LDR (lagi?)

416 11 2
                                    

"Sudah sampai, mbak." Ucapan driver taxi online yang ditumpangi Amanda tidak mampu memecah lamunannya.

Pikiran Amanda menjelajah kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam hidupnya. Mulai dari Kakaknya yang melihat Adam, sang kekasih yang kurang lebih sudah dua tahun menjalin hubungan dengannya dan tadi dia melihat sendiri sosok yang begitu mirip dengan Adam.

"Mbak, sudah sampai."

"Hah? Oh, iya. Makasih ya, mas." tersadar dari lamunannya, Amanda buru-buru mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari dompetnya, menyerahkan uang tersebut kepada driver taxi online yang langsung menyambut uang yang diberikan Amanda.

Pintu mobil berwarna hitam itu kembali tertutup saat Amanda dan Aiza keluar karena mereka sudah kembali ke rumah sedangkan mobil keluaran beberapa tahun yang lalu tersebut langsung pergi, kembali membelah keramaian di jalan.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.. wah.. cucu nenek udah pulang yaa.." Amalia menghampiri Aiza yang berlari kearahnya dan langsung memeluk pinggangnya karena memang postur tubuhnya yang kecil. Amalia mensejajarkan tingginya dengan sang cucu lalu menciumi wajah Aiza yang tentu saja membuat Aiza tertawa geli karena sang nenek yang tak henti menciumi wajahnya.

"Udaahh.." Dengan susah payah Aiza mencoba melepaskan diri dari sang nenek, membuat Amalia mau-tidak mau melepaskan cucunya. Sedangkan Amanda baru masuk ke dalam rumah karena sebelumnya ia merapihkan alas kaki miliknya dan Aiza terlebih dahulu di rak sepatu yang berada di teras. "Nenek, lihat, Ai punya ini."

Amalia memperhatikan Aiza yang kini duduk di atas lantai dan mengeluarkan tiga barang yang tadi dibelikan oleh Amanda, aunty kesayangannya. "Wah.. apa aja ini?" Amalia ikut duduk di hadapan Aiza yang masih sibuk dengan tiga paper bag miliknya.

"Ini baju untuk Ai sama mama dari aunty Nda," Aiza mengeluarkan barang yang tadi disebutnya dari paper bag berwarna merah muda bercorak bunga tulip. Aiza berdiri dengan baju gamis miliknya yang kini ia cocokkan pada tubuhnya sambil berputar memamerkannya pada Amalia. "Cantik kan, Nek?"

Suara kekehan lolos dari mulut Amalia dan Amanda yang melihat tingkah lucu Aiza. "Iya, cucu nenek kan selalu cantik." Amalia menarik tubuh Aiza dan mendudukkan Aiza di pangkuannya, memeluknya sambl menciumi pipi kanan Aiza yang langsung tertawa karena geli.

"Ai, ini punya siapa?" Tawa mereka bertiga-Amalia, Amanda, dan Aiza berhenti seketika saat Rahma datang dari dapur karena terlihat ia masih menggunakan celemek bermotif hello kitty berwarna pink.

Senyum Aiza mengembang lebar, memperlihatkan deretan gigi susunya yang rapih. Dengan gerakan mantap Aiza berdiri dari pangkuan Amalia lalu menunjukkan gamis yang dipegangnya kepada sang mama. "Punya Ai sama mama, dikasih sama aunty Nda."

Mata Rahma langsung tertuju pada Amanda seakan meminta penjelasan. "Kamu yang belikan?"

Amanda tersenyum sambil mengangguk, membuat Rahma ingin protes karena meresa tidak enak dengan adik iparnya yang bahkan baru lulus sekolah menengah atas tapi sudah dibebani dengan keinginan sang anak yang banyak maunnya. "Gak apa-apa ko, kak. Lagian juga hitung-hitung hadiah ulang tahun Aiza yang udah kelewat sebulan yang lalu."

Walaupun tersenyum tapi senyum itu terlihat tidak enak, membuat Amalia ikut menanggapi pembicaraan anak dan memantunya. "Nggak usah merasa nggak enak gitu, lagian juga Amanda bilang nggak apa-apa."

"Tapi kenapa aku juga dibelikan? Padahal aku yakin harga bajunya nggak murah. Lebih baik uangnya untuk beli kebutuhan kamu masuk kuliah."

Amanda berdiri dengan senyum yang masih tersungging, menggenggam tangan kanan Rahma, mengusap punggung tangan itu dengan ibu jarinya. "Karena aku mau dan selagi aku mampu, kenapa enggak?." Baru saja Rahma ingin kembali protes Amanda langsung menggagalkannya lagi. "Aku yang membelikan bukan Ai yang minta, jadi anggap aja hadiah."

Karena-Nya, Dengan Perantara DirimuWhere stories live. Discover now