Cuaca hari ini yang cukup panas berhasil membuat dua orang wanita itu sesekali menyipitkan mata serta mengelap keringat yang terus saja muncul. Minuman dingin yang ada di genggaman keduanya pun belum bisa menghilangkan hawa panas pada tubuh mereka yang kini sedang duduk di sebuah taman universitas yang mereka pilih untuk melanjutkan pendidikan jenjang selanjutnya.
"Duh, kenapa jadi panas juga sih di sini," perempuan berkuncir kuda itu menggerakkan tangannya seakan mengipasi dirinya sendiri yang tentu saja tidak ada hasilnya samasekali.
Perempuan satunya mengangguk tanda setuju. Kondisinyapun tidak jauh berbeda dengan Amanda, muncul keringat di dahi mereka yang besarnya sebesar biji jagung.
Musim kemarau kali ini benar-benar menyiksa mereka. Bahkan sudah lebih dari dua minggu ini daerah tempat tinggal mereka tidak mendapat guyuran air hujan.
Khaira bangkit dari duduknya dengan wajah memerah karena panas dan kesal, "Pergi aja yuk! panas banget di sini." decakan sebal Khaira sangat jelas terdengar oleh Amanda yang masih berusaha mengipasi dirinya sendiri. Tatapan Khaira menajam seakan menuntut Amanda untuk mengikuti kemauannya.
Merasa sudah tak tahan akan panasnya sengatan matahari, Amanda menyetujui ajakan Khaira untuk pergi menuju kantin yang jaraknya tidak terlalu jauh dari posisi mereka sekarang. Kantin yang letaknya di luar gedung kampus, membuat mereka dengan leluasa masuk tanpa malu bahwa mereka belum menjadi mahasiswi universitas tersebut secara resmi karena mereka baru saja mengikuti ujian tulis jalur mandiri.
Kantin siang itu tidak terlalu ramai, membuat Amanda dan Khaira merasa sedikit menyesal, kenapa tidak dari tadi mereka ke sini? Soal mengapa mereka tidak langsung pulang setelah selesai melakukan ujian tadi, mereka sudah membuat janji untuk bertemu kakak kelas mereka dulu sewaktu SMA yang kebetulan kuliah di universitas ini. Dan karena mereka berjanji untuk bertemu di taman, maka Amanda dan Khaira tentu saja langsung duduk di bangku taman yang sudah disediakan.
Tapi ternyata cuaca yang tidak bersahabat membuat mereka tidak tahan dan mengabarkan Nerissa bahwa mereka akan bertemu di kantin, untung saja Nerissa tidak keberatan akan hal itu.
Setelah mereka memesan makanan karena memang sudah masuk jam makan siang, mereka duduk di kursi kosong yang letaknya di sudut dekat show case yang berisi berbagai minuman kemasan botol, kaleng, maupun kotak. Amanda yang sedang mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja bundar tersebut sambil memperhatikan sekelilingnya langsung terlonjak kaget saat Khaira menepuk pundaknya.
Tatapan tajam dari Amanda langsung dilayangkan untuk Khaira yang selalu saja membuat dirinya kaget. "Ck! Ra, bisa gak sih, nggak usah ngagetin?"
"Gak."
Jawaban Khaira yang terlampau santai dan raut wajahnya yang tidak merasa bersalah itu semakin membuat Amanda kesal. "Lo! Ck!"
Menyadari kekesalan Amanda, Khaira merapatkan bangku miliknya dengan milik Amanda sambil menatap Amanda dengan wajah yang dibuat semenggemaskan mungkin. "Nda.. jangan ngambek dong.. tadi gue refleks waktu inget mas-mas taxi online ganteng yang nganterin gue."
Amanda memutar bola matanya jengah. Menurutnya itu wajar saja, karena tidak semua laki-laki ganteng itu jadi orang kantoran dengan dompet tebal dan tidak semua laki-laki yang berwajah biasa saja atau pas-pasan itu menjadi masyarakat kalangan menengah ke bawah. "Terus, apanya yang menarik buat dijadiin bahan gibah?"
"Astagfirullah.." Khaira menyentuh dadanya dramatis, kembali pada posisinya semula. Seakan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Amanda itu sangat buruk. Sedangkan Amanda acuh tak menanggapi, ia lebih tertarik untuk memperhatikan setiap sudut kantin yang semakin ramai.
"Mas Azlan?"
Mendengar Amanda menyebut nama seseorang dengan pandangan mata yang tak lepas, membuat Khaira mengikuti arah tatapan Amanda. Matanya ikut membola menangkap sosok yang tidak asing namun juga asing baginya. Setelah sadar dari keterkejutannya, Khaira kembali menatap Amanda yang pandangan matanya belum lepas dari sosok yang telah mencuri perhatiannya. "Kamu kenal driver taxi online itu, Nda?"
YOU ARE READING
Karena-Nya, Dengan Perantara Dirimu
SpiritualCahaya terang itu yang menuntunku keluar dari kegelapan. Kegelapan yang sudah lama melingkupi hatiku. Walau tak mudah untuk benar-benar keluar dan melepaskan semua bayang-bayang menakutkan itu, Allah telah mengirim sosok yang memang aku butuhkan saa...