🍒Prolog

114K 2.2K 27
                                    

Pertemuan kita mungkin dengan bacotan, tapi perjalanan kita siapa yang tahu akan penuh makna nantinya.
~🍷~

🍒

🍒

🍒

Cewek berbadan rada gempal itu mengerenyit bingung. Matanya berkeliling melihat reaksi para siswa di lorong. Ada yang matanya melebar, ada juga yang mengerjap banyak. Semuanya tak yakin dengan apa yang mereka lihat.

Bulan nama cewek itu. Dia membuang muka acuh, kembali meneruskan langkahnya. Ia berhenti di loker , tanganya terulur mengeluarkan kunci dari saku roknya. Ia membuka loker berwarna merah itu. Sekarang dia berjongkok di depan lokernya, membuka resleting tasnya dan mulai mengeluarkan barang-barang yang ia rasa perlu ada di lokernya untuk beberapa bulan ke depan.

"Ok," gumamnya senang melihat isi loker barunya. Ia menutup kembali loker itu, tidak lupa pula menguncinya.

Bulan berdiri. Ia menepuk-nepuk pelan debu yang menempel di lututnya. Matanya kembali berkeliling. Manik cewek cantik di ujung sana bertemu dengan maniknya. Cewek itu melongo. Bulan mengerenyitkan dahinya bingung.

"Gila!" cibirnya lalu pergi. Cewek cantik itu berteriak, mengejarnya.

"Heii"

Bulan menghentikan langkahnya. "Apa?" tanyanya sedikit ramah. Bukannya menjawab cewek cantik itu malah mentapnya intens dari atas ke bawah. Bulan jemuh, ia memutar bola matanya malas lalu kembali berjalan.

"Gua banyak urusan," ujarnya sebelum benar-benar pergi. Cewek cantik itu kembali mengejar.

"Gue Elina Ardiola," katanya memperkenalkan diri.

"Gue Bulan Acalista," balas Bulan meneruskan langkahnya.

"Anak baru?" tanya Elina lagi. Bulan menggeleng.

"Bukan, gue udah dari awal daftar di sini. Tapi kemaren gak sempat ikut MOS. Lo kelas berapa?"

"Gue kelas 10," balas Elina lalu melirik Bulan lagi. "Kalau lo?"

"Sama kelas 10 IPA 3," ujar Bulan lalu menepuk-nepuk pipinya pelan. "Apa bedak gue ketebalan?"

Elina menggeleng. "Enggak kok."

Mata bulan berkeliling. Kalau bukan bedaknya yang ketebalan, lalu apa alasan para manusia itu menatapnya heran. Apa dia kelihatan aneh?

"Toilet di mana?" tanya Bulan menghentikan langkahnya.

"Ayo gue antar," tawar Elina dengan senyum manisnya.

Bulan menggeleng. "Gak deh. Bentar lagi masuk, entar lo di hukum gara-gara gue lagi."

"Gak dong, kita kan sekelas. Kalau di hukum berdua." Cewek itu terkekeh. Tak masalah dengan ancaman yang nanti akan di terima.

"Boleh deh," balas Bulan pada akhinya. Mereka berdua berbelok ke kanan, lurus di lorong kelas 11 hingga akhirnya mentok di depan toilet. Bulan masuk ke dalam toilet, sementara Elina menunggunya di luar.

Cewek berbadan rada gempal, dengan rambut kuncir kudanya itu menatap datar pantulan wajahnya di cermin. "Gak ada yang aneh kok," gumamnya lalu memeriksa bajunya.

"Baju gue juga gak ketat kok." Bulan menghela nafas pelan. "Ah, mungkin mereka terpesona sama gue, makanya matanya mau copot begitu." Bulan terkekeh. Kepedaan sekali dirinya.

"Ayo." Bulan mengejutkan Elina yang tengah memoles bibirnya dengan liptint.

"Eh ayo," balas cewek itu lalu merangkul Bulan layakanya sudah akrab.

Cowok ganteng dengan badan yang super goals itu tergelak bersama teman-temannya. Lupa diri bahwa mereka tengah menghalangi jalan dua orang cewek di belakang.

Brak

Bulan menggeram kesal. "Bisa minggir gak lo pada?" sentak Bulan yang membuat ketiga anak cowok itu menoleh padanya. Dua diantara mereka membelalakan matanya.

"Gak usah melongo kayak orang bodoh lo. Minggir sono! Ini bukan jalan nenek moyang lo aja. Ini jalan umum," cerocos Bulan mendorong badan salah satu dari mereka kesal. Cowok itu terjungkang.

"Gila lo!" cibir cowok itu kembali berdiri. Bulan acuh, kembali berjalan dengan Elina. Maniknya bertemu dengan manik seorang cogan, paling ganteng dari dua temannya. Alis cowok itu terangkat sebelah.

"Apa lo lihat-lihat?" sentak Bulan tiba-tiba. "Mau gue colok tuh mata heh?"

Bukannya marah cowok itu malah tersenyum, ia menangkup wajah Bulan. "Ohoo, jadi ini adik gue ya? tembemnya," ujaranya sambil menarik-narik pipi Bulan.

Bulan menepis tangan cowok itu kuat. "Adek kepala lo peyang. Minggir gak lo? Mau gue bacok heh!"

"Idih, galak bener." Cowok itu akhirnya menggeser badanya. "Noh lewat sono!"





🍒🍒🍒

Ola hai, vote and komen jangan lupa ya🐾
#Plagiat jangan mampir 🐾



My Posesif Boyfriend(Tamat✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang