Jam tangan yang melingkar dipergelangan Alvaro menunjukkan pukul 11 malam, teman temannya sudah pulang sejak pukul 8. Alvaro masih ingin menikmati ketenangan ini, namun Melva sudah mengirim pesan agar Alvaro segera pulang
Jalanan kota Jakarta yang padat dibelah dengan motor sport merah kesayangan Alvaro. Ia mengendarai dengan kecepatan sedang sembari menikmati udara malam. Sesampainya dirumah Alvaro segera memarkirkan motornya digarasi, ia berjalan santai memasuki rumah. Dan seorang pria paruh baya tengah duduk menghadap langsung kearah Alvaro, siapa lagi jika bukan papa Alvaro
"Pukul 11 malam. Dari mana kamu?!" Ucap papa Alvaro
"Cafe" Alvaro masih terus berjalan melewati papanya yang tengah menatap tajam anak pertamanya ini
"Berhenti Alvaro! Saya sedang bicara denganmu! Tunjukkan sedikit sopan santunmu itu nak!"
Alvaro menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap pria itu. Tatapan tajam namun terkesan dingin menghiasi bola mata Alvaro
"Apa?" Tanya Alvaro dingin
"Jam segini baru pulang! Apa kata tetangga nanti hah?! Kerjamu hanya bikin malu keluarga! Mau taruh dimana muka papa hah!"
Alvaro hanya diam saja, sejak kapan pria didepannya ini peduli dengan omongan para tetangga? Bukankah dia hanya memikirkan dirinya sendiri? Lalu untuk apa papa Alvaro sampai repot repot mikirkan omongan para tetangga
"Sejak kapan anda memikirkan omongan para tetangga? Bukankah anda sibuk mengurus pekerjaan?" Tanya Alvaro dingin
"Papa kerja demi kamu dan keluarga ini Varo!" Bentak papa Alvaro
"Demi saya? Keluarga? Haha jangan bercanda! Papa cuma bisa marahin Varo tiap hari, apa pun yang Varo lakuin selalu salah dimata mama sama papa! Varo pulang sore dimarahin, papa pikir Varo ngapain pulang sore? Varo sekolah pa, pulang juga butuh waktu!" Alvaro benar benar emosi menghadapi papanya, berbicara dengan nada tinggi sehingga Melva dan mamanya yang tadinya tidur jadi terbangun
"Ada apa ini?! Malam malam teriak teriak kalian pikir ini dimana?!" Mama Alvaro turun dari tangga untuk melihat ada keributan apa
"Ajari anakmu ini tentang tata krama Eva!" Kata papa Alvaro kepada mamanya
"Aku? Kenapa gak kamu aja? Dia juga anakmu!"
Alvaro benar benar muak dengan semua ini, selalu saja berujung perkelahian keluarga. Tidak bisa kah keluarga ini damai walau hanya sehari?
"Cukup! Mama sama papa kenapa berantem sih? Ini udah malem ma, pa" kata Melva
"Kamu tau apa?! Masih kecil ikut campur urusan orang tua! Mending kamu keatas, tidur!" Bentak mama Alvaro
"Sudah hentikan! Jangan marahin melva! Kalian tadi bilang apa? Ajarin tata krama? Apa kalian sendiri punya tata krama? Bertengkar dihadapan anak berusia 15 tahun! Sebelum kalian nyuruh Varo belajar tata krama, mending kaliam dulu yang belajar apa itu tata krama!"
Plakk!
Sebuah tangan kekar menampar pipi kiri Alvaro. Melva terkejut melihat kakak yang sangat disayanginya ini ditampar oleh papanya sendiri
"Jaga bicara kamu nak! Papa gak pernah ngajarin kamu kurang ajar sama orang tua!"
Alvaro tersenyum miring, kurang ajar katanya? Memangnya orang tua Alvaro pernah mengajarinya sopan santun atau bahkan tata krama? Peduli saja tidak pernah
"Wow, Varo mau tanya dong pa. Emangnya papa sama mama pernah ya ajarin Varo sopan santun atau tata krama? Kalian peduli aja gak pernah haha" ucap Alvaro yang diselingi dengan tawa hambar
"Kamu bener bener kelewatan Varo! Mama malu punya anak kaya kamu! Selalu pulang malam, ga pernah sopan, suka tawuran, apa ini didikan kami selama 18 tahun hah?!"
"Mama bicara didikan? Apa mama pernah didik Varo dengan benar?! Mama sama papa cuma peduli sama kerjaan kerjaan dan kerjaan aja! Varo selalu berusa biar mama sama papa bangga sama Varo! Varo selalu dapet peringkat 1 disekolah, Varo juga jadi ketos disekolah, sertifikat lomba Varo banyak, tapi apa mama sama papa bangga sama Varo?! Gak kan! Mama sama papa ngelirik Varo aja nggak! Jadi jangan pernah bicara soal didikan mama papa terhadap Varo!" Alvaro berjalan pergi menuju pintu, ia ingin pergi ke rumah Kevin. Hanya itu tempat Alvaro menenangkan hati dan pikirannya
"Alvaro!" Panggil mamanya tegas, Alvaro hanya menghentikan langkahnya tanpa menoleh sedikit pun
"Mama sama papa kerja demi kamu dan Melva!" Kata mama Alvaro
"Saya tau, tapi saya tidak peduli. Tidak usah repot repot memperdulikan sikap saya, pedulikan saja pekerjaan anda nyonya Eva"
Alvaro berjalan meninggalkan rumah yang selalu membuat kepalanya pusing, ia berniat pergi kerumah Kevin. Hanya kepada Kevin saja Alvaro dapat terbuka
***
"Varo! Kenapa lo kesini malem malem?" Tanya Kevin yang sudah diambang pintu
"Diem, gue boleh masuk?" Tanya Alvaro
Kevin menganggukkan kepala, ia membawa Alvaro menuju kamarnya dilantai atas. Keluarga Kevin sudah mengenal Alvaro sejak lama, hanya Alvaro dan Aldo yang bisa bebas berkeliaran dirumah Kevin. Kevin memasuki kamarnya, tak lupa ia juga mempersilahkan Alvaro untuk masuk. Alvaro duduk dipinggir tempat tidur, ia mengacak rambutnya frustasi
"Berantem lagi sama mama papa lo?" Tanya Kevin yang ikut duduk disebelah Alvaro. Alvaro hanya mengangguk pelan
"Lo yang sabar aja ya" Kevin mengusap pelan bahu sahabatnya ini, ia ikut merasa sedih melihat sahabatnya yang selalu saja bertengkar dengan orang tuanya
"Gue capek Vin" ucap Alvaro pelan
Kevin hanya mampu diam membisu, ia tak mampu berbuat apa apa. Ikut campur pun Kevin tak berhak, ia hanya mampu menenagkan Alvaro tak bisa lebih dari itu
"Lo istirahat aja ya, besok sekolah. Seragam cadangan lo ada dilemari, night boy" ucap Kevin yang menepuk punggung Alvaro pelan setelah itu pergi menuju kamar sebelah
Alvaro menghembuskan nafasnya gusar, ia melepas sepatu dan berganti baju santai yang ada dilemari Kevin. Alvaro memutuskan untuk tidur, melupakan pertengkaran dengan orang tuanya sejenak. Berharap hari esok bukanlah hari hari yang berat seperti yang Alvaro jalani setiap harinya
KAMU SEDANG MEMBACA
A L V A R O [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaCinta bukan tentang bagaimana seseorang menunjukkan kasih sayang terhadap pasangannya saja, tapi cinta juga tentang bagaimana cara seseorang merubah segalanya yang dulu sangat hampa menjadi lebih berwarna. Bisakah hati yang telah lama membeku kembal...