Bab 5 | Mencari Perhatian Shandra

1.3K 50 41
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Pantes aja tuh orang kakunya ngalahin kanebo kering, lah bacaannya aja yang begituan."

-Farhan-

▪▪▪

Shandra terbangun dari pingsannya tepat setelah azan ashar berkumandang. Rasa pusing dan pening mendominasi kepalanya. Fatimah yang selalu berada di dekat sang menantu dengan senang hati menyambut Shandra yang baru saja sadarkan diri.

"Perlu sesuatu, Sayang?" tanya Fatimah penuh perhatian dan kasih sayang.

Shandra hanya diam tak menjawab namun rasa sakit di kepala membuat kedua tangan dia refleks memegangnya.

"Minum dulu," pinta Fatimah seraya menyodorkan segelas air putih yang sudah ada sedotannya.

Shandra hanya menurut dan meminumnya hanya beberapa tegukan saja. "Ini jam berapa, Mah?" tanyanya dengan suara yang masih lesu tak bertenaga.

"Setengah empat, kenapa?" sahut Fatimah sembari membantu Shandra yang tengah mencoba untuk duduk.

"Aku belum salat dzuhur, Mah," ungkap Shandra syarat akan rasa keterkejutan. Rasa takut menghantuinya terlebih lagi kala dia mengingat sepenggal materi kajian yang membahas tentang dosa meninggalkan salat fardu.

Satu kali meninggalkan salat subuh akan dicampakkan ke dalam neraka selama 60 tahun yang sama dengan 60.000 tahun di dunia. Satu kali meninggalkan salat dzuhur dosanya sama dengan membunuh 1000 orang umat islam. Satu kali meninggalkan salat ashar dosanya sama dengan menutup/meruntuhkan Ka'bah. Satu kali meninggalkan salat magrib dosanya sama dengan berzina dengan ibunya (laki-laki) atau ayahnya (perempuan). Satu kali meninggalkan salat isya tidak akan diridhoi Allah Subhanahu wa Ta'ala tinggal di bumi atau di bawah langit serta makan dan minum dari nikmat-Nya.

"Bisa dikodo, Nak," ucap Fatimah menenangkan. Setahu dia memang jika dalam keadaan seperti yang dialami oleh Shandra salatnya bisa diganti dan Allah memaklumkan akan hal itu.

"Aku mau salat dulu, Mah," katanya mencoba berdiri dari ranjang untuk menuju ke kamar mandi.

"Biar Mamah bantu," ucap Fatimah dengan hati-hati membantu menantunya yang berjalan dengan tertatih dan sedikit sempoyongan akibat dari rasa pusing yang masih dia rasakan.

Fatimah memandang bangga menantunya yang meski dalam keadaan kurang baik masih bersikeras melaksanakan kewajibannya. Dan memang seharusnya sepeti itu, Allah telah mempermudah ibadah seluruh umatnya. Duduk jika tidak mampu untuk berdiri. Berbaring jika tidak mampu untuk duduk. Namun, masih saja ada segelintir orang yang tidak menunaikan kewajibannya hanya karena urusan dunia, atau malah sengaja meninggalkannya. Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk di dalamnya.

"Jangan dipaksakan, Nak," ucap Fatimah mengingatkan Shandra yang beberapa kali terlihat sempoyongan dalam salatnya yang baru dia mulai.

Shandra tak mengindahkan penuturan dari sang mertua yang ada dalam benaknya hanyalah salat, salat, dan salat. Rasa sakit di kepala yang dia derita tidak akan sebanding dengan dosa yang akan menimpanya di akhirat kelak.

▪▪▪

Udara malam begitu dingin hingga menusuk sampai ketulang-tulang. Namun, tak ada sedikit pun niatan untuk gadis manis dengan balutan ghamis maroon polos serta khimar lebar nan panjang yang menjuntai hingga menutup dada. Suasananya begitu menyejukkan walau tak bisa dipungkiri hawa dingin itu semakin menggila dia rasakan.

"Gue cariin loe dari tadi taunya di sini," ucap seseorang yang tak lain adalah Farhan.

Shandra, gadis itu hanya menolehkan sebagian kepalanya, lantas kembali menatap lurus ke depan yang menampilkan indahnya gedung-gedung pencakar langit.

Bismillah, Aku Memilihmu || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang