Adegan 21++
Yang masih dibawah umur, harap menjauh!!
***
Dengan segala rasa penasaran yang memenuhi kepala, aku turuti kemauan Alakay.
Dus besar berisi sex toy pemberian Cassie kubawa ke hadapannya yang langsung disambut dengan senyuman manis darinya.
"Rebahlah." ucapnya pelan.
Suara Alakay yang melambat dan pelan membuat tubuhku merinding seketika. Ku turuti kemauan Alakay lalu Alakay mulai mengaduk-aduk isi kotak itu. Nafasku memburu dan dadaku berdegup kencang. Alakay tampak tersenyum melihat benda yang entah apa itu, di tangannya.
Ia memegang sebuah tali berukuran 15cm dengan dua bola kecil di antaranya. Dahiku mengernyit bingung sementara Alakay tampak menimang benda tersebut di tangannya.
"Mari kita coba ini terlebih dulu. Oh iya, rulesnya kau tidak boleh bergerak. Atau mainannya akan aku tambah." ucap Alakay tepat di telingaku. Aku pun hanya mengangguk.
Dengan seuntai dasi miliknya, ia tutup kedua mataku sehingga pandanganku menggelap seketika. Rasa penasaran memenuhi pikiranku ketika jemari Alakay menesuluri garis tulang selangka hingga keatas panties.
Vaginaku terasa hangat seperti ada hembusan nafas yang meniup pelan disana. Membuat tanganku mengepal karena mengingat aturan Alakay yang tidak boleh bergerak.
Alakay membuka panties pelan hingga sebatas paha. Menciumi kedua pahaku dengan lembut hingga membuatku mengerang karena merasa nikmat.
Sungguh, aku baru merasakan yang seperti ini. Sensasi tidak dapat melihat sentuhan apa yang akan diberi Alakay membuatku menggila.
Perlahan jemari Alakay mulai menelusuri labia mayora milikku. Mengelus lembut dan menyentuh pelan ujung klitorisku yang sudah mengeras.
"Alakay, jangan menggodaku.." erangku pelan.
Kini sebuah benda basah terasa di atas perutku. Bibir Alakay menciumi perut hingga kedua dadaku lembut. Dengan tangannya yang masih tetap ada di atas labia mayoraku.
Ctak..
Aku hanya mendengar suara dari benda yang aku tidak tahu. Tingkah Alakay yang mencium pinggir dada tanpa berniat mengulum putingku membuatku gemas dan akhirnya meremas rambutnya pelan.
"Go on Alakay. Puaskan aku." erangku dengan setengah memohon.
Alakay menarik kedua tanganku dengan satu tangannya dan membawanya keatas kepalaku. Payudaraku yang membusung memudahkan aksinya untuk menggodaku.
Pikiranku kacau. Godaan demi godaan dari Alakay membuatku kehilangan akal. Aku hanya berharap ini semua tidak akan berakhir.
Eranganku semakin kencang ketika mulut Alakay sudah mengulum putingku dengan kencang. Bersamaan dengan kedua jarinya yang menelusup ke dalam vaginaku.
Sensasi nikmat dan perih membuatku gila hingga akhirnya aku memaksa membuka penutup mata dan menatap kedua mata Alakay yang seperti anak anjing.
Aku meraih wajahnya dan mencium bibirnya sementara dua jarinya bergerak lembut di dalam vaginaku.
"Aaahh.... Alakay.. Teruskaannn..." desahku sambil meremas rambutnya.
Alakay kembali melanjutkan aktifitasnya yang bermain dia kedua payudaraku. Meremas dan menjilati semaunya. Sementara tangan yang satunya mengambil mainan lain yang entah kapan ia pilih.
Sebuah borgol dengan balutan beludru di sekelilingnya memancing rasa ingin tahuku. Alakay menyandingkan pengaitnya di tiang ranjangnya. Sementara borgolnya tetap ia biarkan.
Aku yang penasaran hanya dijawab dengan senyuman Alakay yang mengulurkan tangan membantuku untuk duduk. Tepat ketika bokongku menyentuh ranjang Alakay, sebuah benda di dalam vaginaku mulai terasa hingga membuatku mendesah.
"Gimana? Mau dilanjutkan?" tanya Alakay pelan.
Aku mengangguk mantap. Siapa yang tidak mau melanjutkan hal nikmat ini?
Alakay melempar koin dan kembali muncul gambar burung. Aku mendesah kecewa. Yang aku inginkan adalah menggoda Alakay juga sekarang.
"Truth." jawabku.
Alakay tampak berpikir sebelum akhirnya ia menyentuh kedua pipiku lembut.
"Do you love me?"
Oke, ini terlalu cepat. Mengapa Alakay bertanya seperti itu dengan wajahnya yang biasa saja? Lalu, mengapa kepalaku seperti bergerak sendiri dan mengangguk di hadapannya?
Ia tampak bersemangat ketika aku mengangguk dan menidurkanku di ranjangnya.
"Persetan dengan permainan bodoh ini. Aku tidak peduli lagi." ucapnya sembari berlutut dan memegang pinggir celananya.
Sebuah penis yang lumayan besar ada di hadapan vaginaku hingga membuatku meneguk ludah. Alakay mencium keningku lembut dan menaruh kepalanya di tengkukku.
"Kau telah salah menggodaku. Karena sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah menggila karenamu."
Tepat diakhir kalimat itu, Alakay mendorong masuk penisnya hingga kami mengerang bersama. Alakay menggeram di tengkukku dengan tangan yang mengepal erat di atas seprai.
Mengabaikan rasa canggung, Alakay mulai bergerak hingga menampilkan wajahnya yang memerah karena nafsu. Bibirnya mencium bibirku hingga melumatnya. Lidahnya mulai bergerak liar di dalam mulutku sementara tangannya menggila di kedua payudaraku.
Aku hanya bisa menggeram di balik ciumannya dan meremas rambut Alakay yang justru semakin membuatnya bersemangat.
"Oh.. Megan, aku ingin keluar." ucap Alakay akhirnya.
Matanya tak lepas menatap kedua mataku sementara erangan dan desahan semakin terdengar dari bibir kami. Gerakan Alakay semakin cepat dan vaginaku mulai berkedut.
"Aku juga, Alakay." erangku semakin kencang.
Dengan menggenggam kedua tanganku dan menciumi bibirku, Alakay semakin bergerak cepat di bawah sana yang membuatku semakin tak tahan juga.
Hingga akhirnya cairan hangat terasa di dalam vaginaku bersamaan dengan rasaku yang juga tersampaikan.
Alakay menimpa tubuhku dengan nafas yang tersengal. Tangannya mengelus rambutku pelan. Bibirnya mengecup pipiku. Dengan senyuman yang tersungging di bibirnya, ia mengucapkan hal yang membuat dadaku juga menghangat.
"aku juga mencintaimu, Megan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ON RIDE (21+)
Romance#1 on girls #1 on TOD #2 on boys - 12 November 2019 - #1 on boys - 19 November 2019 - 1 Desember 2019 - #3 on girls - 28 Maret 2020 - #3 on girls - 30 Oktober 2020 - #5 on girls - 12 November 2020 - #1 on Sexyman - 24 Desember 2020 MATURE CONTENT AD...