BAGIAN EMPAT --MY RANYA--

13 2 0
                                    

Empat~ Mungkinkah ini benar-benar, nyata?


"Lihat dong, apa yang kita bawa." Teriak Arkan Dan Dennis, Sambil menaruh 2 jus jeruk, 2 jus mangga, 2 jus melon, 6 gorengan, dan beberapa makanan ringan. "Maira, Ranya, Dahlia. Sini dong!" Suruh Dennis.

Ranya dan Maira membalikkan bangkunya. "Widih, apa ini? Kenapa banyak makanan?" Tanya Ranya. Dahlia datang membawa bangku di samping Maira.

"Merayakan hari jadiannya, Maira dan Dennis." Antusias Arkan. Dennis hanya cengar-cengir.

"Lo jadian sama, Dennis peyang ini?" Tanya Ranya menatap Maira. Maira mengangguk. "Kemarin aja, nggak mau, munafik banget."

"Wah. Lo jahat, Ran. Gini-gini guekan, baik. Makanya, Maira suka sama gue." Ranya mengangguk-angguk saja.

"Tapi, gue yang bangkrut." Sebal Bara menendang bangku sebelahnya, Dennis.

Dennis cengengesan. "Sama sahabat nggak boleh perhitungan, Bar."

"Sok lo!"

"Gue sama Dahlia pacaran, Dennis sama Maira juga pacaran. Terus, lo sama Ranya kapan, Bar?" Ranya tersedak. "Minum, Ran." Suruh Arkan.

"Tau lo. Tenang aja ada kita. Nanti kita bantu ngomong sama Tante Nafiza." Sahut Dennis.

Arkan mengangguk setuju. "Iya tuh bener, apa gunanya sahabat kalau nggak bisa bantu sahabat yang lagi kesusahan."

Ranya dan Bara saling tatap-tatapan. "Apa?" Tanya Bara. Ranya menggeleng, lalu mengalihkan tatapannya kepada teman-temannya lagi.

"Yaudah, kita pulang ke rumah Bara." suruh Dennis.

"Tapi, kalau mereka sama-sama nggak suka, gimana? Nggak mungkinkan pacaran, kalau nggak ada yang saling suka?" Tanya Dahlia.

Arkan mengangguk. "Iya juga sih, kamu bener."

"Najis, kamu-kamuan!" Ejek Dennis. Arkan yang lagi menyedot es, mengeluarkan sedotannya dan meniupkannya ke arah Dennis. Sehingga, air yang masih sedikit berada di dalam sedotannya itu terkena Dennis.

"Kampret lo!"

"Sirik aja lagian." Sahut Maira. Dennis cengengesan. Ranya tertawa melihat tingkah laku mereka. Andai saja di sekolahannya dulu, Ranya mempunyai banyak teman yang menyayanginya. Tapi, seandainya benar ia mempunyai teman banyak. Mereka hanya memanfaatkannya saja.

*****

"Pada mau ke kafe, nggak? Gratis selow." Ujar Arkan.

"Gue nggak ah. Males banget." Sahut Bara.

"Selow, Bar. Gue nggak minta uang dari lo. Itu kafe punya Om gue. Dia baru buka. Jadi dia nyuruh gue buat ajak kalian semua. Dia bilang gratis buat kita."

"Ayo deh. Lo mau kan, May? Ran?" Ajak Dahlia.

"Ayo, gue mau. May? Gimana?" Maira akhirnya mengangguk setelah mengutak-atik ponselnya.

"Bar, ayolah." Ajak Dennis.

"Gue mau ngerjain pr."

MY RANYA! [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang