part 5

30 3 0
                                    

Hari ini aku merasa sangat bahagia, amat sangat bahagia.

Okay, ini berlebihan. Tapi, itulah yang kurasakan. Entah aku masih terbawa suasana dengan kemarin hari atau memang suasana ku saat ini sedang membaik.

Aku berjalan menuju kelas dengan senyum ku yang tidak lepas dari wajah ku. Mungkin, orang-orang memandang aku aneh atau bahkan. Gila. Baiklah, aku tidak peduli setidaknya aku tidak mau ada orang yang menghancurkan mood ku begitu saja.

Aku berjalan, masuk menuju kelas. Seperti biasa Zidan tengah menunggu ku di tempat duduknya ketika pagi. Aku menatapnya dengan tatapan amat bahagia, sedangkan dia menatap ku dengan tatapan penuh tanya dan serius.

Ok. Aku tidak peduli. Ku taruh tas ku dan mendarat mulus di kursi ku. Zidan sedari tadi menatap ku dengan tatapan yang tak ku mengerti.

"Kenapa?" tanya ku.

Ia hanya masih terdiam. Menatap ku legam dan mengahala nafas.

"Kemarin kamu jalan ya sama Raihan?" tanya nya dengan tatapan wajah kecewa(?) 

Tunggu, tunggu kok dia bisa tau ya?? Jangan-jangan dia mata-matain gua lagi.

Aku menatapnya, dia pun menatap ku dengan tatapan yang masih tidak ku mengerti.

"I...iya, kenapa emang? Kok lu bisa tau?" tanya ku enteng walau susah diungkapkan layaknya aku tengah tertangkap seekor singa yang siap menerkam ku.

Dia kembali menatap ku lalu menengok ke arah luar jendela. Seperti mengalihkan pandangannya dari ku.

Kenapa? Apa dia cemburu?

"Oh, gitu. Gua kemarin pulang liat lu boncengan sama Raihan. Yaudah sih gua nanya itu doang. Tapi, kalian udah jadian ya?"

Aku menggeleng cepat. "Gak lah, mana mungkin Raihan suka sama gua. Toh, kemarin dia cuman ngajak gua nonton doang kok gak lebih." Jujur tapi menyakitkan.

Memang benar. Tidak mungkin kan seorang Raihan menyukai ku yang seperti butiran debu.

"Syukurlah. Kalian gak ngapa-ngapain kan di bioskop? Gak berduaan doang kan?? Sepi ga bioskopnya?" tanya nya beruntun. Aku hanya menatapnya tak biasa dengan tingkahnya sangat cerewet ini.

"Ga Zidannn. Gua juga ga bakal ngapa-ngapain di tempat umum, apalagi di tempat lain. Dia cuman ngajak gua nonton doang. Terus kenapa lu jadi cerewet banget sih?"
Ujar ku. Ia hanya terkaget mendengar ucapan ku yang menyebut dirinya cerewet. Ia sadar bahwa ia tidak seperti dirinya yang agak pendiam itu(?)

"So...sorry sorry. Gua cuman khawatir doang sama adek gua satu ini. Gua takutnya ada laki-laki yang nyakitin adek gua. Gua gak segan walau dia sahabat gua." jawabnya kikuk. Lalu ia mencubit pipi ku gemas.

Ohh astaga. Pasti saat ini aku sedang blushing. Dan semoga pacarnya Zidan tidak melihatnya. Atau setidaknya temannya.

"Ahh, gua mau keluar cari udara segar ya." ujar ku lalu berjalan keluar kelas. Aku tidak peduli bahkan dengan suara bel yang berdering. Setidaknya saat ini aku ingin menenangkan hati ku yang tiba-tiba beritme cepat.

"Tenang lah, tenang."

🌱

Aku membanting tas ku ke sembarang arah dan menjatuhkan diri ke kasur.

"Memangnya dia siapa? Seenaknya nganggep gua adek. Eh, gua kan memang adek kakak. Tapi bukan adek kakak beneran sih. Cuman ya, dia siapa ngatur-ngatur hubungan orang." ujar ku kesal lalu melempar foto Zidan yang ku pajang di dinding.

Cause You Just My Faked BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang