Awal Cerita

1.8K 35 3
                                    

Perkenalkan, namaku Ella . Ini adalah kisahku bersama teman temanku saat 2 tahun silam. Walaupun cerita ini sudah sangat lama, namun aku masih mengingat detailnya dengan jelas .

Semua berawal saat awal Juni , kami yang sedang libur kelulusan, memutuskan untuk berkumpul di sebuah kafe.
"Eh, guys ahir bulan nanti kalian ada rencana gak ? " Tanya Gia

"Em, gue sih gak ada, paling cuma tidur di rumah. Kalo Lo Tan, gimana ? " balasku

"Gak ada. Orang tua gue lagi keluar kota sebulan . Emang ada apa Gi ?"

"Jadi gini, kita kan udah lulus SMA nih , and... Tanggal 23 juni nanti gue juga ulang tahun. Cuma mau ngerayain bareng kalian di puncak gunung. "

Aku dan Tania tampak shock ,

Kita kan gak pernah naik gunung , kalo pas di tengah jalan ada apa apa gimana coba ? Pikirku

"kita libur kelulusan berapa lama ? " Gue memastikan.

"Emm... Denger denger sih, Tanggal 12 Juni - 4 Juli. Tapi kita mau daki di gunung mana ?" Tania.

"Nah, cocok tuh . Kita berangkat tanggal 22 biar tanggal 23 kita langsung naik. " Gue

Gia nampak sedang berfikir untuk memutuskan tempat yang cocok. Karena ya,,,, kita ber3 itu masih amatiran dan gak ada yang pernah mendaki .

"Tapi, cari gunung yang sepi aja ye . Biar seru gitu " ucap Tania.

"Em, gimana kalo di gunung Gati aja ? Tempatnya gak jauh kok, cocok buat pemula , sepi pula, tingginya hanya 3000 mdpl . Setuju gak ?" Kata Gia setelah Googling di internet.

"Ha ? Hanya 3000? Tinggi banget itu...." Jawab Tania dengan nada tak percaya.

"ketinggian ya ? Apa kita coba cari yang lain aja ya ? " Kata Gia yang masih sibuk dengan Googling.

"Tapi, semakin tinggi semakin menantang , makin seru. Sekalian kita tunjukin ke anak anak cowok, kalo kita ini cewe strong." Gue

"Iya sih, makin seru tapi... " Belum selesai Tania menyelesaikan kalimatnya. Tiba tiba saja Gia berkata "oke, sip gue udah pesen tiketnya "

"Hah !? Lo gila ya ? Kita aja belum yakin mau mendaki di mana, udah main pesen tiket aja " omelanku seakan akan tak di dengarkan oleh Gia.
Huh, memang dasar anak itu...
Peralatan aja gak punya, gimana mau ndaki ? Sungutku dalam hati.

Tampa disadari, kami berbincang banyak hal tentang rencana untuk mendaki .
waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 aku langsung ijin pulang karena harus bantu jaga warung ibuku di rumah. Keluargaku bukanlah keluarga yang kaya raya. Kami hanya keluarga sederhana namun berkecukupan.

7 hari setelah perbincangan kami , aku mencoba menghubungi Gia dan Tania via Video call group untuk memastikan bahwa besok lusa tanggal 22 Juni, kami jadi melakukan pendakian atau tidak.
" Peralatan kalian udah pada siap kan El, Tan? inget loh, lusa kita udah mulai mendaki. " Kata Gia mengingatkan.
"Iya, gue udah siapin barang barang gue. " Kataku menjelaskan
"Gue baru siapin setengah barang dulu. Lagian kita di sana cuma 2 hari 1 malem doang kan ? gue males bawa banyak barang. " Tania

Tania adalah anak dari orang yang kaya raya, harta melimpah , rumah megah dan mepunyai banyak mobil mewah . Namun bagi Tania, semua itu tak ada artinya karena orang tua Tania selalu saja sibuk, dan tak pernah meluangkan waktu untuk Tania.
Begitu kami selesai berbincang, aku langsung menutup Handphone dan lalu menuju motor butut ku untuk membeli beberapa peralatan yang kurang berupa 5 ruas jahe, 1 botol minyak kayu putih,5 mie instan dan 6 sachet tolak angin.
Aku sempat berfikir "apa gue terlalu bawa banyak barang ya?" Tapi aku buang jauh jauh pikiran itu mengingat bahwa di gunung pasti akan sangat dingin terutama saat di malam hari.

Gunung MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang