06 - Bodoh dan Gila

9 3 0
                                    


Mungkin karena cinta datang tanpa alasan,dia juga pergi tanpa alasan.
-Lena-

Hujan sudah reda. Sepertinya Aku sudah cukup jauh dari orang asing tadi.

Aku duduk sebentar di emperan toko yang mungkin sudah tutup atau memang belum buka,tapi pintunya tertutup rapat dan terkunci. Memeriksa kondisi lutut dan sikutku yang lecet,memegangnya dengan hati-hati.

"Aduh...perih sekali."
"Tapi ini masih bisa diobati."
"Tidak dengan hatiku ini."
"Apakah ada obat untuk sakit hati ? Jika ada aku akan memborong semuanya. Tapi itu mustahil bukan ?"

Aku berjalan dengan kaki terpincang-pincang. Lututku terasa perih untuk diajak berjalan.

"Hah,Sial!. Kenapa dia tak membiarkan aku mati saja tadi ?"
"Jika aku pulang dengan berjalan kaki,akan sampai abad keberapa aku sampai di rumah ?"
"Hah...lebih baik jika aku memesan ojek online saja."

Aku pun memesan ojek online. Mengetik alamat rumahku. Dan menunggu drivernya datang. Ya,lagi-lagi menunggu.

Setelah 15 menit,akhirnya driver itu pun sampai di lokasiku saat ini. Aku naik ke sepeda motornya dengan hati-hati. Lututku sangat perih sekali.

"Loh,Neng lututnya tidak apa-apa ?"
"Tidak apa-apa,Pak. Ini hanya lecet biasa."
"Kita pergi beli obat saja dulu,Neng!"
"Tidak perlu,Pak. Kita langsung pulang saja. Saya akan mengobatinya sendiri di rumah."
"Yaudah,Neng."

Hujan sudah reda. Tapi rasa yang berkecamuk di hatiku ini belum kunjung reda.

Jalanan masih menyisakan air hujan yang menggenang. Begitu pula kisah cintaku ini yang masih menyisakan kenangan pahit.

Di sepanjang perjalanan ku tak banyak bicara. Menahan keperihan yang ada di lutut,siku,dan hatiku ini. Serta tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Aku masih mengingat wajah laki-laki tadi.
Haruskah aku berterimakasih ? Apakah aku ini tak tau rasa terimakasih ?
Padahal jelas-jelas aku sudah ditolong dari kejadian maut tadi.
Ah! entahlah,membuat pusing saja. Yang kuinginkan sekarang hanyalah pulang ke rumah,dan segera mengobati lukaku tadi.

"Neng,kita sudah sampai alamat yang dituju."
"Hah ?! Oh,i..iya..iya,Pak. Terimakasih!. Ini uangnya."
"Siap,Neng!. Terimakasih!"

Aku yang sedari tadi melamun tak mengira jika sudah sampai di rumah. Sepertinya baru tadi aku naik sudah sampai saja. Cepat sekali,tak terasa.

Akankah Aku menghabiskan sisa hidupku dengan melamun saja membayangkanmu ?
Agar hidup ini terasa begitu cepat. Agar Aku lebih cepat mati juga.
Dan tak lagi merasa kehilanganmu.

****

"Assalamualikum,Bi Prapti!"
"Waalaikumussalam,Neng. Loh kok Neng basah kuyup seperti ini. Tadi hujan-hujan ya ? Mengapa tidak berteduh saja Neng sembari menunggu hujannya reda ?"
"Loh,siku sama lutut Neng kenapa lecet seperti ini ? Neng habis jatuh ya tadi ? Aduh...perih ya,Neng ?"
"Sudah...sudah...Bi Prapti tidak perlu khawatir. Neng baik-baik saja."
"Bentar,Neng. Bi Prapti mau mengambil handuk dan obat dulu!"

Hah...baik sekali Bi Prapti. Sangat peduli padaku.
Tak seperti dirimu. Menghilang dan tak peduli.
Apa kau tau jika Aku disini merintih kesakitan ? Tidak,kan ?

"Ini,Neng handuk dan teh hangatnya. Diminum,Neng. Biar tubuh Neng jadi hangat dan tak kedinginan."
"Mana siku yang tadi terluka. Sini,biar Bi Prapti obati."
"Kalau mengobati hatiku bisa tidak,Bi ?"
"Hah ?! Bagaimana Neng ?"
"Tidak apa-apa,Bi. Lupakan saja."

Hah,kau pasti tak bisa,Bi. Hanya dia yang bisa. Ya,hanya dia.

"Aduh,Bi. Hati-Hati."
"Eh,Maap Neng. Perih ya ?"
"Gimana ceritanya Neng kok bisa lecet seperti ini ?"
"Tadi Neng jalan tidak lihat-lihat. Jadi tersandung batu deh! Dan jadilah seperti ini."
"Aduh...lain kali hati-hati ya,Neng!"

Aku tak akan menceritakan yang sesungguhnya. Pasti Bi Prapti akan menganggapku orang bodoh dan gila. Tapi,memang kenyataannya seperti itu.

Setelah diobati aku pun ganti baju. Ya,karena bajuku tadi basah terkena air hujan. Kemudian langsung menuju kamar dan menjatuhkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamar. Membayangkan wajahmu. Mendengarkan alunan musik sendu.

Now Playing
Kukira Kau Rumah - Amigdala

Kau datang
Tatkala sinar senjaku telah redup
Dan Pamit
Ketika purnamaku penuh seutuhnya
Kau yang singgah tapi tak sungguh
Kau yang singgah tapi tak sungguh
Kukira kau rumah
Nyatanya kau cuma aku sewa
~

Ya,kau sama seperti lirik lagu tersebut
Kau datang saat aku terjebak kegelapan
Pergi saat aku mendapat cahayaku kembali
Kukira kau tempatku pulang
Kukira kau ini rumah tempat hatiku tinggal
Tempatku mencurahkan semua tentang kerasnya kehidupan
Tapi tidak
Kau hanya aku sewa
Dan masa sewaku sudah habis
Kau pernah singgah dalam hidupku
Hanya singgah
Tapi tak pernah sungguh-sungguh

=======
HAI FELLAS! BIAR DAPAT FEEL DARI BAB 6 INI,KALIAN MBACANYA SAMBIL NDENGERIN LAGU KUKIRA KAU RUMAH-AMIGDALA YAA WKWK.
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT! TENGKIS!









HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang