BAGIAN SATU --MY RANYA--

38 2 1
                                    

PEPATAH mengatakan, tak kenal maka tak sayang. menceritakan tentang kehidupan seseorang yang sayang kepada seseorang yang menurutnya sangat spesial. Awalnya memang tidak kenal satu sama lain, namun dengan seiringnya waktu mereka mengenal satu sama lain.

Tetapi, salah satu dari keluarga mereka tidak menyetujui hubungan itu. Apa pada akhirnya mereka akan bersatu? Apa akhirnya mereka akan terpisahkan?

*****

"Aku mau bicara serius sama kamu."

Gadis itu mengangguk sambil memperlihatkan senyumnya. "Bicara aja kali, kayak sama siapa aja."

Lelaki itu mengenggam kedua tangan sih gadis dengan erat, sehingga sih gadis menatapnya heran. Sebenarnya ia tidak heran karena sih lelaki memengang tangannya erat. Tetapi, yang membuatnya heran, kenapa dia memegang tangannya sampai keringat dingin.

"Kita putus, Ran."

Gadis itu membulatkan kedua bola matanya dan mulutnya pun terbuka lebar. Ia menggeleng tidak percaya sambil tertawa hambar. "Bercandaan kamu nggak lucu banget, sih. Emangnya aku gampang percaya, gitu?"

Lelaki itu memegang tangan sih gadis lebih erat dari sebelumnya. "Kita putus secara baik-baik, Ran."

Gadis itu lagi-lagi menggeleng. Ia menghempaskan tangannya yang digenggam oleh sih lelaki. Gadis itu menatap lelaki dihadapannya dengan tatapan tajam. "Nggak ada yang namanya putus baik-baik, Bay! Yang namanya putus itu pasti nggak baik, itu pasti sakit. Walaupun orang itu bicara dengan lembut, yang namanya putus tetap nggak ada yang baik!"

Bayu mengambil tangan sih gadis untuk digenggam, namun sih gadis menghempaskan lagi.

"Ini pasti prank lagi'kan? Nggak lucu deh bercanda kayak begini." Ujarnya malas, ia menatap sekeliling. "Dimana Raka sembunyiin kameranya, sih? Dimana? Bay, sumpah ya ini nggak lucu sama sekali. Lagipula kalau putus ada alasannya dong?" Ia tidak percaya kepada Bayu, karena sebelumnya Bayu pernah prank dirinya seperti ini.

"Aku bosan sama kamu, Ran."

Namanya Ranya Nayra Yadra. Gadis berkelahiran Bandung, 22 Mei 2002. Ia pindah ke jakarta karena Ayahnya yang bekerja dipindahkan tempatnya. Ranya memulai cinta pertamanya dengan Bayu, namun apa yang Bayu perbuat kepada dirinya itu?

Ranya menggeleng sambil tersenyum. "Bay, bosan itu bukan sebuah kata untuk mengakhiri sebuah hubungan. Disemua hubungan itu memang ada kata bosan. Tapi, buatlah bosan itu menjadi kebahagiaan. Caranya, kamu mulai bersikap sama aku dengan cara yang berbeda." Ujarnya dengan lembut.

"Aku ser--" Bayu menghentikan ucapannya karena mendengar sesuatu.

"SAYANG!!" Teriak seseorang dari suara kencang lama-kelamaan menjadi pelan.

Ranya mengenalnya bahkan sangat mengenalnya. Itu adalah Kakak kelasnya, Heli. Bukan hanya Kakak kelas, bahkan sahabatnya.

"Heli! Lo ngapain panggil Bayu sayang! Dia pacar gue!" Ranya tidak terima Bayu dipanggil sayang oleh sahabatnya. Eh, apa orang seperti itu masih boleh dibilang sahabat?

"Ha? Bukannya lo baru putus ya, Ran?" Ujarnya dengan menampilkan senyum meremahkan kepada Ranya.

Ranya menatapnya tajam. "SAHABAT NGGAK TAU DIRI LO!" Ranya berteriak, sehingga semua orang yang berlalu-lalang melihatnya. Mereka sekarang sedang di lapangan.

"Ran, udah." Tegas Bayu.

Ranya menggeleng. "Kenapa kamu terima cintanya dia, Bay?! Kamu tau'kan Heli sahabat aku?! Aku tau dia itu emang sering nembak cowok, bukannya ditembak."

"Hei! Jaga ucapan lo." Balasnya cepat.

Ranya tidak mengubris ucapan Heli, ia tetap menatap Bayu tidak percaya. "Bay, kenapa kamu tega?" Ranya mulai meneteskan air matanya.

"Biar apa coba?" Ujarnya meremehkan Ranya yang menurutnya lebay.

Ranya tetap tidak peduli terhadap Heli yang bicara tidak jelas. Ia harus meminta penjelasan kepada Bayu.

"Bay, kenapa kamu begini? Bayu yang aku kenal baik, nggak seperti ini. Aku tau, pasti ada yang kamu sembunyiin'kan?" Ujar Ranya lembut.

Bayu diam, Bayu tidak tahu harus bicara apa. Bayu merasa dirinya sudah mempermainkan perasaan Ranya.

Ranya meneteskan air matanya, ia tidak ingin menangis dihadapan orang-orang. Tapi, kali ini terlalu sakit.

"SAHABAT NGGAK TAU DIRI LO!" Ranya sengaja teriak yang begitu kencang, sehingga banyak yang menontonnya. "SAHABAT KOK NIKUNG SAHABATNYA SENDIRI! DIMANA OTAK LO HELI SYALA! KAKAK KELAS APAAN? NGGAK MENCERMINKAN PERILAKU YANG BAIK!!"

Wajah Heli merah, terlihat marah sekali. Heli menarik rambut Ranya, Ranya membalasnya tidak kalah kencang.

"Eh-eh, udah!" Bayu mencoba memisahkan mereka, namun Bayu tidak sengaja terkena tamparan Heli.

"Aduh sayang, maafin aku, ya. Aku nggak sengaja, beneran." Ujarnya sambil mendekat ke arah Bayu dan mengelus pipi Bayu lembut.

"Mampus!" Ranya teriak bahagia.

"Tadinya gue sakit banget, Bay. Gue udah nangis-nangis segala. Tapi, setelah gue pikir-pikir percuma tangisin lo. Gue kecewa banget sama lo, Bay. Bayu yang gue kenal sebelumnya nggak sejahat ini sama perempuan." Ranya menjeda pembicaraannya. "Gue tau lo perhatian sama semua perempuan, itu gue maklumin atas masih sewajarnya. Tapi, kalau lo perhatian sampai ingin pacarin dia, itu nggak wajar, Bay. Gue kecewa banget sama lo. Lo bisa-bisanya hilangin rasa sayang gue ke elo."

Ranya tersenyum palsu, ia menatap Heli. "Terima kasih untuk semuanya, Bay. Terima kasih karena telah hadir dihidup gue. Terima kasih untuk satu tahunnya." Ranya menghela napas dan menghembuskannya. "Gue akan pergi. Gue nggak akan kembali lagi. Jadi, Heli akan tetap bersama lo selamanya. Gue akan coba ikhlasin." Ranya pergi dari lapangan, ia tidak jadi sekolah hari ini. Ia pulang ke rumah.

"Kalau bukan karena gue kasihan sama orang tua gue, gue nggak sudi sama lo. Luarnya lo bagus, tapi dalamnya jelek. Nggak mencerminkan perilaku lo!" Bayu menatap Heli marah, lalu pergi.

*****

"Lho, kenapa absen Ran? Ada masalah sama Nak Bayu?" Ranya diperingati oleh Bundanya, jika ia mempunyai pacar bawa pacarnya ke rumah supaya Bunda dan Ayahnya mengenali pacarnya itu.

Ranya memeluk Bundanya. "Ranya putus, Bunda." Sambil menangis.

Bunda mengelus-elus punggung Ranya. "Itu biasa terjadi, kok. Bunda dulu juga begitu. Bunda punya pacar, terus diputusin, Bunda nangis ke Oma. Tapi, Oma bilang apa? Mungkin dia bukan yang terbaik buat, Bunda. Terus Oma bilang, nanti pasti akan ada seseorang yang menggantikan posisi dia, bahkan seseorang itu bisa lebih baik daripada dia. Di situ Bunda pikir, menangis juga nggak ada gunanya. Bunda berusaha move on. Sampai akhirnya, Bunda bertemu Ayah kamu."

Ranya melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya yang terus saja menetes.

"Zuhur sana, De." Jika Bunda memanggilnya dengan sebutan Ade. Maka Bunda lagi serius. Ranya pergi ke kamar mandi untuk berwudhu.

Ranya hanya dua bersaudara, yaitu ia dan Abangnya. Nama Ayahnya-- Derol Ansyah. Bundanya-- Sabina Savar. Abangnya-- Daffa Fahri Ramadhan, karena lahir di bulan Ramadhan. Dan terakhir dirinya sendiri Ranya Nayra Yadra.

MY RANYA! [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang