"Hai!"
Tanpa ekspresi kaget,ia mendongak keatas. Setelah memastikan tidak ada ekspresi kesal, aku duduk disampingnya.
"Kenapa ngga ikutan?!" tanyaku mengawali pembicaraan.
"Ngga suka" jawabnya singkat.
"Kenapa?"
Ia menatapku sebentar, untuk kemudian mengangkat kedua bahunya dan melengos ke lawan arah.
Aku diam, tak ingin mengawali pembicaraan lagi. Arif juga diam, tak ada kepekaan sedikitpun.
Hening, hanya diantara kita, dilapangan tidak! Arif tiba-tiba berdiri dan masuk kedalam tendanya, ntah apa yang ia lakukan.
Jangan-jangan gue ditinggal tidur lagi?!
Pendapatku salah, ia lalu keluar membawa dua gelas plastik yang telah terisi penuh.
"Nih buat lo!" sambil mengulurkan gelas plastik itu kepadaku.
"Apaan?" tanyaku sebelum menerima minuman itu.
"Ambil! Ngga bahaya kok"
Akupun menerima minuman itu, kemudian Arif kembali duduk disampingku.
Aku hanya memeganginya, mencium dari aromanya, aku tau ini minuman apa, namun aku tak cepat-cepat meminumnya masih tertahan oleh rasa kesalku.
"Minum! Ngga ada racunnya, jangan buat tenaga gue terbuang percuma-cuma" ujarnya dengan intonasi tajam.
Dengan terpaksa aku meminumnya dalam keadaan kesal.
Ngga peka banget si:*
"Makasih cappocinonya" ucapku lalu menyeruputnya kembali.
"Hmm, lo suka?" tanyanya antusias.
"Suka banget!" sahutku kegirangan, karena cappocino membuatku amnesia atas rasa kesal.
"Serius? Gue juga suka, kita samaan" ujarnya dengan senyum merekah.
Jantungku berdetak dua kali lipat, hatiku hampir meleleh melihat senyumnya.
"Hanya kebetulan" sahutku singkat demi memperlambat semburat merah dipipiku.
"Ngga ada yang namanya kebetulan, Tuhan udah rencanain ini semua"
Ia malah membuat suasana begitu dramatis, sedangkan aku susah payah berusaha mengendalikan detak jantungku.
"Kita sahabat?" tanyanya menghadap padaku.
"Eh? I-iya iya, kita sahabat" jawabku gugup.
"Gue rasa lo bakal jadi sahabat baik gue" ujarnya dengan pandangan tak kunjung lepas dari kedua mataku.
Wajar jika kaum hawa banyak yang mendambakannya, ia dingin namun dengan semua perkataannya, siapa sih yang ngga meleleh? Hah?!
Sejauh mata memandang, api semakin mengecil hingga akhirnya merdup.
"Yahhh..."
"Pengen lagi.."
"Yahh udah mati, ngga seru!"
Kurang lebih seperti itu keluhan teman-teman yang dibuat kecewa api padam itu.
"Nah, itu tandanya kalian harus tidur! Udah hampir pukul dua belas malam, jangan sampai kayak kelelawar ngga tidur malam! Cepat! Cepat! Tidur!" perintah Pak Igun.
Murid-muridpun berhamburan meninggalkan lapangan kecil yang lengang bersama gemercik-gemercik api yang tinggal menjadi arang.
Karena mata tidak bisa diajak kompromi, masih banyak orang berlalu lalang membuat minuman hangat, juga ada yang ngobrol ringan.
Aku kemudian berdiri dan berjalan menuju tendaku, sampai disana Savana memandangiku sinis.
"Dia jatah gue!" ujarnya dengan intonasi tinggi, karena letak tendaku dengan tenda milik Arif tak begitu jauh, mungkin sekarang ia juga bisa mendengarnya.
"Ck! Na..gue sama cowok itu cuma kenalan kok, abis itu, ya..ngobrol-ngobrol ringan" jelasku tanpa beban.
"Kalian udah saling temenan?"
"Ya..gitu deh" jawabku singkat sembari menata tasku untuk bantalan.
"Arif udah jadi gebetan gue, jadi lo ngga boleh ikut-ikutan!" cercanya.
"Ngga usah over gitu deh Na! Siapa tadi namanya?" aku kelupaan saat mau melanjutkan berbicara.
"Arif Arvano"
"Iya Arif, gue cuma kenalan Na, ngga ada unsur pdkt kok" lanjutku.
"Emm, aku mau tidur, ngantuk" lanjutku lagi.
Demi menghindari kesalah pahaman ini, aku terpaksa tidur meninggalkan Savana dalam kegelisahan.
Meski sebenarnya, aku belum ngantuk.
Makasih udah luangin waktu:)
![](https://img.wattpad.com/cover/188620543-288-k752731.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino
Teen FictionCover by : @KeyriVelia Arif Arfano,siapasih yang ngga kenal dia? ketua OSIS yang dingin dan suka nongkrong di kantin ditemani es cappucinonya. Mempunyai sahabat yang super hits juga aktivis,tak lain adalah sekretaris OSIS yang bernama Savana Novani...