🍒Empat

22K 730 24
                                    


Niat kamu sudah baik, tapi apa caranya juga baik? Salah cara, mungkin tetap bisa ada hasilnya. Tapi cacat yang dihasilkan itu masalah utama yang terkadang berbalik menyerang si penolong.


🍒

🍒

🍒


"Nih!"

Bulan memandang datar novel di tangan Bumi. Cewek itu kembali bersenandung dengan earphone di telinganya. Seakan melupakan fakta bahwa Bumi baru saja memenuhi janjinya.

"Sorry," Bumi menarik tangan Bulan. Cewek itu menepisnya kasar.

"Buat apa minta maaf?" Bulan mentap nyalang cowok urakan itu. Selalu saja bajunya di keluarkan. Disetrika pun tidak. Bulan jadi bertanya-tanya apakah cowok itu punya orang tua di rumah apa tidak.

"Gue ngatain lo yang gak bener," Bumi menarik kursi  tetangga ke hadapan Bulan. Lalu duduk di sana. "Lo nyelamatin gue dari maut," lanjutnya lagi.

"Nah itu lo tahu," Bulan memutar bola matanya malas. " Pake ngatain gue lonte segala, dasar bangke!"

"Sorry," cicit Bumi sekali lagi. "Lo tahu kan gue hanya manusia biasa yang bisa emosi. Apalagi lo bawa-bawa gebetan gue segala. Kan makin panas otak gue."

"Iya gue yang salah," balas Bulan jutek. "Segitu sayangnya lo sama gebetan daripada nyawa sendiri. Goblok! Udah sana lo," usir Bulan kesal.

"Bukan lo yang salah, tapi gue," koreksi Bumi. "Ini tanda terima kasih gue." Bumi menyodorkan empat novel sekaligus ke hadapan Bulan. Cewek itu melemparnya ke sebrang rungan yang masih sepi.

"Udah dikatain lonte terus lo minta maaf hanya modal novel? Lo tahu gak harga diri itu harga mati, bego! Dengan ini kayaknya harga diri gue cuma seharga empat novel ya dimata lo?"  Bulan meneriaki  Bumi dengan wajah merah marahnya. Bumi diam. Dia sadar dia yang salah.

"Lo ngomong kayak gitu, tahu gak lo fakta nya? Gue diam lo bilang anjing, karena gue tahu anjing itu comel selain najisin. Tapi lo bilang gue lonte? Harga diri gue itu kayaknya rendah kali di mata lo ya? Coba deh lo ngomong itu ke Rose, gimana reaksinya. Sakit, bego!" cerocos Bulan berapi-api.

" Pagiiiiiiiiiiii, guys," teriak Jack di ambang pintu. Bulan melirik tajam empat cowok di sana. Bulan melirik Elina di belakang mereka.

"El, gue duduk di sebelah lo." Bulan mengemas barang-barangnya lalu berjalan ke meja Elina, yang jelas jauh dari meja Bumi.

"Baru dua hari aja udah ngeselin!" desisnya membanting barang-barangnya di meja yang bersebelahan dengan meja Elina.

"Lo kenapa?" Elia meletakkan tasnya anggun di atas meja. Bulan menggeleng, dadanya bergemuruh marah.

"Waduh, ini novel kenapa di buang-buang." Jack memunguti novel-novel yang di lempar Bulan tadi. "Gak sayang duit apa nih yang punyanya?"

"Itu orangnya?" Vila melirik Bulan.

"Siapa?" tanya Jack tak paham. Bumi menggeleng.

"Bukan siapa-siapa."

"Hai. Pasha dengan sok manis duduk di meja Bulan. "Wajah lo kayak,"

"Kayak apa? Kayak Beruk maksud lo?" balas Bulan sensi. "Sana minggat! Ini teritorial gue."

"Idih, galak bener." Pasha kabur lalu duduk di tempat duduk Jonah. Cowok itu belum datang. Entah kemana perginya. Mereka semua tidak ada yang tahu.

Cowok playboy bernama Vila itu duduk di sampingnya. Pandanganya tak lepas dari Bulan.

Ketika tak sengaja Bulan melirik ke arahnya, mata mereka bertemu. "Apa lo lihat-lihat?" sentak Bulan yang membuat Vila mengelus dada bidangnya.

My Posesif Boyfriend(Tamat✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang