06. Panggilan Khusus

20 3 0
                                    


Aira datang ke meja itu dengan wajah cemberut, "siapa yang menang?" tanya Ana dengan kekehannya. "Rizal lah, orang gercep banget ngeluarin duitnya" balas Aira dengan nada kesal.

"yang penting sekarang makan, dengan tentram, damai, dan sejahtera" ucap Faiz. "Selamat makan, jangan lupa berdoa" ucap Ana yang membuat teman temannya langsung ikut berdoa.

Makanan telah di lahap habis oleh mereka semua, ini saatnya mereka ke toko buku untuk membeli barang yang mereka inginkan.

"Eh bentar! Nanti dulu, gua kekenyangan. Tar sudukan lagi" ucap Aira sambil memegang perutnya. "Tinggal aja tinggal yuk tinggal" ucap Ana sambil berdiri diikuti oleh Faiz. Sekarang, mereka berdua sudah pergi entah kemana.

Aira membuka ponselnya karena ada pesan di Whatsapp nya.

Si Bacot 🤢 : Ra, gua sama Faiz pulang duluan ya. Dicariin nyokap

"Lah kok gini si" ucap Aira tiba tiba, "ngapa?" tanya Rizal yang masih disitu. "Ini, Faiz sama Ana pulang duluan. Soalnya Ana dicariin sama nyokapnya. Ah serah dah" Aira mulai berdiri, "yuk ke toko buku aja balikin mood" ucap Aira sambil menarik tangan Rizal.

Mall ini besar, jadi jarak antara Mcd dengan toko buki itu lumayan jauh. Aira masih saja menarik tangan Rizal, tetapi tangan Rizal tiba tiba menyejajarkan dengan telapak tangan Aira dan menggenggam tangan Aira.

"Gini aja, jangan ditarik gitu. Tangan gua sakit" ucap Rizal sambil terkekeh. Aira melepas genggaman tangan itu pelan-pelan, "maaf ya. mungkin terlalu semangat tadi guanya, peace" ucap Aira sambil mengacungkan 2 jarinya.

"Udah, kaga napa Ra. Lagian gua tau tangan lo lumutan udah lama banget gak di pegang cowo" balas Rizal sambil terkekeh. "Enak aja ya lo, gua sering gandengan sama Ayah, Mas Sena, sama pak jok-"

"yakin pernah gandengan sama pak Joko?" tanya Rizal sambil menaikkan satu alisnya. "Kaga pernah, tapi kan setidaknya dipegang cowo gitu" balas Aira sambil sedikit cemberut.

"Udah ah yuk, gua emang gabisa debat sama lo" kini Rizal menggandeng tangan Aira dan mulai berjalan lagi. Dengan perasaan biasa saja, Aira mengikuti langkah Rizal.

Sampai di toko buku, mereka berdua berpisah. Rizal lebih suka novel terjemahan, sedangkan Aira lebih suka novel remaja atau fiksi.

1 jam sudah mereka memilih buku. Bukan mereka, tapi Aira. Gadis itu sangat lama memilih buku, ia membaca sinopsis yang ada di belakang buku, ditambah dengan dia membuka google untuk membaca review dari orang yang sudah membaca.

Rizal yang sudah selesai dari 15 menit lalu, menunggu Aira di depan toko buku. Aira yang membawa kantong plastik dengan 5 buku itu kebingungan mencari Rizal.

"Yailah, dimana coba? Gua kan gapunya contactnya sama sekali. Tau gitu juga tadi gua gak minta. Alamat pulang sendiri ini mah" gerutu Aira.

Aira melihat sekelilingnya, "Astaga tuhan. Disitu ternyata" dilihatnya Rizal yang sedang memainkan ponselnya. Aira menghampiri Rizal. "Udah lama ya nunggunya? I'm sorry" tanya Aira diiringi senyumannya. Rizal membalas senyuman Aira yang tak kalah indahnya.

"gua kalo udah ketemu novel pasti gini, jadi maafin banget" ucap Aira. "gakpapa, zara. Abis ini mau kemana?" tanya lelaki itu. Rizal ingin sekali berlama-lama dengan Aira. Tetapi Aira terlihat tidak nyaman akan hal itu.

"Zara?" tanya Aira. "Kan namanya Amaira Zara, jadi gakpapa kan kalo di panggil Zara?" pertanyaan Aira itu dibalas pertanyaan lagi dari Rizal. "gakpapa, yaudah yuk kemana. Nurutin lo aja, itung-itung permintaan maaf gua udah bikin nunggu lo lama" jawab Aira.

Rizal tak menyia-nyiakan kesempatan itu, "mau photobooth?" tanya Rizal. Aira terkejut mendengarnya, selama ini Aira hanya photobooth bareng Sena. Ya beginilah, hidupnya di penuhi dengan Sena.

"Kok malah bengong, ayo" seru Rizal dengan menarik kardigan yang di pakai Aira yang otomatis membuat Aira mengikuti Rizal.

Tarikan itu lama-lama turun, dan tangan Rizal sekarang berada di telapak tangan Aira. Rizal menggenggam tangan Aira. Sangat erat, seperti takut Aira akan hilang jika 1 detik saja tangan mereka terlepas.

Di karenakan hari itu bertepatan dengan hari Jumat, dan sekolah di kota ini sudah Full Day School. Jadi banyak anak SMP dan SMA yang mengantri di photobooth itu. Rizal duduk dengan posisi masih menggenggam tangan Aira.

Aira yang sadar akan hal itu, langsung melepas tangan Rizal. Lelaki itu menoleh, "maaf ya zar, gua reflek tadi" jelas Rizal. Ini giliran mereka, Rizal dan Aira masuk ke dalam photobooth tersebut.

"Zar, yang santai aja kali kalo sama gua mah. Jangan gugup gitu, anggep aja gua Sena" ucap Rizal. "Kok lo kalo manggil Mas Sena hanya nama doang? Padahal dia kakak kelas lo" tanya Aira. "Kak Sena maksudnya, gua udah kebiasaan manggil dia Sena aja" jawaban dari Rizal itu masih mengganjal saja menurut Aira. Setelah photobooth ini selesai, Aira ingin bertanya lagi dan akan menanya juga tentang Avenger.

Foto itu akhirnya selesai, setelah Aira dan Rizal adu mulut karena gaya yang mereka inginkan. Untungnya, Rizal sabar menghadapi Aira.

"nah kalo gini kan gua cantik semua" ucap Aira sombong. "Mau diapa-apain juga lo cantik" jawab Rizal, "hah?" Aira bingung sekarang. "Yailah, pede, ahahaha. Namanya cewe ya cantik, masa ganteng" jawab Rizal. Aira benar benar malu karena terlalu percaya diri.

"Eh, bel. Lo ketua Avenger ya?" tanya Aira. Rizal kaget, ia diam sesaat. "Kok bel?" tanya Rizal. "Iya soalnya lo nyebelin, jadi gua mau ganti nama lo jadi bela" jawab Aira. "Syukuran dulu lah, enak banget lo ganti ganti nama" balas Rizal.

"Jawab dulu bel! Gua nanya ih" tanya Aira. Rizal benar benar bingung. "Emm...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang