Aku menggenggam ponsel, menatap layar berisi kotak pesan yang ku dapatkan dari salah seorang sahabat ku. Setiap hari nya kami mengirim pesan — tidak lebih tepatnya tidak setiap hari. Setidaknya hampir tidak ada jeda untuk kami tidak mengirim pesan.
kebiasaan tersebut membuat hidupku lebih berwarna dengan ada dirinya. Semenjak ku masuk SMA ku memang punya banyak teman, namun tidak sedekat dengan dirinya. Semua hal yang ku alami entah di rumah maupun di sekolah ku curahkan pada dirinya.
Ku langkahkan kaki menuju gerbang sekolah dan berjalan dengan tergesa-gesa. Berharap ia sudah datang pagi ini, karna kami sudah janji untuk datang lebih pagi.
"Pagi, Jihan," ucap nya sembari tersenyum ke arah ku. Seperti biasa, ia menduduki kursi yang berada di samping ku. Untung saja teman sebangku belum datang. Itulah kebiasaan pagi nya, datang lalu duduk dengan seenaknya di bangku samping ku dan menatap ku seperti itu.
"Pagi," balas ku, lalu menaruh tas dan menyandarkan bokong ku di tempat duduk.
Aku segera merapihkan rambut ku yang berantakan, akibat aku memakai helm. Terpaksa aku memakainya jika tidak ada polisi disana. Ia kembali tersenyum ke arah ku dan berkutat kembali dengan Handphone nya. Dasar aneh
"Ada pr, nggak?" tanya ku. Sembari mengeluarkan buku-buku lalu memasukkan nya ke dalam laci meja.
"hmm, nggak kayaknya," jawabnya seadanya.
Bodoh, kenapa aku bertanya dengannya. Sedangkan saja, dia jarang sekali mengerjakan PR. Itupun jika aku tidak memperingati nya Atau menyuruhnya mengerjakan nya.
"Tumben sepi, biasanya rame," ucap ku basa-basi.
"Paling terlambat."
Lebih baik ku di luar kelas, menghirup udara pagi yang pekat akan polusi udara nya. Ini lah Jakarta, pagi-pagi sudah ada polusi udara yang menganggu pernafasan dan bau-bau tak sedap dari limbah sampah.
Aku membiarkan kadar udara CO2 itu masuk ke dalam tubuh ku. Membuat hidung ku harus memfertilisasi nya.
Cukup membosankan harus sekolah setiap harinya, harus melihat orang-orang yang sama penuh dengan drama dan kisah cinta di sekolah ini. Apalagi bertemu dengan guru-guru yang tak kusuka.
Aku mengeluarkan Handphone ku lalu memasangkan Earphone di lubang nya dan memasang ke telinga. Mendengarkan lagu-lagu korea memang sedikit menyenangkan.
Kebiasaan ku setiap pagi nya, Handphone – musik Kpop– menari sesuai lagu. Ah, membosankan. Dan melihat pemandangan kakak-kakak kelas yang kusuka. Hehehe.
"Kenapa, ada masalah lagi sama doi?" tanya Zidan yang kini berada di samping ku. Aku tidak menyadari kedatangannya, dia sudah seperti jailangkung saja.
Aku menggeleng, menepis pikiran tentang dirinya untuk sementara. Aku malas jika harus terus-terusan terpikir tentang cinta SMA yang membuat diri ku bodoh.
"Nggak, lagi bosen aja di sekolah. Malas ketemu sama orang yang sama dan kegiatannya itu-itu saja," ujar ku.
"Tapi kamu nggak bosan kan liat kakak mu ini?" seru nya sembari tersenyum dan menatap ke arah ku.
Ini orang bisa aja nebaknya.
"Bosan! Bosan banget malah," ucap ku berbohong. Membuat ekspresi seakan-akan memang diriku bosan dengan dirinya.
"Pengen pindah sekolah aja, biar gak ketemu kaka lagi."
Ia menatap ku lamat-lamat, aku yang ditatap merasa gelisah. Aku tak terbiasa jika dipandang oleh laki-laki dan muka ku akan berubah seperti kepeting rebus. Atau kata anak-anak zaman sekarang mah, 'BC nya luntur'.
"Yakin? Kalau kamu pun pindah. Kakak bakal ketemu sama kamu," tuturnya.
Aku mengangkat alis ku tanda tak mengerti. Bakal ketemu? lah kan udah beda sekolah.
"Kok? Mana bisa, aku kan udah pindah dan gak bakal ketemu kaka lagi," ucap ku.
Ia kembali menatap ku. "Karna, kakak akan selalu ada dimana-mana. Dimanapun kamu berada kamu bakal ketemu sama kakak. Nanti kalau kamu kangen kakak gimana?" tanya seakan tanpa dosa dengan tatapannya itu. Hati ku hampir saja keluar dari sang tuannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause You Just My Faked Brother
Fiksi PenggemarSeandainya ku tau lebih awal, perpisahan itu menyakitkan. Takkan ku lepas dirimu walau seujung jarum. "Maaf ya ka, gua gak bisa sama lu lagi," ucap Jihan ditengah keputus asaannya. "Gua hargain pilihan lu, semoga lu bahagia sama dia." "Terima kasih...