Setelah kenyang memakan mie, kita membereskan pakaian dan memasukannya ke dalam tas masing-masing, sambil menunggu bis datang.
Berhubung acaranya juga sudah selesai, semua murid berkemas-kemas dan saling membantu membereskan area lapangan. Para guru juga sedang membereskan tendanya dibantu beberapa murid.
Kulihat dari jauh Arif dengan cekatan mengkoordinir anggotanya.
Tak lama kemudian semua murid telah selesai berkemas-kemas, lalu berkumpul membentuk lingkaran kecil, lagi-lagi Savana berada di samping Arif, sengaja. Tak tahu bagaimana batin pak guru, saat ia berbicara panjang lebar disini Savana malah mepet-mepet Arif, dan Arif? Cuek!
Sedikit demi sedikit Savana mulai memiringkan tubuhnya, seperti hendak bersandar ke lengan Arif, ah dasar, modus!
"Arif..!" Panggil pak Igun.
Yeah, sedikit lagi kepala Savana menempel ke lengan Arif, sayang, Ketos itu keburu pergi. Uh, syukur Savana bisa menyeimbangkan diri, kan malu kalo beneran jatuh.
Setelah dipimpin do'a oleh Arif, semua murid berjalan dengan jalan yang masih sama saat pertama datang hingga akhirnya sampai di tempat bis menunggu.
Kita tak saling bincang di tempat duduk, Arif diam, aku pun.
Sampai di sekolahan hari mulai petang, awan berubah kemerah-merahan. Arif tiba-tiba mendekati ku, uh, detak jantungku tak stabil lagi. Akupun berusaha menetralkan dengan menjauhinya.
Auu....
Tali sepatu ku membuat ku terjatuh, lagi-lagi aku menginjaknya, akupun menekuk kaki kananku kebelakang dan mengikat tali sepatu sebelah kiri.
Aku berdiri setelah mengikatnya dengan benar dan kulihat untuk memastikan benar-benar rapi, tapi..
"Kok, yang kanan ngikut lepas?" Tanyaku heran.
Aku melakukan hal yang sama sebelumnya dan mengikat tali sepatu sebelah kanan. Rasanya, seperti ada yang menarik tali sepatu ku sebelah kiri dengan hati-hati, aku segera menoleh kebelakang,
"Arif?!"
"Hoby banget tali sepatunya lepas," ucapnya dengan santai.
"Yang lepasin tuh elo!" Ucapku sebal, "pokoknya gue gak mau tau, lo harus ngiketin tali sepatu gue!" Perintahku.
"Eh? Lo pikir siapa berani nyuruh gue?!"
"Ihh! Kita gak jadi temenan, fix!" Ucapku kemudian melangkah pergi.
Aku tak tahu bagaimana ekspresi Arif setelah aku mengucapkan kata itu, Ck! Paling gak perduli.
Aku pulang menggunakan taxi, sedangkan Savana? Aku tak tahu, terakhir aku melihatnya, ia sedang berbincang dengan teman OSIS nya, toh ia juga naik mobil pribadi.
Sesampainya aku dirumah, tepat setelah aku mandi dan berganti pakaian, handphone ku bergetar dan menyala.
Ar: dasar! Ngambekan!
Ag: siapa?
Ar: kamu.
Ag: eh? Maksudnya ini siapa?
Ar: KETOS.
Ag: kok lo bisa dapat nomor gue?
Ar: dapat ma'af dari lo juga bisa.
Ag: gak nyambung!
Ar: ya disambung aja.
Ag: gak jelas deh.
Ar: jelas, orang gue nyata, kalo lo bilang gak jelas berarti gue ghoib dong.
Ag: emang!
Ar: berarti lo bakal suka sama makhluk ghoib dong.
Ag: gue gak bakal suka sama lo.
Ar: berani taruhan?
Ag: apa?
Ar: kalo sebentar lagi lo suka sama gue.
Ag: gak bakal!
Ar: terserah.
Ag: yaudah.
Ar: selamat tidur
Ag: makasih
Ar: jangan lupa mimpi aku!
Ag: iya.
Ag: Eh, gak jadi!Ar: udah kebaca! Ketahuan mulai suka.
Ag: enggak!
Ar: kalo gue yang suka sama lo?
Ag: gak boleh! Intan suka sama lo!
Ar: eh?!
Ag: gak jadi.
Ar: banyak gak jadinya.
Ag: biarin.
Ar: yaudah.
Aku mematikan handphone ku, berusaha menahan rasa yang tiba-tiba datang demi Savana.
Jujur, sebenarnya aku seneng banget! Bisa chatt an sama si Ketos itu. Meski aku masih sebel.
Makasih sudah luangkan waktu😊
Ma'af typo dimana-mana🙏✌
Comment ya😁
Satu vote dari kalian sangat berharga🌟😇

KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino
Genç KurguCover by : @KeyriVelia Arif Arfano,siapasih yang ngga kenal dia? ketua OSIS yang dingin dan suka nongkrong di kantin ditemani es cappucinonya. Mempunyai sahabat yang super hits juga aktivis,tak lain adalah sekretaris OSIS yang bernama Savana Novani...