7. Terfriendzonekan

58 14 4
                                    

Sebenarnya ya, Woong itu peminum yang kuat. Midam tahu itu lebih daripada siapapun. Jadi lucu saja rasanya ketika tiba-tiba ada telepon dari nomer Woong namun orang lain yang bicara, memintanya untuk menjemput Woong yang mabuk berat di kedai minum sekitar kampusnya.

Jeon Woong? Mabuk? Biasanya malah dia yang harus menggendong Midam pulang kalau kebetulan mereka berdua berniat untuk benar-benar minum sampai akhir pertahanan mereka. 

Midam mengarahkan taksi ytang baru dipanggilnya dengan pikiran masih bertanya tanya. 

Begitu sampai, memang benar Woong mabuk parah. Ia tengah mengacungkan sumpit pada anak muda malang yang ia yakini sebagai Daehwi, teman junior dari fakultasnya. Anak itu menatapnya dengan wajah memohon bantuan.

"Dia sudah mengocek soal betapa banyak bahasa indah yang mati sejak setengah jam yang lalu dan aku khawatir." keluhnya. 

Susah payah Midam menahan tawa. "Kalian minum berdua saja?" 

Daehwi menggeleng. "Ada kak Donghyun dan Woojin, mereka sedang keluar sebentar untuk membeli obat pengar." Ia berkedip melihat Midam yang susah payah menggendong Woong ke dalam Taksi.

"Apa ia akan baik-baik saja? Jarang jarang aku melihat Kak Woong kehilangan kendali begini."

Midam memberinya jempol untuk meyakinkannya bahwa semua terkendali. "Aku akan mengurusnya, jangan khawatir." 

"Maaf merepotkanmu." 

"Bukan masalah." Midam melambaikan tangan sebelum meminta kepada sopir untuk kembali ke apartemennya, disahuti Woong yang menjelaskan kepadanya tentang asal-usul bahasa Korea dan betapa pandainya raja mereka yang pertama kali menciptakan aksara sendiri.

Woong ambruk seketika di sofa begitu Midam membiarkannya menghambur ke dalam. Tawa konyolnya terdengar makin lucu menurut Midam. 

"Kau tahu, Midam.." jarinya teracung tak berarti pada plafon. "Alasanku sampai minum sebanyak ini.." 

Ia terjungkal dari sofanya saat Midam menuju dapur untuk menyeduh teh.

"Aku menyadari sesuatu tentang diriku sendiri." 

Midam menyimak diam-diam sembari menuang gula.

"Kau tahu Woojin? Teman Daehwi yang berisik demi segalanya itu? Kau pernah dengar suaranya? Membahana seperti sangkakala akhirat, seperti anak bayi saja tingkahnya.." 

"Ya, ya." Midam berusaha menyahuti seadanya. "kenapa dengan anak itu?"

Cengiran Woong melebar. "Konyolnya, aku sepertinya menyukainya. Lucu, kan?"

Gula yang dituang Midam tumpah berceceran ke lantai. Ia menyumpah pelan.

"Aku tahu ini konyol, tapi serius, dia sebenarnya lucu sekali."

Midam buru-buru memasang vacum cleaner tanpa mendengar apalagi yang Woong katakan.

Apa itu bisa dikatakan lampu merah untuknya?

Apa itu bisa dikatakan lampu merah untuknya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Midam melempar ponselnya ke kasur dengan putus asa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Midam melempar ponselnya ke kasur dengan putus asa. 

Dia? Goyah? Konsep yang lucu.

Tapi jikapun ia goyah, kepada apa?

Atau tepatnya, kepada siapa?



-TBC-

Maafkan diriku yang lama menghilang :"(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Orphic - Lee MidamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang