Satu🍒

68K 1.4K 30
                                    

Kita mungkin salah satu keajaiban dunia, ketemu langsung gencat senjata padahal baru saling menyapa.
~🤡~


🍒

🍒

🍒

"Kenalin nama gue Bulan Acalista, umur gue 16 tahun. Btw, kemaren gue gak ikut MOS. So, mungkin ini first time kalian liat muka gue. Salam kenal ya, " ujar Bulan di depan papan tulis. Matanya menatap jemuh rekasi seisi kelas. Gak jauh beda sama reaksi Elina di pojok kanan sana. Mereka melongo dengan kerutan di dahi. Apa yang salah?

"Apa kamu punya saudara di sini?" Bulan menoleh pada suara tegas Ibu Lia, sang wali kelasnya. "Maksud ibu, apa kamu punya abang atau kakak di sini?" lanjut Bu Lia memperjelas pertanyaanya. Bulan mengangguk.

"Saya punya abang di sini," balas Bulan yang membuat seisi kelas heboh bisik-bisik. Apaan dah, batin Bulan kesal.

"Assalammulaikum, Bu." Bulan menoleh ke daun pintu. Itu cogan tadi, batin Bulan. Lagi-lagi dia ketemu mata dengan cowok ganteng dengan setelan urakan itu. Cowok itu meletakkan buku-buku tebal di atas meja Bu Lia.

"Udah tuh bu bukunya," ujarnya dengan nada tak ikhlas. "Ibu gak usah bawa saya ke Bu Rumi lagi deh."

Bu Lia terkikik, cowok itu emang paling anti sama Bu Rumi. "Iya, udah sana kamu duduk aja."

"Nah gitu dong, Bu." Raut bahagia menghiasi wajah cowok itu. "Sekali-kali berbuat baik sama murid kan gak ada salahnya?"

"Kamu mau cermah apa mau duduk?" balas Bu Lia lalu mengangkat penggarisnya. Cowok itu terkekeh.

"Saya duduk aja deh," ujarnya lalu menghampiri bangkunya di pojok kiri urutan ke dua dari depan.

"Ok, jadi kamu punya abang di sini?" ulang Bu Lia. Bulan mengangguk. "Kalau ibu boleh tahu siapa namanya?"

"Assalammualiakum, Bu." Teriakan anak cowok di ambang pintu itu membuat atensi Bu Lia berpindah dari Bulan.

"Maaf saya telat lagi. Jalanan macet banget, Bu. Itu antrianya panjangggg sampai tak terkira," celoteh seorang anak cowok berkulit putih layaknya chinesee.

"Kamu lagi!" desis Bu Lia jemuh. "Bulan kamu duduk di sebalah Jonah sana."

Seorang cowok berwajah datar mengangkat tanganya. Dia duduk di bangku paling depan pojok kiri. Bulan lantas berjalan ke bangkunya, sementara Bu Lia menjewer telinga cowok Chinese itu.

"Gue Jonah." Bulan yang baru saja duduk lantas menoleh ke sampingnya. Dia mengulas sedikit senyum, lalu menjabat tangan cowok itu yang terulur.

"Gue Bulan," ujar Bulan lalu menarik balik tanganya.

"Gue Bumi." Bulan menoleh ke belakang. Oh, cogan urakan itu.

"Gue Bulan," balas Bulan acuh.

Bumi berdecak. "Ck, giliran sama gue lo gak mau senyum."

Bulan malah mengedikan bahunya acuh. Bumi kesal sementara Jonah menahan tawa.

"Most wanted." Bulan melirik pada Jonah. Alisnya saling bertautan.

"Siapa?"

"Dia." Jonah melirik sekilas Bumi yang sedang bertopang dagu .

"Oh," balas Bulan acuh. "Gue first ngelihat dia aja udah paham kalau di cogan. Tapi indra ketujuh gue berkata kalau dia rada eror." Bulan memelankan suaranya pada kata 'eror'.

Bumi yang kupingnya panjang jelas mendengar itu.

"Emang," balas Jonah lalu terkikik.

"Sialan lo! Baru juga jadi anak baru tapi udah gak sopan aja sama gue. Lo tahu gak gue siapa?" gusar Bumi menaikkan suaranya. Kebetulan sekali Bu Lia lagi mengintrogasi si Chinasee di luar.

My Posesif Boyfriend(Tamat✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang