Kisahku

174 7 0
                                    

Suasana hangat begitu terasa di ruang makan keluarga Irsyad. Apalagi dengan adanya Aiza yang sesekali berceloteh tentang teman barunya yang tinggal di depan rumah kakek-neneknya. Amanda juga terlihat tertawa tanpa beban saat melihat keponakan cantiknya berbicara dengan nada manja karena ledekan darinya.

"Aa.. Ai nggak suka sama Abi!" Aiza merengek menatap sang ibu yang juga terkekeh melihat raut wajah Aiza yang memerah karena kesal akan godaan sang aunty.

Amanda mengusap dagunya seakan berpikir namun matanya tetap memperhatikan Aiza yang masih memberenggut. "Ah, masa sih? Kata mama nya Ai, kemarin Ai sampai nggak bobo siang karena main sama Abi."

Merasa terpojok, kedua mata Aiza mulai berkaca-kaca ingin menangis. Sontak saja itu membuat Amanda kalang-kabut. Dan benar saja, sedetik kemudian air mata itu berjatuhan diiringi suara tangis Aiza yang cukup kencang. Mati gue!

"Nda.." mendengar nada suara sang kakak yang seakan memberikan peringatan.

Dengan cepat Amanda menghampiri Aiza yang duduk di depannya. "Ai, maafin aunty Nda yaa.. nggak ledekin Ai lagi deh, janji." Posisi Amanda yang setengah berdiri di samping kursi Aiza memudahkannya untuk menatap Aiza yang masih menangis walaupun suaranya tidak sekencang tadi. Amanda mengulurkan tangan kanannya untuk meminta maaf, membuat Aiza menghentikan tangisnya sambil menatap tangan Amanda yang masih setia terulur menunggu sambutan.

Dan tanpa diduga, Aiza melompat dari kursi kedalam pelukan Amanda. "Aunty Nda nakal! Tapi Ai sayang sama aunty.."

Mendengar pernyataan Aiza yang begitu frontal dan polos membuat semua gemas. Sedangkan Amanda yang awalnya terkejut karena Aiza yang tiba-tiba melompat memeluknya, ia merasa senang sekaligus gemas. "Aunty juga sayang banget sama Ai.. maafin aunty yaa.."

Tanpa mau melepaskan pelukannya, Aiza mengangguk memberi maaf kepada Amanda.

Namun rengekan Aiza selanjutnya membuat Amanda tertawa kembali.

"Tapi beliin Ai es krim mang Jono ya.."

"Siap, bos."

---o0o---

Jika kalian pikir Amanda akan sekuat itu untuk tidak menutup luka hatinya, kalian salah. Amanda tetaplah seorang wanita. Hatinya sakit saat seseorang yang begitu ia sayangi bahkan cintai ternyata membuat luka dan kecewa.

Senyum dan tawa yang tadi ia tunjukkan hanya topeng untuk menutupi rasa sakit yang ia rasakan sejak semalam. Ketika berada di depan orang lain terutama keluarganya, ia akan berusaha terlihat baik-baik saja. Ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih. Apalagi sang kakak yang pasti akan sangat marah jika tahu bahwa adiknya diperlakukan seperti itu. Amanda takut jika kakak nya akan terbawa emosi dan akhirnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Membayangkannya saja sudah membuat Amanda bergidik ngeri.

Handphone yang Amanda letakkan di meja belajarnya bergetar. Entah sudah yang keberapa kalinya, panggilan masuk dari seseorang sudah berhasil membuat Amanda merasakan jatuh cinta sekaligus sakit karena dikhianati.

Amanda masih enggan mengangkat panggilan tersebut. Ia masih belum sanggup mendengar penjelasan atau mungkin alasan dari seorang Adam. Beberapa chat dari Adam pun tidak ia balas, hanya dibaca. Ia lelah, masih perlu waktu untuk mempercayai apa yang sedang terjadi. Sungguh, Amanda berharap ini hanya mimpi.

Helaan napas kembali ia keluarkan. Amanda bangkit dari posisi duduknya di sofa dekat jendela, mengambil ransel berukuran sedang yang biasa ia pakai lalu memasukkan handphone, dompet, serta baju tidur. Ia memutuskan untuk menginap ke rumah Khaira.

Karena-Nya, Dengan Perantara DirimuWhere stories live. Discover now