BAB I

197K 2K 46
                                    

Aku membanting pintu taksi berwarna kuning yang membawaku menuju apartement baruku. Ya, hari ini adalah hari pertama aku pindah. Setelah 2 tahun berkubang dengan pecundang bernama Mike yang sudah menjadi mantanku yang kesekian, akhirnya aku merasakan kebebasan yang sesungguhnya.

Setelah menyelesaikan administrasi pada pengurus apartement, aku memasuki lift sambil menyeret koper besarku lalu menekan tombol lantai 6.

Getaran di ponselku sudah terasa sejak turun dari taksi dan masih ku abaikan. Aku masih menduga-duga kalau mungkin saja Cassandra yang meneleponku. Atau mungkin, si sialan Mike.

Pintu lift berdenting terbuka. Menampilkan lorong panjang berisi pintu-pintu yang berhadapan dan berhenti di pintu bernomor 6003. Pintu mahoni tua yang terlihat nyaman untukku. Setelah membuka pintu dengan kunci, mataku bertemu dengan balkon yang langsung berhadapan dengan pintu dan berdekatan dengan ranjang kamarku.

Melihat balkon membuatku teringat dengan Mike. Pria seksi yang membuatku memiliki fantasi seliar Bella Swan. Membuatku setiap hari menyergapnya begitu ia pulang dari kantor dan melucuti kemejanya hingga tak bersisa.

Mengingat itu membuatku meneguk saliva susah payah dan menetralisir nafasku yang terasa memburu. Sial!  Baru hari pertama kami putus, dan aku sudah merindukannya.

Aku menaruh koper di ujung ruangan lalu merebahkan tubuh di ranjang. Rasanya tubuhku lemas seketika. Ingatan-ingatan liar bersama Mike yang menimbulkan nafsuku membuatku kesal. Nafsu yang tidak terpuaskan adalah hal yang sangat ku hindari.

Maka ku putuskan untuk keluar kamar dan mencari sesuatu yang mungkin saja menyegarkan pikiranku. Dan mungkin saja bisa menghilangkan Mike dari pikiranku.

Pintu kamarku terbuka bersamaan dengan pintu yang berada di sebelah kamarku.  Seorang pria berkacamata dengan kaos polos yang mencetak otot perutnya keluar tanpa sedikitpun menoleh kearahku yang bahkan ku yakin jika saat ini teman-teman kerjaku sedang melihat penampilanku sekarang mungkin kami akan berakhir di hotel.

Rasa penasaranku memuncak saat melihat tubuhnya yang berhenti di depan lift lalu menggaruk asal rambutnya dengan tangan sebelah yang terbebas dari buku.

Ya Tuhan!!  Rasanya aku ingin meremas rambut itu dan menggiringnya ke kamarku sekarang juga. Sayangnya ketika aku ingin mengejar langkahnya, getaran sialan dari ponsel membuatku menggeram kesal.

Cassie-sluttie is calling...

Tidak bisakah sehari saja, Cassie tidak menggangguku?

"Ada apa, bitch?" sahutku kesal sambil membanting pintu kembali.

Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan menghabiskan waktu untuk berendam saja di bathtub. Terdengar suara kekehan di seberang sana.

"Apa aku mengganggu hari menggairahkanmu? Hahaha, reaksimu terlalu kentara, Meg. Apa kali ini Mike sedang diatas atau dibawahmu? Kenapa aku tidak mendengar apapun disana? Oh shit!! Apa kau sedang melakukan service seperti biasa? Oh dude, harusnya kau bilang, jadi aku tidak menganggumu."

Nafasku mendengus kasar. Sembari melepaskan bra dan panties, aku menggeram ke ponsel.

"We're not a dating anymore, Cass. Bisakah kau berhenti membahas Mike?"

Suara celotehan Cassie berhenti ketika mendengar geramanku. Terdengar suara dehaman dari seberang sana. Aku menghela nafas pelan. Tanganku meraih keran lalu menghidupkannya agar bathtub terisi sambil merendamkan tubuhku.

"Aku sudah mengakhirinya pagi ini." jelasku. Cassie terdengar mendeham. Sebelum akhirnya ia menanyakan kabarku seperti biasa.

Setelah kami lulus kuliah, kami tidak lagi bertemu satu sama lain kecuali ketika musim panas. Dan sebenarnya aku merindukan celotehan gadis ini.

"Bagaimana dengan New York? Apa ada pria seksi yang menjadi incaranmu?"

Pertanyaan khas Cassie. Setelah aku putus dari pacarku, pasti dia selalu menanyakan kelanjutan kisah cintaku. Aku sempat menimbang sebentar untuk menceritakan pria yang ku temui tadi atau tidak pada Cassie karena gadis ini akan memikirkan segala cara agar aku bisa mendekati pria itu meskipun aku juga berpikir hal yang sama.

"Well, ada satu pria." awalku.

"Okay... Satu pria. Apa dia seksi?" Casssie mulai antusias.

Aku mematikan keran dan menuang sabun beraroma Mawar ke dalam bathtub. Sambil menikmati aromanya, aku melanjutkan ceritaku.

"Tidak bisa dibilang seksi, namun cukup untuk membuatku ingin menariknya ke dalam kamarku saat ini." jelasku.

Terdengar kekehan dari Cassie, "ku tebak kalau pria ini sudah mendekatimu."

"Kau salah. Dia bahkan tidak menoleh kearahku. Bahkan ketika aku hanya memakai tanktop dibawah lapisan parka."

Cassie mengesah kecewa, "sepertinya kau harus melakukan lebih. Pura-pura terjatuh di hadapannya mungkin."

Aku tertawa pelan bersamaan dengan suara bel yang ku abaikan.

"Kita hidup di tahun 2015. Tidak lucu jika aku bertingkah seperti Gadis dari tahun 1970-an." jawabku.

Bel kedua berdenting kembali.

"Oh ayolah, aku sunggu penasaran dengan pria itu. Apa kau punya foto nya?"

"Bagaimana aku bisa punya jika aku baru saja bertemu dengannya. You're joking, right?"

Bel ketiga berbunyi bersamaan dengan ketukan pintu yang lumayan keras. Aku menghela nafas kasar lalu membilas tubuhku cepat sebelum memakai bathrobe.

Aku mematikan sambungan sepihak lalu berjalan cepat menuju pintu sambil mengikat tali di sisi bathrobe putih milikku. Tanpa mengintip dari lubang pintu, aku membuka dan terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di hadapanku adalah orang yang sama dengan pria seksi pemilik rambut menggemaskan.

Tbc

---

Okay, dont forget to star, comment and share!!

I'M ON RIDE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang