O2. Wajah《얼굴》

1.3K 189 8
                                    

       Hari menunjukkan pukul 09:00 AM, namun Jendra belum juga bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Hari menunjukkan pukul 09:00 AM, namun Jendra belum juga bangun. Bahkan saat Jihana telah kembali dari pasar untuk bekerja.

       Jihana melihat makanan yang ia siapkan di meja makan dua kursinya masih tertata rapi. Apa Jendra belum bangun juga? Pikirnya.

       Ia mengintip ke kamarnya yang sekarang ditempati oleh Jendra, pintunya terbuka—karena Jendra kepanasan—dan benar saja, Jendra masih terlelap dengan sesekali menggaruk tubuhnya karena nyamuk yang menggigitinya. Wajar saja, obat nyamuk bakar yang diletakkan oleh Jihana sudah habis menjadi abu. "Ah, mungkin dia lelah. Biarkan sajalah." gumam Jihana.

⇉⇉⇉

       Jendra baru saja bangun dan tanpa basa-basi langsung keluar dari kamar Jihana. Ia menuju dapur yang terdapat meja makan, menuangkan air putih dari teko plastik ke gelas kaca berukuran sedang. Ia tahu itu pasti sudah disediakan Jihana untuknya—termasuk makanan yang berada di meja.

       “Jendra?”

       Jendra terkejut sampai tidak sengaja menaruh terlalu keras gelas kosongnya. Ia menoleh ke belakang, Jihana tepat di belakangnya dengan senyuman andalannya.

       “Ah, kamu terkejut, ya? He-he. Maafkan saya.” ujarnya sembari mengambil langkah lebih dekat dengan Jendra.

       “Kamu belum mandi?” tanya Jihana yang langsung dijawab anggukan oleh Jendra.

       “Jadi, mau mandi dulu atau makan? Mandi dulu saja, ya? Setelah itu kita makan bersama. Lalu kita harus keluar karena saya dan tentu saja kamu ada pekerjaan. Jadi, mandilah dulu, saya sudah mandi.”

       Jendra mendengus mendengar Jihana yang banyak bicara. “Iya, Nyinya Bawel Jihana.” jawab Jendra sembari membungkukkan badannya main-main dan pergi dari hadapan Jihana.

       Melihat itu, Jihana terkekeh. Jihana akui Jendra tampan—sangat tampan. Tapi Jihana tentu saja tidak boleh menyukai Jendra. Memangnya Jihana siapa berani menyukai Jendra anak orang kaya? Jihana lebih cocok jadi maid Jendra. Apalagi, Jihana tidak yakin Jendra bekum memiliki pacar.

⇉⇉⇉

        “Kita mau ke mana sih, Na? Jalan kaki gini. Mana gue dari tadi diliatin cewek-cewek mulu, muka gue 'kan mahal.” protes Jendrabpada Jihana yang berada di sampingnya.

        Setelah makan tadi, Jihana bilang akan pergi bekerja, namun sudah empat menit berlalu—Jendra menghitungnya—mereka belum juga sampai.

       Jihana tertawa karena ucapan Jendra yang menurutnya sangat lucu. “Kita sampai sebentar lagi, Jendra. Kalau kamu nggak enak diliatin begitu kamu tutup nih pakai topiku.” jawab Jihana sembari bersiap melepas topinya.

       Jendra menahan tangan Jihana. “Nggak usah, itu kan punya lo. Gue nggak dibolehin sama papa gue.” ujarnya.

       Jihana hanya mengangguk mendengarnya. Baguslah, Jendra menjalankan perintah dengan baik. Tapi, tunggu. Tadi Jendra memanggilnya apa? Na?

       “Eh, tadi kamu manggil saya apa? Na? Nama panggilanku itu Jihan.” protesnya.

       “Jihana kepanjangan. Ya udah Na aja, singkat.” jawab Jendra dengan santainya.

       "Tapi kan it—"

       "Udahlah nggak usah protes. Lo juga seenaknya kalau ngomong. Kadang saya kadang aku gitu."

       "He-he. Ya aku minta maaf aku masih kaku dan bingung. Udah nih, kita udah sampai. Sebelum masuk, kamu harus sopan ya nanti di sana? Aku sempat cerita sama mereka kalau kamu itu or—"

       "Bacot lo. Ayo masuk aja cepet, males gue diliatin."

18 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang