Sejak tiba di sekolah, moodku lebih baik karena pelajaran diawali dengan sambutan teman-temanku.
Sebelumnya kalian perlu tahu, Gessy adalah teman dudukku sejak aku baru duduk di kelas 7 SMP. Tapi dia bukan tipe orang yang suka kuajak bicara. Bahkan pernah kami sedang tidak ada bahan diskusi, ia malah mengacuhkan aku bicara. Dan itu terjadi lagi.
"Ges, gue mau nanya yang ini dong" tanyaku menyodorkan buku LKS padanya. Gessy tak mengubis, ia malah kembali pada handphonenya setelah berkedip dari pandangan awal.
"Ges, jangan gitu dong" ucapku membujuk.
"Apa?" Tanyanya belum fokus padaku.
"Ini lho, gue nggak ngerti" ucapku menunjukkan nomor yang masih aku lingkari.
Ia membaca sekilas, lalu kembali pada handphonenya.
"Dasar Gessy" umpatku melihat kejadian itu terulang lagi. Aku langsung beranjak ke bangku belakang sebelah Tata, si juara umum. Berhubung Adel yang pindah ke bangku Ira entah unruk urusan apa.
Saat hendak menyodorkan buku, aku melihat Tata sibuk menggulir ponselnya.
"Ta, bantuin dong" ucapku memohon. Tata dengan cepat menoleh.
"Yang mana," inilah sebabnya aku lebih dekat dengan Tata daripada Gessy.
"Yang ini" ucapku memberi petunjuk, iapun langsung membaca dan memberikan pemecahannya padaku. Berhubung ini pelajaran matematika, ia juga rela mengeluarkan selembar kertas untuk coretan penyelesaian persoalan itu.
"Ngerti kan?" Tanyanya memastikan. Akupun mengangguk seraya tersenyum.
"Lo tadi nanya ke Gessy, ga dijawab?" Tanyanya saat aku hendak bangun dari dudukku.
Setelah kembali duduk, aku mengangguk mantap.
"Dia anak tunggal, lo tahu kan?"
"Mungkin aja dia emang nggak pernah dilatih bersosial" Tata memaparkan hasil logikanya."Iya," lirihku pasrah.
"Oh iya, lo tahu nggak film china romance baru-baru ini? Bagus lho!" Ucapnya mendadak heboh. Dengan gerak cepat, ia meraih handphonenya.
Juga karena suka drama dan film berbau romance aku jadi bisa dekat dengannya.
Otomatis, leherku bergerak mengikuti jarinya yabg sedang mengetikkan beberapa huruf di keyboard.
"Ini!" Ucapnya ringan
"Gue juga ada film china 3 tahun yang lalu, sekarang lagi mau nonton" ujarku tanpa melihat film yang ia sodorkan.
"Tapi lo juga harus nonton yang ini" tegasnya memaksa.
"Yaudah," ucapku langsung berbalik dan guru pelajaran kami berikutnya datang sejak jeda tadi.
---
Adel dan Ira yang sejak tadi terus bersama sama sekali tak menghiraukan aku dan Tata bahkan sampai sekarang, istirahat kedua.
Tentu saja aku kehabisan bahan bicara dengan Tata. Menghilangkan kecanggungan, akupun meraih handphoneku dan membuka video film yang beberapa hari aku unduh di web.
Begitupula dengan Tata.
Karena kami bersebelahan, otomatis aku sedikit bergeser menjauh untuk bisa mendengar lebih jelas suara dalam film itu agar tak bercampur dengan suara di handphone Tata."Ta, gue ke depan ya" izinku mendapat anggukan dari Tata.
Aku mengikuti alur filmnya dengan runtut, bahkan aku hampir melempar kotak pensilku ketika adegan geram.
Aku juga mengumpat sendiri karena tak tahan dengan emosiku yang dibuat berapi-api disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Fan
Fiksi RemajaDon't PLAGIAT, i'm not PLAGIATOR. Sinopsis: Kalian mungkin pernah merasakan hal yang sama denganku. Aku bukanlah siapa-siapanya, dan hanya bagian kecil dari seluruh warga dunia pencinta seorang 'dia'. Begitulah, karena aku bukan seorang Lucky Fan ya...