4. kucing liar • Stella

83 6 2
                                    

4 buah motor sport memasuki pekarangan rumah Dewa. Mereka mematikan mesin motor nya, dan memasuki rumah Dewa. Tidak perlu menunggu sang pemilik rumah, mereka langsung menyelonong masuk, menganggap bahwa rumah Dewa adalah rumah mereka sendiri.

Sudah kebiasaan mereka sejak memasuki bangku SMA, mereka selalu bermain bahkan menginap di kediaman sahabat nya itu.

Rumah dewa memang terbilang sepi, karena pembantunya sedang cuti dan adik nya sedang mengikuti les berenang. Kedua orang tuanya pun sibuk mengurusi pekerjaan.

"Huhhh cape banget gue" Daffa membanting dirinya di sofa yang sangat empuk. Mereka sedang berada di ruang tengah.

"Gue lapar anjir" ucap Dhani sambil memegang perutnya. Ucapan nya itu membuat para penghuni disana menatap nya horror.

"Eh bangsul, lo kan tadi udah ngabisin makanan gue anjir" ucap Daffa kesal.

"Emang bener bener perut karet tuh si dhani" timpal Dhika.

"Gue kesian dong sama emak nya. Punya anak kok perut nya kek gentong, bisa nampung banyak makanan" Dewa menggelengkan kepalanya. Aneh, mengapa ia bisa mempunyai sahabat seperti ini~pikirnya.

Dhani melangkahkan kaki nya menuju dapur. "Bilang aja iri" ucap nya acuh. Ia tak peduli dengan ucapan para sahabatnya yang menyakitkan. Karena menurutnya ada yang lebih menyakitkan, yaitu tidak makan saat ia lapar.

'Beri satu ucapan untuk si ganteng yang doyan makan ini.'

'Bacot thor'

"Kok firasat gue gak enak ya guys" dewa merasa ada yang mengganjal di hatinya. Ucapannya itu membuat kedua sahabatnya langsung menatapnya.

"Dewa gawat dew si Dhani belum balik balik kesini. Jangan jangan--" ucapan Dhika terpotong karena teriakan Dhani yang baru saja datang ke ruang tengah.

"Hallo epribadeh. Kembali lagi bersama saya Dhani Mendes, adik nya Shawn Mendes yang ganteng dan unyu. Lihatlah permisahh saya membawa segudang cemilan dan ya, sekian dulu ya permisahh Babay muach"

"DHANIII!?" Dewa membelalak melihat ke arah sahabat nya yang membawa cemilan di tangannya.

"CEMILAN ADEK GUE NGAPAIN LO BAWA!?" Lanjutnya masih dengan teriakan yang membahana. Mampus ini mah kalo si sefi tau kalo cemilan nya di bawa dhani ~batin nya.

Dhani tidak peduli bahwa cemilan ini milik sefi a.k.a adik nya Dewa. Di pikiran Dhani hanyalah makan makan makan.

Dewa menatap nanar cemilan yang di makan Dhani. Begitu pula dengan Daffa dan Dhika yang menatap iba kepada Dewa.

"HAI ABANG! INCESS DATANG NIHH. RED KARPET NYA MANA WOY" teriakan yang membuat ke empat laki laki itu kaget bukan main. Terutama Dewa yang paling kaget atas datang nya suara ini.

Bukan karena suara yang memekakkan telinga. Tapi, suara ini suara yang sangat ia takuti sekarang.
Menoleh ke arah sumber suaranya saja Dewa tak berani.

"Abang!" Suara dan sebuah tepukkan di bahu dewa membuat dewa terkejut. Perlahan lahan ia menengok ke belakang. Dewa berusaha bersikap seperti biasa nya. "E-ehh s-sefi udah dat..ang" ucap nya terbata bata.

Adiknya mengangguk dan tersenyum. "Iya bang! eh ada temen Abang juga ya. Hallo para abang abang, sefi ke kamar dulu ya" ucapnya lalu melangkah menuju kamar.

Dewa hanya pasrah, 5 menit kemudian ia melihat sefi yang keluar dari kamarnya lalu menuju dapur.

"Abang cemilan sefi kok gak a--"
Ucap sefi dari arah dapur yang terpotong karena ia melihat snack nya berhamburan di mana mana, dan sudah kosong tidak berisi.

Friendship GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang