"Kenapa apa aku salah berbicara" Jisoo mengerucut kan bibirnya. Tanpa sadar Taehyung mencubit pipi Jisoo sambil tersenyum. Detak jantung Jisoo bergerak lebih cepat.

Jisoo hanya tersenyum membalas perlakuan Taehyung. Baru kali ini ia biasa berbicara dengan santai kepada orang.

"Taehyung aku bosan. Bagaimana kalau kita berjalan jalan." Taehyung menggeleng kan kepalanya menolak ajakan Jisoo. Ia tau fisik Jisoo belum cukup kuat.

"Tidak. Ku harus beristirahat. Liat ini" Taehyung menekan kepala Jisoo membuat si empunya kesakitan.

"sakit!" Jisoo memukul lengan Taehyung.

"Bagaimana kalau kita makan. Tadi aku bawa buah. Kau butuh energi untuk memukuli ku lagi" Jisoo melirik ke arah kantong plastik yang tadi dibawa oleh Taehyung.

"Baiklah"

"Buah apa yang kau mau?" Taehyung sibuk membuka plastik yang di bawanya. Jisoo hanya bisa melihat nya dari jauh. Taehyung pasti melarang nya membantu nya.

"Apa saja"

"Mau ang-" ucapan Taehyung berhenti saat pintu terbuka dan menampilkan sosok Suho. Tatapan Suho tajam ke arah Jisoo. Tangannya mengepal siap untuk melukai gadis itu.

Tatapan Jisoo dan Suho bertemu. Bedan Jisoo terasa panas karena takut dengan pria yang di depannya. Suho berjalan ke arahnya dengan langkah cepat.

Jantung Jisoo berdetak dengan cepat. Keringat mulai bercucuran dari sisi wajahnya. Dengan cepat Taehyung berjalan ke arah Jisoo untuk melindungi gadis itu dari Suho.

"Menjauh" Suho mendorong tubuh Taehyung yang menghalangi nya. Tubuh Taehyung terjatuh ke lantai. Jisoo hanya bisa menatap Taehyung dari kejauhan berharap pria itu bangun dan membantu nya pergi dari sini.

Taehyung mendorong tubuh Suho. Tatapannya dingin. Amarahnya memuncak tangannya siap untuk memukul wajah Suho.

"Brengsek" Taehyung memukul pipi kanan Suho. Darah keluar pada sudut bibir Suho.

"Suho hentikan!" Teriak Jisoo saat Suho ingin membalas pukulan Taehyung. Mata Suho beralih ke arah Jisoo.

"Siapa kau berani mengaturku!" Suho mencengkram pipi Jisoo dengan kuat membuat Jisoo kesakitan.

"Brengsek. Kau pikir karena aku perempuan aku akan terus menurut padam. Kau hanya berani melawan orang yang lemah. kau sama saja seperti sampah" Jisoo melepaskan cengkraman tangan Suho.

"Kenapa kau selalu mencari perhatian? Apa perhatian dari orang membuat senang!" Lanjut Jisoo. Rahang Suho mengeras menahan amarah.

"Mencari perhatian katamu. Seharusnya kau sadar siapa yang selalu mencari perhatian dengan pura pura baik kepada semua orang. Kau hanya ingin di pandang baik di mata orang. Tapi sebenarnya hati mu jauh lebih busuk daribangkai" Suho melirik ke arah Taehyung lalu lalu tersenyum remeh ke arahnya.

"Liat sekarang, kau sudah menjadi jalang. Berapa banyak pria yang kau rayu dalam satu hari. Apa itu cukup memberi keluarga mu makan"

Plakk

Tangan Jisoo mendarat di pipi Suho. Mata Jisoo memerah. Dia menatap Suho dengan benci.

"Sebaiknya kau menjaga perkataan mu. Mulutmu yang hina itu bahkan tidak pantas menyebut namaku" Jisoo mendorong Suho untuk menjauh dari hadapannya.

"Jangan pernah mengganggu ku lagi. Ke sabaran ku bisa habis. Aku bosan mendengan ocehan mu yang tidak berguna. Seharusnya kau sadar kau tidak bisa menjadi apa apa jika bukan karena harta orang tuamu. Kau selalu bangga dengan harta yang bahkan tidak punya mu. Kau pikir aku akan berdiam diri sekarang. Aku akan melawan mu. Orang seperti mu tidak pantas untuk bahagia. Keluar atau akan memanggil polisi!!"

Suho tertawa remeh. Lalu menunjang tempat tidur Jisoo.

"Aku ku buat kau menyesal karena menghinaku"

Ia pergi dengan langkah cepat dan membanting pintu kamar Jisoo. Taehyung mendekati Jisoo dan memeluknya.

Happy Reading 😊😊
Vote and Comment 😊💕
Biar author tambah semangat💕💕

FAKE LOVE ???? ( TAEHYUNG X SUHO X JISOO X SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang