Tiga~ Jika aku tidak bisa menolak pesonanya, bolehkan?
"Kantin yo, Ran." Ajak Maira teman sebangkunya.
"Eh-eh, bareng dong." Sambung Dahlia.
Bara, Dennis dan Arkan berjalan ke arah Ranya, Maira dan Dahlia. "Bareng, ya." Ujar Arkan, yang diangguki oleh Dahlia. Dahlia dan Arkan menjalin hubungan. Lalu, mereka semua pergi bersama menuju kantin.
"Kita semeja aja, ya?" Pinta Dahlia, yang diangguki oleh Bara.
Mereka duduk saling berhadapan dengan, Arkan dan Dahlia, Dennis dan Maira, Bara dan Ranya.
"Kalian mau pesan apa? Gue yang pesanin, nih." Tanya Maira.
"Gue mie ayam, minumnya teh manis aja." Balas Dahlia.
"Gue samain aja." Sambung Ranya.
"Gue juga." Ujar Dennis. Maira menatap Dennis ogah.
"Dih, ogah banget."
"Hati-hati! Benci dan cinta hanya beda tipis!" Ledek Arkan. Semuanya tertawa kecuali Maira.
"Tau lo, hati-hati suka sama gue." Ujar Dennis. Maira pergi dari sana dan menuju Bu Eli penjual Mie Ayam. Mereka menatap Maira yang sedang mendesak untuk pesan duluan dengan cara berteriak.
"Bu, saya belum makan dari lahir. Saya duluan, Bu!" Mereka tertawa mendengar teriakan Maira.
"Enak aja, emang lo doang. Bu, saya uangnya udah duluan."
"Bu, saya juga belum makan nih dari kemarin. Saya duluanlah, Bu."
"Bu, saya udah ngantri dari mie ayam ini pertama buka!"
"Bu, saya udah dari tadi ih!"
Begitulah teriakan yang terdengar dari siswa-siswi yang mengantri. Setelah beberapa menit, akhirnya pesanan mereka semua datang dengan Ranya yang membantu Maira membawakannya.
"Bar, masa kita cuma liatin mereka doang?" Tanya Arkan. Bara pasrah jika sudah begini, ia mengasih uang dua lembar seratus ribu kepada Arkan. "Sebentar ya, Aa Arkan pesan dulu."
Ranya memakan mie ayamnya dengan saus dan sambal yang banyak. Sampai mie ayamnya berubah warna menjadi merah. Bara melihat Ranya makan dengan lahap, seperti orang kelaparan.
"Makan pelan-pelan, Ran." Ranya menatap Bara dengan mie yang masih dimulutnya, ia cengengesan. "Itu sausnya kebanyakan kali, Ran. Nanti sakit perut lho."
Dahlia menatap Bara aneh, tumben sekali manusia dingin itu perhatian kepada seseorang. Biasanya hanya membantu orang, namun sekarang kenapa menjadi perhatian kepada orang?
"Tumben banget, lo perhatian banget sama orang, Bar." Dahlia menyipitkan matanya. "Jangan-jangan manusia dingin satu ini udah luluh hatinya sama anak baru." Ledek Dahlia dengan telunjuk yang menunjuk Bara. Semuanya tertawa melihat wajah Bara yang menatap Dahlia datar.
"Kenapa nih?" Tanya Arkan yang baru datang, dengan kedua tangannya berisi nampan.
"Bara suka sama Ranya, Ar." Sahut Dennis. Arkan duduk ditempatnya, sambil melilitkan garpu ke mie.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY RANYA! [REVISI]
Teen FictionSeorang gadis berambut panjang berwarna hitam dan mempunyai hidung mancung. Ia bernama Ranya. Ranya telah ditikung oleh sahabatnya sendiri. Sahabat tidak tahu diri. Ranya juga memulai cinta pertamanya di SMA Bhinneka bersama Bayued Syairifain. Ranya...