Lima🍒

23.3K 728 8
                                    

Harusnya setelah bilang maaf sudah cukup, tapi kenapa seolah ada apa-apa didalam sana dan gue masih gak tahu kenapa dan bagimana bisa adanya hal itu pula.
Cinta? Lo terlalu naif, human!

🐾Bumi .A.A.




🍒

🍒

🍒

"Jadi gimana?" Bumi menatap ketiganya bergantian. "Pergi gak nih?"

Vila bersidekap dada. "Gue sih ikut aja. Lagian malam ini kayaknya gue pengen ke klub deh."

Pasha menendang pelan kaki playboy itu. "Klub lagi otak lo. Ini soal berhadapan sama Bu Rumi tahu. Lo mau tinggal kelas lagi heh?"

Satu fakta terlupakan. Bumi dan ketiga kawannya ( kecuali Eggy) sudah pernah tinggal kelas tahun lalu. Jadi sebenarnya Bumi adalah anak kelas 11. Seandainya dulu naik sih.

"Gue gak mau tinggal lagi," ujar Bumi cepat. "Malu bego, sama adek kelas."

Vila mengedikan bahunya acuh. "Gue ikut lo berdua aja." Dia selalu acuh soal sekolah. Tinggal atau naik sama saja di matanya.

"Pergi aja deh," kata Pasha memutuskan. Cowok itu berdiri seraya memungut Jaketnya dari sofa.

Bumi mengangguk. "Ayo deh, gue masih harus minta maaf sama itu bocah lagi."

Dia ikut berdiri, lalu merapikan rambutnya sedikit. "Mampir ke KFC dulu deh. Maaf gue mungkin ditolak, tapi kalau makanan gue yakin dia gak mungkin nolak." Bumi meraih kunci mobilnya dari meja.

"Ayo," ajaknya lalu memimpin jalan keluar dari rumah bernuansa Eropa itu. Vila menyeret kakinya malas.

"Kenapa harus ada kerja kelompok sih," katanya tak suka. "Baru juga masuk, ini kerjaan udah numpuk aja. Kasih tahu itu emak lo, Bum. Kalau ngasih tugas jangan banyak-banyak deh. Ganggu aktifitas gue aja."

"Jangan nyerocos kayak cewek lo, Vil" balas Pasha membuka pintu mobil. Vila mengambil tempat duduk di kursi depan bersama dengan Bumi selaku pengemudinya.

"Abisnya gondok gue, tiap hari kalau belajar dengan dia kerkel mulu. Apa dia pikir dengan kerkel gue bakalan naik heh? Gak juga kan," kata Vila masih juga nyerocos.

"Udah bawa santai aja sih," balas Pasha tak ingin ambil pusing.

"Eh, gue mau curhat nih," ujar Vila menoleh pada Pasha. "Kemaren waktu MOS gue udah nandain gebetan gue tahu."

Bumi memutar bola matanya malas. "Berapa banyak yang jadi sasaran lo?" tanyanya malas.

"Banyak, delapan atau sebelas gitu deh," balas Vila santai.

"Mau di jadiin pacar itu semuanya?" tanya Bumi malas. "Insaf bego, hari ini lo menduain cewek. Besok-besok lo yang di duain baru tahu rasa."

"Bodo," balas Vila acuh. "Gue udah biasa di selingkuhin kali."

"Ya jangan balas dendam kali," kata Bumi lalu mengambil ponsel di saku jaketnya.

"Bukan balas dendam, Bumi sayang," balas Vila manis. "Gue hanya mengikuti hawa nafsu gue aja kali. Lumayan, hidup di dunia itu singkat. Kalau lo gak berbahagia dan senang-senang, nanti nyesal loh." Cowok itu tersenyum manis, tanpa rasa salah sedikit pun.

"Lagian baik atau jahat, kita tetap mati juga kok," lanjutnya lagi. "Utamakan kebahagian dulu, bro."

Pletak

Pasha menjitak kepala Vila kuat. "Paham mana yang lo ikutin sih, bego?"

"Paham gue sendiri lah," balas Vila sambil mengelus kepalanya. "Ngapain juga gue ngikutin paham orang lain, toh kenal juga enggak."

My Posesif Boyfriend(Tamat✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang