Aku melepas sepatuku karena hendak memasuki ruang perpustakaan yang terletak di bagian belakang rumahku.
Aku cepat-cepat ke tempat ini karena tak sabar ingin bercerita panjang lebar pada ayah bundaku.
Saat hendak mengetuk pintu entah kenapa aku jadi mendengar suara dari dalam.
"Belum lagi biaya sekolah Wanda" ucap Bunda serak.
"Iya" lirih ayah.
Bunda menyebut namaku.
Tentu saja aku langsung menghentikan gerakku.Sebelumnya aku sudah mengerti apa yang dimaksud dari percakapan tersebut.
Aku langsung membalikkan badan dan beranjak dari tempatku tadi, tanpa mengambil sepatuku.
---
Di kamar aku diam, sebenarnya hatiku cukup berdenyut kencang mendengarnya.
Tapi seperti biasa, aku terlalu tahu tentang semua ini.
Aku segera menuju kamarku, moodku hancur. Lalu segera membuka aplikasi insagramku tanpa tahu tujuan.
Saat berhasil terus menggulir layar ponselku, tiba-tiba saja notifikasi bahwa "dia" mengunggah foto muncul.
Aku terdiam sejenak, menatapnya dengan hampa.
Perlahan ujung bibirku berubah kecut.Disana, aku baru sadar.
Aku bukan siapa-siapanya, karena aku bukan lucky fan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Fan
Teen FictionDon't PLAGIAT, i'm not PLAGIATOR. Sinopsis: Kalian mungkin pernah merasakan hal yang sama denganku. Aku bukanlah siapa-siapanya, dan hanya bagian kecil dari seluruh warga dunia pencinta seorang 'dia'. Begitulah, karena aku bukan seorang Lucky Fan ya...