Part 2

67 3 2
                                    

Aku terus menerus memikirkan kejadian kemarin. Bodoh kenapa juga aku harus memikirkan dia? Kan dia cuman kakak-kakak an ku, sedangkan aku mencintai yang lain.


Oh ya, aku dan Zidan bisa jadi seperti ini, maksudku. Adik-kakak, ya walau kami tidak sedarah. Aku menganggapnya sebagai kakakku. Tidak hanya sebagai kakak, aku anggap juga ia sebagai ayah, pacar, teman bahkan sahabat. Entahlah, dia begitu berharga dihidupku sehingga aku tak ingin melepaskannya.

Pertemuan kami yaitu saat kenaikan kelas 11 atau kelas 2 SMA. Kelas ku dan kelas IPA 1 bercampur dimana aku yang jarang sekali untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang ada diluar kelas ku sehingga tidak begitu mengenali murid kelas IPA 1, hanya beberapa segelintir orang yang ku kenal. Itupun karena mereka satu sekolah dengan ku saat SMP dulu.

Pada saat hari pertama masuk sekolah setelah kenaikan kelas 1. Aku yang sudah menetapkan dimana aku duduk dan teman ku duduk. Di barisan ke-2 meja ke-2 dari depan. Aku yang duduk dengan tenang dan santai, sesekali sembari mengobrol dengan teman-teman kelas ku dulu. Tidak memperhatikan murid-murid dari IPA 1. Karena kelas aku dan IPA 1 tidak terlalu akur.

Mereka yang rolling kelas dari IPA 1 ke kelas ku mulai memasuki kelas. Semua berjalan lancar saat hari pertama kembali sekolah. Aku ingat saat di mana pelajaran Kimia, kami diminta untuk menentukan anggota kelompok sendiri. Saat itu teman yang duduk berada di depan ku sedang pergi ke toilet. Tiba-tiba dua orang cowok duduk di hadapan ku. Aku mengenal mereka karena mereka cukup terkenal diangkatan ku tetapi ku hanya sekedar tau mereka dan tidak berteman sebelumnya.  Disaat penentuan kelompok salah satu diantara mereka menawarkan ku menjadi kelompoknya.

"Lu udah dapat kelompok belum?" katanya. Aku menoleh ke arah teman sekelas ku yang biasa berkelompok dengan ku ternyata sudah punya kelompok sendiri. Aku yang kebetulan tidak dapat kelompok hanya meng-iyakan permintaan nya. 

"Belum," jawab ku singkat. Dia mengangguk.

"Kenalin, nama gua Raihan. Biasa dipanggil Iyan." Aku mengangguk. Oh, ternyata dia yang disukain Anastasya.

"Nama gua Jihan." 



Aku menundukkan kepala ku malas ke meja. Kali ini aku datang lebih pagi dari nya, aku ingin menghindari kontak mata dulu untuk sementara ini.

*tuk*

"Ah sakit," keluh ku. Ia menjitak kepala ku seenak jidat nya saja. Uh untung saja tidak tambah jenong.

Dia malah tertawa pelan sembari menaruh tas nya di tempat biasa ia duduk ketika pagi hari nya.

Sialan

"Masih pagi udah ngantuk aja, ngopi dulu sana"

Aku yang kesal terhadapnya, tidak memperdulikan dirinya disamping ku.
Kau bodoh Jihan!

Ia tiba-tiba memegang dahi ku yang sebenarnya tak panas. Ia pasti menyangka aku sedang demam, karna biasanya aku aktif dan tidak diam seperti ini.

Hufft nih orang bisa aja ngebikin nge-blush.

Aku menyingkirkan lengannya dari dahi ku. "Apaan sih," ucap ku tak suka. Sebenarnya aku hanya salah tingkah jika diperlakukan seperti itu.

"Lu lagi sakit ya?" tanya nya khawatir yang melihat keadaan ku sedikit lemas.

ya adek mu ini lagi sakit! Entah kenapa suka sakit hati kadang ngeliat lu sama yang lain.

Aku hanya menggeleng sebagai tanda jawaban. Aku kembali lagi dengan keadaan seperti tadi.

Cause You Just My Faked BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang