Tuan Lee Seokhoon adalah bos yang sangat baik, menurut Midam. Pria itu memperbolehkannya bernyanyi di jam-jam live music kafe, tak pernah memotong gajinya, alih-alih memberinya banyak bonus karena beliau menganggap nyanyian Midam sangat indah.
Terkadang jika Woong menemaninya bernyanyi, maka Tuan Lee juga akan memberi Woong tip dengan senyuman lebar dan berbaris-baris pujian.
Midam tentu saja senang dengan hal ini, ia terus melatih nyanyiannya agar tak mengecewakan Tuan Lee.
Malam ini Woong akan datang untuk berduet bersamanya berhubung besok libur dan ia tak punya terlalu banyak tugas.
"Sambil menunggu tampil, aku bisa mencicil mengerjakan semuanya. Tenang saja." Begitu katanya di perpesanan pribadi mereka berdua.
Midam membalas dengan emoticon 'oke'. Jika Woong bilang begitu maka biarkan saja.
Selepas shift kerjanya yang dua jam lebih awal dari karyawan lain, Midam duluan ke panggung kecil kafe untuk mengecek mikrofon. Beberapa kali ia mengetuk dan mengetes suara, terlalu fokus sampai tak sadar kalau Byungchan tahu-tahu muncul di sebelahnya.
"Midam."
"Astaga, kaget aku." Midam sampai mengelus dada. Bukan Byungchan namanya kalau tidak menciptakan kegaduhan untuknya. "Apa?"
"Anak tadi pagi datang lagi, lho." Ia menunjuk Seobin di sisi lain ruangan. Sadar diperhatikan, Seobin melambai heboh. Ia bangkit dari kursinya untuk menghampiri Midam.
"Kenapa kau tidak pulang dan belajar?" Midam mencecar. "Akhir pekan itu digunakan untuk hal yang berguna, bukan malah minum kopi."
"Aku belajar kok!" Ia berdalih. Tangannya menuding meja tempatnya duduk. "Lihat itu? Aku membawa serta buku-bukuku, aku akan belajar disini ditemani nyanyian kakak supaya jadi lebih konsentrasi. Begitu."
Byungchan sampai bersin karena menahan tawa. Midam memberinya tatapan menghakimi.
"Bicara terus semaumu. Kembali ke kursi dan belajar sana!" Ia beralih kembali ke Seobin.
"Iya, kak, iya. Aku akan belajar dengan baik untukmu. Tenang saja, ya?"
Tapi Midam sudah tak lagi memperhatikannya, ia tengah melambai pada orang lain yang baru saja masuk melalui pintu staf.
"Woong! Disini!" Serunya.
Pemuda itu balas melambai. Ia memberi salam pada Byungchan dan Seobin.
"Halo, kak Woong." Byungchan menyapa balik. Seobin mengikuti.
"Aku akan kembali ke mejaku." Ucapnya, dibalas Midam dengan gestur mengusir.
Lampu meredup ketika alunan gitar pertama dari jemari Midam terpetik, disambut suara lembut Jeon Woong.
Love-love the stars
Love-love the moon
Nothing's really different
It's the same air
It's the same bed
Looking at the same ceiling
Why do I feel so empty
For no reason at all
It's been a few hours
Since I've been spacing outAt first
I thought I was just hungry
No way no way no way
These days
I listen to Kanye's new album
But it's just typical"Ada yang bisa saya bantu? Roti seperti apa yang kau suka?" Sapa Byungchan ramah pada pemuda di hadapannya.
Pemuda itu tersenyum pada roti berbentuk panda di bagian atas etalase. "Aku mau yang itu, dua, tolong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orphic - Lee Midam
FanfictionOrphic (adj.) Mysterious and entrancing, beyond ordinary entrancing. Midam jatuh cinta, namun tak berani bicara karena khawatir menyakiti seseorang yang juga menaruh rasa.