Tiga🍒

29.8K 847 28
                                    

Setiap diri kita pasti memiliki masa lalu yang kelam dan masa sekarang yang tak terang.

🍒

🍒

🍒

Bulan memasuki rumahnya yang modern dengan nuansa flora yang kuat. Ya, keluarga Bulan termasuk dirinya sendiri memang sangat mencintai segala  hal berbau tumbuhan.

"Udah pulang?" cewek berambut biru itu melirik pada Bulan yang baru saja menutup pintu.

"Seperti yang lo lihat, gue udah pulang," balas Bulan lalu duduk di samping cewek itu. "Lo nonton apa?"

Alice menyodorkan  DVD film horor kepada Bulan.

"Jangan kebayakan nonton horor lo, itu muka makin seram tahu," ujar Bulan bercanda.

"Ok, gue ke atas dulu ya." Bulan  berjalan menuju tangga ke lantai atas. Sementara cewek bernama Alice itu masih dengan wajah seramnya mentap layar TV. Sekat dingin diantara keduanya memang masih jelas terasa.

"Kalau aja gue bisa merubahnya, pasti bagus," gumam Bulan membuka pintu kamarnya. Ia menghempaskan tasnya ke meja belajar. Bulan melirik amplop di mejanya. Ia mengambilnya lalu melompat ke kasur queen size-nya.

Beberapa foto polaroid jatuh dari amplop tersebut. Bulan mengambil salah satunya dan memandangnya dengan sesal.

"Andai gue bisa merubahnya."

Bulan menghempaskan foto itu asal. Ia menghela nafas pelan. "Sampai kapan pun gue gak bakalan bisa merubahnya." Bulan meraup kasar wajahnya.

Ceklek

"Ayo makan siang." Suara dingin Alice terdengar jelas seperti perintah tak terbantahkan. Bulan bangkit dari tidurnya sementara Alice langsung menghilang begitu saja. Dia seaakan perhatian tapi juga dingin pada waktu yang sama. Ya, tidak salah juga sih. Itu semua Bulan yang melahirkannya.

"Bibi masak apa?" tanya Bulan pada Bi Siti yang tengah menata makanan di meja.

"Pastinya masak makanan favoritnya non lah," balas Bi Siti dengan senyumnya. Wanita paruh baya itu memang paling baik. Bahkan Bulan akui dia adalah sosok ibu yang sempurna. Baik dan pandai  masak. Ramah juga humble. Bulan selalu nyaman bersama wanita itu.

"Bi, tolong bawakan buah segar untuk saya." Suara dingin Alice terdengar jauh dari ruangan.

"Lo gak mau makan?" tanya Bulan kala Alice malah memilih duduk di kursi perapian.

Cewek berambut biru itu membuka surat kabar di tanganya. "Gak, lo aja." Lagi-lagi dingin yang Bulan dengar.

Kenapa lo ajak gue makan siang, kalau nyatanya lo malah milih baca koran hah? Batin Bulan sedih.

Bulan menggeser sebuah piring ke dekatnya lalu menyendok kan nasi ke dalamnya. "Bi, ayo makan," ajak Bulan seraya menyendok lauk pauk ke dalam piringnya. Bi Siti yang baru selesai meletakkan buah segar kepada Alice lantas tersenyum.

"Saya udah makan duluan, non," balasnya ramah. "Lagian ini kan udah jam 4. Bukan makan siang lagi namanya atuh, non."

Bulan terkekeh. "Ya, gimana lagi Bi. Saya kan pulangnya jam segini. Jadi baru sempat makan siang deh."

"Bi, kembali ke belakang!" Alice memang tak suka ada orang lain di atara dirinya dan Bulan. Bi Siti mengangguk patuh, lalu kembali ke belakang. Bulan menghela nafasnya. Selalu saja begitu. Alice seakan-akan tak ingin Bulan berinteraksi dengan siapapun.

"Gimana hari pertama?"

Bulan menelan wortelnya lebih dulu. "Biasa-biasa aja."

"Gak ada masalah?" Alice melempar koran di tanganya gusar. Bulan jadi penasaran dengan isinya.

My Posesif Boyfriend(Tamat✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang