Chapter 6 - Usaha Mempertahankan

14 6 23
                                    

Disaatnya matahari akan terbit aku, Bunda dan papa sudah bersiap dengan seperangkat alat keberangkatan kami.
Hari ini adalah kali kesekiannya kami pergi ke banda udara tapi bukan untuk liburan semester atau kenaikan kelas.
Aku bahkan harus mengambil cuti sekolah selama 3 hari dan harus berpamitan dengan beberapa temanku.

Saat dimana aku sibuk memasukkan beberapa botol air mineral ke dalam tasku, Bunda langsung memanggilku.

"Ayo lebih cepat, ini taxinya udah mau sampai" ucap Bunda berucap sambil sedikit memekik.
Aku hanya mengangguk tanpa bersuara.

Seperti biasa, kami tak mau membiarkan kendaraan kami untuk tinggal dibandara selama kami pergi jauh. Untuk itu kami memanggil jasa taxi untuk mengangkut kami ke bandar udara.

"Bun, terus kak Lauranya gimana?" Tanyaku setelah sempat mengutarakan pertanyaanku di depan Bunda sambil menggangkut koper dan tas bekalku.

Bunda terdiam, lalu menatapku, "Itu sebabnya kita kesana sekarang, sayang"

"Eh ini taxinya," ucapnya sedetik setelah ucapan sebelumnya.

Papa langsung menaikkan barang-barang kami dibantu oleh supir taxi itu sendiri.

Di taxi, kami tak mengeluarkan sepatah katapun. Kami sama-sama di kondisi yang tegang.

Tapi akhirnya aku dan Bunda sibuk di ponsel kami masing-masing.

Karena tertekan aku langsung berniat mencari aplikasi pemutar lagu online kesukaanku dan tak lupa memakai headset.

'Shimmie shimmie Ko Ko Bop I think I like it
Ginjangeun Down down bukkeureo malgo
Eojireoun mamsoge naega deureoga
Iksukan deut budeureopge nege beonjeo ga

Ah woo goyohan bamiya
Ah woo neol wihan bamiya
Chameul suga eopseo ppajeo ga Yeah yeah
Neoye momjjise nan chwihae ga Yeah yeah

Niga aldeon ppeonhan moseube nareul ijeo oneul
Sumgyeo dun bonneungi Shimmie up

It goes down down baby
Rideume onmomeul
It goes down down baby
Matgigo soricheo
Oh oh oh urin Oh oh oh
We going Ko Ko Bop'

Jangan kira sekarang aku adalah k-popers yang sudah gila akan idolnya.
Aku hanya mengangumi lagunya karena bisa membuat moodku meninggakat. Hanya itu.

Belum genap dari setengah laguku selesai, Bunda tiba-tiba memintaku untuk memberikannya kotak tissue yang aku bawa.

Saat hendak kuberikan, aku sudah melihat hidung Bunda yang sepertinya mulai memerah.

"Bunda, kok..."

"Ini foto kamu sama Laura dulu, Bunda kangen banget dulu kalian akur gini" ucapnya membuatku membisu.

"Bunda jangan terhanyut terus dong" ucapku memohon, kondisi Bunda kembali sama seperti kemarin malam. Hidung dan matanya memerah.

"Bunda cuma rindu sama Laura, nggak nyangka kehidupannya bakal menjadi begini" ucapnya lalu segera menekan tanda keluar dari galeri.

Bunda langsung mengusapkan tissue pada wajahnya.

"Pa, jadinya kita kemana dulu nanti kalo sudah sampai di jakarta?" Tanyaku pada Papa yang menatap kosong ke depan.

"Ke rumahnya Laura dulu,"

***

Perjalanan dari Bali menuju Jakarta memang memakan waktu cukup lama, tapi kini kami sudah sampai di lokasi tujuan.

"Permisi," Ucap Ayah setelah kami yakin sudah memasuki areal yang benar.

Aku melihat sekeliling, areal rumah yang kini aku pijak bukanlah tipe rumah rapi, melainkan cukup kotor.

Lucky FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang