Belum pernah ku jatuh cinta sekeras ini seperti padamu

1.9K 110 18
                                    

Di malam yang sesunyi ini aku sendiri, tiada yg menemani. Ya, Alex pergi ke Jerman karena ibunya bilang bahwa Gio mendadak sakit. Pasti sebagai seorang ayah, dia tak mau melewatkan waktunya untuk dekat dengan anak semata wayangnya.

Dia sebenarnya mengajakku ke Jerman, karena dia tau Gio paling suka dekat denganku. Sudah seperti lem dan perangko. Tapi, aku menolak ajakannya. Aku tidak mau dia mendapat kecaman keras dari ibunya karena kehadiranku disana.

Aku memeluk guling yg ternyata masih menyimpan aromanya. Meski samar.

Berkali kali aku menyalakan dan menonaktifkan notifikasi handphone ku berharap ada notifikasi masuk dari dia. Tapi semuanya nihil, dia bahkan sulit di hubungi terakhir kali sore tadi.

Aku terus terusan menatap layar handphone diatas kasurku. Berharap dia menelfon ku.

Nihil, satu pesanpun tak ada.

Tak terasa air mata bergulir dipipiku. Perlahan demi perlahan lelaki yang kini jauh disana mampu merobek seluruh jiwaku.

"Aku capek,"

Sampai aku memutuskan untuk kembali meraih ponsel dan mencoba menghubungi nomernya. Dengan tangan bergetar, dan air mata yg terus mengalir aku terus mengumpat kepada operator yg mengalihkan panggilanku ke voice mail.

"Kapan kembali?" Aku bertanya lirih kepada layanan kotak suara itu.

Aku merasa frustasi.

Dan malam itu aku jatuh sedih dalam kesendirian.

***

Aku terbangun saat mendengar suara gemericik air, dan mencium aroma roti bakar. Nampak ada seseorang didalam apartemenku. Dengan tergesa-gesa aku pun mulai keluar dari kamar dan memasuki pantry.

Mataku membola, disana ada Alex yang tengah menyajikan roti bakar dan Gio yang sedang duduk diatas meja pantry dengan beberapa mainan nya.

Kapan mereka kembali?

"Lex?"

Dia menoleh dan tersenyum kearah ku, aku langsung mengambil Gio yang tengah asyik dengan dunianya.

"Eh, hai. Kamu cepet bangunnya juga ya daripada dugaanku. Aku kira aku harus bangunin kamu."

"Kapan Dateng?" Tanyaku

"Sekitar 15 menit yang lalu,"

"Terus kenapa Gio bisa sama kamu?"

"Oh, Gio ga betah sama neneknya. Katanya kangen kamu, yaudah aku bawa aja Gio buat pulang barengan sama aku."

Dan ya benar, anak ini menyalurkan rasa rindunya. Dia mencium pipi kananku.

"Aku jadi ga enak sama Ibu kamu, gimana kalo Ibu kamu nyangka aku yang macem-macem"

"Udahlah gapapa, sesekali jangan terlalu mentingin Ibu."

Setelah itu aku dan Alex makan bersama ditemani Gio yang tengah ku gendong.

***

Lelaki terindahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang