BAB VI

82.2K 1.1K 10
                                    

Terima kasih sudah menunggu

Aku terbangun dengan kepala yang terasa berat namun aku merasa bahagia. Alakay berdiri di hadapanku dengan senyuman sexy miliknya dan shirtless. Ia kembali merangkak keatas tubuhku dan membelai rambutku pelan.

"Morning." Sapanya. Aku hanya tersenyum dan merangkul lehernya untuk mencium bibir sexy-nya.

Oh god, semua yang ada di tubuh Alakay membuatku gila. Alakay menahan kedua tanganku diatas kepala dan membalas ciumanku sama liarnya denganku. Tangannya mulai meraba bagian punggungku dan tanpa berkata apapun, Alakay mengangkat tubuhku dengan sebelah tangannya.

"Kau harus mandi dan makan siang. Ku tunggu di kamarmu." Ucapnya pelan. Ia membantuku bangun dan menuntunku menuju kamar mandi miliknya. Alakay menghilang di balik pintu setelah memberikan bathrobe padaku.

Selama aku menjalin hubungan dengan pria, tidak ada yang pernah menyiapkan bak mandi untukku. Bahkan menyiapkan bathrobe untuk kupakai saja tidak pernah. Namun Alakay mengejutkanku. Permainannya, sentuhannya, senyumannya, membuatku gila.

Aku keluar dari kamar mandi dan menemukan celana training dan T-shirt bahkan pakaian dalam milikku ada diatas ranjang Alakay. Sedangkan pakaianku semalam sudah entah kemana. Aku masih mencoba menerka sambil memakai semuanya dengan terburu-buru agar dapat melihat wajah Alakay di kamarku.

Lagi-lagi, aku terkesima. Alakay begitu tampan berada di dapurku dengan celana dasarnya dan tubuh indahnya. Dia benar-benar menggodaku jika berdiri disana dalam keadaan shirtless. Aku menghampirinya dan memeluk tubuhnya sambil menghirup wangi sabun yang sama dengan yang kupakai tadi.

"what you doing?" tanyaku sedangkan Alakay kini berbalik mengarahku. Tangannya merangkak naik menuju pundakku dan menurunkan kausku. Ia mengecup pundakku yang telanjang sambil menghisapnya hingga eranganku terlepas.

"sekarang duduk disana dan jangan mengangguku." Ucapnya sambil menunjuk ruang tengah kamarku. Bahkan disaat dia marah, nada suaranya tetap terdengar sama. Yaitu datar.

Aku duduk di ruang tengah dan mendapati kamarku lebih rapi dari biasanya. Mungkinkah

"Kau sedari pagi sudah disini?" tanyaku sambil menoleh kearah Alakay. Alakay mengangguk samar.

"Untuk apa?" tanyaku. Alakay tidak menjawab namun tubuhnya berbalik melihatku.

"Memangnya kardus 'mainanmu' mau ditaruh di kamarku?" tanyanya dan keningku berkerut bingung.

"kau tidak mungkin melupakan kejadian semalam, kan?" tanyanya. Kini senyuman mengejek tersungging di bibirnya. Wait,

"ALAKAY.." teriakku begitu mengingat semuanya. Alakay justru tertawa melihatku kesal. Menyebalkan.

Alakay menghampiriku dengan sepiring mashed potato dan daging saus barbeque. Aku masih kesal karena tingkahnya tadi. Ia duduk di sebelahku dan menatapku dengan senyumannya yang menggoda.

"Memangnya kenapa kalau kamu mengingatnya? Aku juga mengingat dan menikmatinya, kan."

Mendengar itu, justru membuatku menarik bantal kursi dan memukul pundak Alakay dengan bantal. Alakay hanya tertawa sambil menghindar dari pukulanku. Tangan Alakay akhirnya dapat menghentikanku dan mendekatkan wajahnya kearahku.

"Cium aku."

Aku terbelalak heran. Alakay meminta ciumanku. Baru saja aku ingin menciumnya, Alakay sudah lebih dulu menciumku. Bibir Alakay terasa bergetar ragu namun ia tetap tak melepasnya. Tangannya justru memegang kedua pipiku dan bibirnya kini mulai melumat. Aku merasakan ia tersenyum dibalik ciumannya dan ciuman itu memang terasa lembut tanpa nafsu. Ia melepas ciumannya dan menatap mataku lembut.

"Tadi malam adalah malam yang paling indah yang pernah kurasakan selama hidupku." Ucapnya pelan. Dan debaran dadaku semakin kencang.

"Aku mencintaimu Megan Kate. Ucapnya." Sekali lagi. Dengan nada yang jelas. Dan aku mendengarnya lagi.

Tanpa sadar, wajahku bergerak maju dan bibir kami saling bertautan kembali. Kini aku mengambil alih dengan duduk di pangkuannya dan mengalungkan tangan di lehernya. Shit! Bibir Alakay membuatku mabuk. Kurasakan tangan Alakay mengusap rambutku pelan dibalik ciuman kami. Namun, kehangatan menghilang ketika Alakay menguraikan ciuman kami.

"Ciuman apa itu tadi?" tanyanya dengan matanya yang mengerling kearahku. Aku tahu, harusnya aku menjawab pernyataannya namun aku lebih memilih untuk mengulangi malam yang nikmat itu lagi. Maka aku bisikan ajakan itu di telinga Alakay.

"I want you, right here, right now." Ucapku. Hell yeah, Alakay mengabulkannya.

I'M ON RIDE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang