"Mengapa kami harus dipisahkan?" tanya Kay pada kedua orangtuanya dengan tatapan heran, untuk seorang anak yang berusia 10 tahun, perintah yang diberikan kepadanya dan kembarannya sangat membinggungkan.
"Karena kami telah berpisah dan hasil pengundian Kay akan ikut dengan papi dan Key ikut dengan mami" jawab Troy pada kedua putrinya.
"Key tidak mau ikut mami, Key mau ikut papi" teriak key dengan airmata mulai menetes. Dia sering mendengar pertengkaran kedua orangtuanya dan sekarang orangtuanya akan berpisah, dia juga mengetahui jika papinya akan menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki kekayaan, selama ini dia memang yang lebih dekat dengan papinya dan segala keiinginannya akan dituruti, dan dia tidak ingin semua yang didapatkanya itu hilang karena harus dipisahkan dari papinya.
"Tidak bisa, hasil pengundian sudah bulat" Troy berkata semakin keras karena penolakan putrinya itu, dia jelas tidak mungkin membawa kedua putrinya karena calon istrinya hanya menyetujui dia membawa satu anaknya.
Kay menatap kesedihan dalam mata maminya, dia tidak tega meninggalkan maminya, "Pi, biarkan Kay bertukar dengan Key. Kay akan ikut mami"
Maggie yang mendengar perkataan anak bungsunya itu hanya bisa terharu, putri kembarnya memang memiliki sifat yang jauh berbeda, dan dia mengetahui Kay memiliki hati yang lembut. Maggie yakin saat ini hatinya terluka karena perpisahannya tetapi putrinya tetap berusaha tabah dan bahkan bersedia bertukar tempat dengan saudarinya.
"Pi, Kay sudah bersedia bertukar tempat, bawa Key bersama papi" kata Key dengan senang, akhirnya dia bisa tinggal dalam rumah yang lebih besar dan tentunya tidak perlu berbagi dengan kembarannya lagi.
"Baiklah, jika ini keinginan kalian. Key, bereskan semua barang-barang yang mau kamu bawa, besok pagi kita akan pindah dari tempat ini"
"Baiklah papi"
"Key, jika ada waktu jangan lupa hubungi dan kunjungi mami, dia pasti merindukanmu" kata Kay sambil membantu Key merapikan barang-barangnya.
"Sudah ada kamu yang menjaganya, dan kamu tidak perlu menganggu papi, dia pasti akan sibuk dengan keluarga barunya" jawab Key dengan ketus.
"Tapi bagaimanapun mereka orangtua kita"
"Mereka sudah bercerai dan memutuskan memisahkan kita, jadi mulai besok pagi dan seterusnya kita tidak perlu bertemu lagi, apalagi kami akan pindah ke kota jauh dari tempat terpencil ini."
"Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu, kita memang berpisah tetapi kita tetap saudara kandung"
"Mulai besok anggap saja kita tidak bersaudara lagi" jawab Key dengan santai.
Kay hanya menatap kakak kembarnya itu dengan tatapan sedih, baginya walau mereka dipisahkan mereka tetap saudara, tetapi mengapa Key tega mengucapkan kata-kata kejam itu, maminya pasti sedih apalagi Key adalah putri kebanggan kedua orangtuanya.
Kay menitikkan airmata saat melihat Key dan papinya memasuki sebuah mobil, mereka berdua bahkan tidak berpamitan, tidak menoleh sama sekali saat mobil bergerak meninggalkan tempat itu, dia hanya bisa berdoa dalam hatinya, semoga mereka selalu hidup bahagia dan selalu diberi kesehatan.
Kay menghampiri maminya yang hanya terduduk dalam diam, "Mi, jangan bersedih Kay berjanji akan selalu menemani dan membahagiakan mami. Kay tidak akan meninggalkan mami, jangan bersedih lagi."
Maggie menatap putrinya dan mencoba tersenyum, semalam dia mendengar percapakan kedua putrinya dan hatinya sungguh sakit, bagaimana bisa putri kandungnya tidak ingin bertemu dengannya lagi sedangkan putri yang selama ini selalu dimarahinya dan dimintanya untuk mengalah lebih memiliki hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
Non-FictionDua gadis kembar dipisahkan karena orangtuanya bercerai, sang adik yang selalu mengalah pada sang kakak, rela bertukar tempat karena sang kakak tidak ingin hidup susah. Sejak kecil Kayla selalu mengalah karena baginya kebahagiaan orang tersayangnya...