2.SCZ: choose

944 39 0
                                    

Awas! typo berlebaran😂eh bertebaran.
_____________________________________________Happy reading___________
Tok..tok
Ceklek
Suara pintu dibuka, menampilkan wanita paruh baya yang masih cantik diusianya yang menginjak kepala Lima dengan pakaian modis serta rambut panjang yang dibiarkan tergerai miliknya. Wanita itu berjalan menuju Radit dan duduk ditepi ranjang king size milik Radit tepat disebelahnya.

Sinta-Wanita itu tak lain adalah ibu Radit. Sinta mengusap puncak kepala Radit dengan lembut. Radit memang sangat dekat dengan ibunya tapi tidak pernah akur dengan ayahnya, masih dengan mengusap puncak kepala Radit Sinta berucap,"sudah mengambil keputusan?"Radit mengangguk sebagai jawaban. Sinta tersenyum hangat kepada Radit. Sebenarn Sinta sangat menentang keputusan suaminya- Erwin Iskandar horison untuk menjodohkan putra kesayangannya itu.

Dan lagi Sinta tidak pernah ingin memiliki seorang menantu yang miskin. Ia ingin memiliki menantu yang sederajat dengannya dan Sinta sudah menemukan wanita yang menurutnya sangat sangat lah cocok dengan Radit pastinya sederajat dengannya. Wanita itu tak lain adalah anak dari sahabat baiknya.

"Mama percaya dengan keputusan kamu dit,"ucap Sinta,"besok bicaralah dengan papamu."lanjutnya.

"Iya ma besok Adit bicara, sekarang Adit mau istirahat dulu,capek."Radit berujar sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size miliknya.

"Baiklah mama keluar dulu,"ujar sinta, berdiri kemudian berjalan meninggalkan kamar Radit.

•••

Sinta turun dari kamar Radit menuju keruang tengah dimana sang suami berada.
Dilihatnya Erwin-Suaminya tengah bergulat dengan dokumen dokumen miliknya. Kebiasaan Erwin ketika sedang sibuk memeriksa dokumen ia lebih sering mengerjakan nya diruang tengah ketimbang diruang kerjanya sendiri.

Sebelum menghampiri Erwin, Sinta melangkahkan kakinya kearah dapur guna membuatkan Erwin teh. Erwin tidak terlalu suka dengan kopi karna itu Sinta selalu membuatkan Erwin teh. Bukan tehnyata kau mendua ya. Author ga suka itu!

Sinta duduk disebelah Erwin kemudian meletakkan secangkir teh hangat diatasi meja. Erwin tersenyum menatap istrinya yang sangat pengertian tersebut, Sinta memang seorang istri juga ibu yang sangatlah baik menurutnya. Hanya saja Sinta memiliki sifat yang sangat angkuh dan itu yang membuat Erwin kadang merasa marah ketika melihat istrinya itu tidak ingin bersosialisasi dengan masyarakat di komplek sebelah yang bisa dibilang tidak terlalu kaya. Erwin sering menyuruh Sinta untuk ikut kegiatan ibu ibu komplek sebelah namun Sinta selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Erwin tahu bahwa istrinya itu seperti jijik dengan mereka yang tidak sederajat dengannya, Sinta hanya bergaul dengan teman-temannya yang kaya raya sepertinya.

"Sibuk banget ya pa,"ucap Sinta sambil melihat Erwin yang kembali memfokuskan dirinya kepada dokumen dokumen miliknya.

"Hmm" Erwin hanya bergumam. Kalau ditanya sikap cuek Radit didapat darimana, tentu saja dari Erwin-ayahnya. Tapi Erwin tidak terlalu cuek berbeda dengan Radit yang kelewat cuek.

"Emm.... Pa, sepertinya Radit sedikit tertekan dengan keputusan kamu,"ucap Sinta sedikit ragu, Sinta tahu betul bahwa keputusan suaminya itu tidak bisa diganggu gugat.

"Dia akan mengerti sinta, ini demi kebaikannya. Pergaulan Radit terlalu bebas dan papa ga mau kalau sampai Radit berbuat yang menghancurkan masa depannya,"jelas Erwin, Sinta tahu jika Erwin berniat menikahkan putra mereka, tapi Sinta tidak tahu dengan siapa.

Sinta hanya menganggukkan kepalanya,"mama kekamar dulu,"ujar sinta. Kemudian melenggang pergi menuju kamarnya.

Setelah Sinta pergi Radit turun dan menghampiri ayahnya berniat untuk memberitahu jawaban atas pertanyaan yang membuatnya pusing. Ya! Radit sudah mantap dengan pilihannya, karna dibalik pilihan itu terselubung sebuah rencana yang sudah matang. Awas dit kematengan,ntar gosong Lo wk.

Dilihatnya sang ayah yang lagi sibuk dengan dokumen dokumen miliknya dan ditemani dengan secangkir teh yang sesekali ia seruput. Setelah sampai diruang tengah Radit duduk diseberang Erwin, Radit berdehem sebelum mulai berucap.

"Pa. Radit mau bicara,"ucap Radit setelah lama terdiam.

Erwin meletakkan dokumen miliknya. Pandangannya tertuju kearah Radit yang tampak serius.

"Radit mau menikah,"ujar Radit to the poin. Membuat Erwin tersenyum mendengarnya. Rupanya anaknya itu telah memilih pilihan yang ia berikan dan ya, memang pilihan itu yang diinginkan oleh Erwin.

"Bagaimana dengan Minggu depan,"ucap Erwin membuat Radit tersentak. Tapi tidak masalah bagi Radit toh, ia menjalani nya dengan terpaksa jadi tidak perlu membuat persiapan bukan? Biarkan semua ayahnya yang mempersiapkan. Radit hanya akan terima beres dengan begitu rencananya akan berjalan dengan lancar.

"Terserah." Kata Radit, kemudian ia berdiri berjalan keluar mansion dan menuju mobil untuk kembali keaparteman mewah miliknya.

•••

Radit merebahkan tubuhnya di ranjang king size, memijat pelipisnya dengan pelan. Radit merogoh saku celananya mengambil sesuatu didalamnya. Setelah mendapatkan yang dicari, yang ternyata adalah sebuah Poto berukuran kecil yang menampilkan seorang wanita dengan hijab syar'i warna peach dan gamis panjang dengan warna senada. Sedang berdiri dengan senyum manis yang terukir di bibir tipis nya,menambah kecantikan serta kesan anggun yang melekat.

Radit tersenyum miring Sambil memperhatikan Poto tersebut. Aku akan mengenalkan mu dengan sakit yang sesungguhnya- batin Radit.

Suara dentingan bel membuyarkan lamunan Radit. Radit baru akan beranjak untuk melihat siapa yang bertamu keaparteman nya dimalam hari tapi urung ketika ia melihat sebuah notifikasi pesan muncul dilayar handphonenya.

Radit membuka pesan tersebut

Aldi
Eh bego, gue didepan apartemen Lo cepetan buka. Udah diujung ini.

Memang hanya Aldi yang berani mengatai Radit karna keduanya sudah berteman sejak duduk di bangku sekolah dasar, jadi Aldi sudah tidak merasa canggung dengan Radit lagipula Radit tidak pernah marah jika Aldi mengatai nya. Meski Aldi memiliki sifat yang sangat berkebalikan dengannya tak membuat keduanya berhenti berteman, Aldi itu play boy,receh, somplak tapi baik.

Sebelum Aldi menyumpah serapahi dan menyebut semua anggota keluarganya yang berada di kebun binatang, Radit bergegas membuka pintu apartemen nya.
Radit membuka pintu dan Aldi langsung masuk dan berlari menuju toilet, rupanya Aldi tidak bercanda soal sudah diujung. Ujung tanduk maksudnya.

Radit hanya geleng-geleng melihat tingkah Aldi kemudian menutup kembali pintu apartemen nya setelah nya Radit menuju ruang tamu dan langsung mendudukkan dirinya di sofa panjang. Tak lama Aldi datang dengan muka leganya kemudian duduk disebelah Radit sambil meraih remote televisi dan menekan guna menylakan nya.

"Untung gue bisa tahan dit,"ketus Aldi yang sekarang asik mengganti channel TV.

"Hmm,"gumam Radit.

Aldi berdecak, selalu saja temannya ini menyahut dengan gumaman atau 'iya' atau 'ga' atau 'oke'. Bingung Aldi kenapa Radit sangat irit bicara sedangkan Aldi tipikal orang yang banyak bicara.

"Ada makanan ga dit?" Tanya Aldi.

"Hmm"

"Yaelah, ngomong Napa dit. Lengket bener tuh mulut sampe bilang ada aja ga bisa,"gerutu aldi. Radit hanya mengangkat bahu nya acuh. Kemudian berkata.

"Ada"

"Mana?" Tanya Aldi lagi, membuat Radit mengumpat. Aldi sengaja membuat Radit kesal, menurutnya wajah Radit jadi menggemaskan dan lagi hanya seorang Aldi yang bisa melihatnya.duh di. Mau juga dung liat muka Emesnya ditdit.

"LO-

"Santai bro,"potong Aldi cepat sebelum Radit murka. Aldi berjalan menuju dapur yang lumayan besar untuk mencari makanan. Sengaja emang kesini buat cari makan-Aldi.

👻

Assalamualaikum cemuanya 😍
Ditdit balik lagi😅
Typo tandai yah. Biar diperbaiki, kaya hubungan kita masih bisa diperbaiki 🤣
Votment jangan lupa sayang😍
Follow Instagram (at)yaantNh_

Salam manis dari aku yang manis🤣
Tapi, masih Manisan yang baca+vote+coment cerita aku kemana mana😍

03-07-2019 Bati-Bati

Setulus Cinta ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang