Lima~ Egois, aku benci kata itu. Walau aku juga suka melakukannya
"Makasih ya, Bar. Udah mau nganterin gue pulang."
Bara mengangguk. "Selow aja, kayak sama siapa aja. Yaudah gue duluan ya."
"Nggak mau ketemu nyokap dan bokap gue dulu?"
"Kapan-kapan, ya." Ranya tidak suka kepada cowok yang seperti ini, sudah tadi bilang pacarnya. Oh iya, Ranya harus minta penjelasan atas dasar apa Bara menyebut Ranya sebagai pacarnya.
"Eh, tunggu!" Cegah Ranya. Bara berbalik badan, dengan alis kanan diangkat. "Tadi, pas pulang sekolah... lo kenapa bilang gue pacar lo?" Tanyanya ragu.
Bara menepuk jidatnya. "Oh iya gue lupa bilang. Becanda aja kok, Ran. Biar gue nggak dikatain manusia dingin, lagi. Gue bosen, apa-apa dikatain mulu, diejek-ejek mulu." Apa? Bercanda tadi dia bilang? Dia tidak tahu apa, jantungnya sesaat seperti ingin berhenti saat Bara menyebutnya pacarnya. Apa itu lucu disebut bercanda.
"Kenapa lo nggak cari pacar aja, biar lo nggak dikatain manusia dingin."
Bara menuju motornya dan bersender di sana. "Maunya sih gitu. Tapi, gue juga mau pilih-pilih dulu. Gue takut salah pilih doang. Gue mau pacar gue yang sholehah, cantik, pinter lumayan dikit nggak apa-apa, deh."
"Kalau lo mau cewek kayak gitu, harusnya lo juga harus kayak gitu. Biar serasi." Ketus Ranya.
"Nggak harus kali. Kita punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau gue punya kelebihan, gue bakalan tutupin kekurangan cewek gue. Kalau cewek gue yang punya kelebihan, dia harus tutupin kekurangan gue."
"Kalau cewek lo nggak mau gimana? Jangan terlalu pikir tinggi-tinggi, Bar. Kadang kalau kita nggak bisa gapainya, kita bakalan jatuh. Sakit, Bar."
"Namanya jatuh sakit, Ran. Lagi lo kenapa sih? Ketus banget ngomongnya."
"Ya... gimana nggak ketus. Lo duluan yang mulai."
Bara berjalan menuju Ranya. "Mulai gimana?"
Ranya menatap Bara manyun. "Nggak tau." Bara mengacak-acak rambut Ranya.
"Cuma lo dari sekian banyak cewek yang rasanya pengen gue keselin mulu. Jangan ngambek dong, Ran."
"Apa sih! Rambut gue berantakan." Sambil merapikan rambutnya. "Lagi lonya aja yang terlalu lama men-jomblo."
"Gue pacaran harus di saat SMA sama nyokap." Ranya mengangguk-angguk mengerti. "Gue pulang ya, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, makasih ya."
Bara mulai menjalankan motornya pergi dari komplek rumah Ranya. Ternyata Bara dan Ranya satu komplek, hanya saja beda nomor dan arah.
Ranya mulai memasuki rumahnya. Tetapi, saat ia ingin masuk ada yang menjegatnya meminta penjelasan. Siapa lagi kalau bukan, Oma tersayangnya ini.
"Ada apa, Oma? Kenapa di depan pintu?"
Walaupun dipanggil Oma, Omanya Ranya juga masih terlihat muda.
"Jangan banyak basa-basi. Siapa yang tadi anterin kamu pulang?" Sudahlah, mulai acara wawancara.
"Bara."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY RANYA! [REVISI]
Teen FictionSeorang gadis berambut panjang berwarna hitam dan mempunyai hidung mancung. Ia bernama Ranya. Ranya telah ditikung oleh sahabatnya sendiri. Sahabat tidak tahu diri. Ranya juga memulai cinta pertamanya di SMA Bhinneka bersama Bayued Syairifain. Ranya...