Chapter 1 - Sekolah Baru

40 4 0
                                    

15 Maret 2018

Pagi ini, pagi yang begitu cerah. Matahari seperti sedang bersahabat dengan manusia. Dan tentu, banyak orang yang menyukai cuaca pagi ini. Tidak panas dan juga tidak dingin.

Terlihat di jalanan ramai pejalan kaki yang berlalu lalang melakukan aktivitasnya sambil menikmati pagi. Tak hanya itu, di sekitar sekolah tepatnya di SMA, banyak anak-anak yang hendak menuju kelas. Mereka tampak senang dengan suasana pagi ini. Ada yang berbincang disertai tawa dan Ada juga yang berlarian kecil sambil melompat-lompat seraya menggenggam tangan temannya. Seperti bukan anak SMA ya...

Pagi ini begitu hangat, orang-orang terlihat begitu bahagia tak ada wajah sedih yang mereka tampilkan. Namun, berbeda dengan gadis ini. Ia berjalan dikoridor sekolah dengan begitu malas. Hari ini adalah hari yang bisa dibilang tidak disukainya.

Ya, hari sekolah.

Dia sangat malas untuk datang kesekolah, bukan karena pelajaran atau guru nya yang tidak menyenangkan. Tapi karena manusianya, manusia yang katanya akan menjadi seorang pemimpin kelak. Ya, laki-laki. Dia tak suka jika ada laki-laki disekitarnya. Lebih tepatnya, ia benci.

Entah apa yang membuatnya benci dengan laki-laki, padahal ia baru lima hari tinggal dikota ini. Hampir tidak mungkin ada orang yang menyakitinya. Kalau pun ada, tidak mungkin ia bisa sebenci ini, benci pun mungkin hanya ke orang itu saja. Tak mungkin, dengan laki-laki yang lainnya juga benci.

Jika saja di sekolah ini hanya ada perempuan, mungkin dia tidak akan semalas ini untuk berangkat. Pikir gadis ini. Sayangnya, sekolah yang saat ini ia tempati adalah sekolah umum. Tentunya ada laki-lakinya juga. Lagipula sudah tiga hari dia bersekolah di sekolah ini, seharusnya ia sudah terbiasa.

Ia menghela nafasnya, "Ah sial, mengapa mereka berdiri didepan kelas sih?" Pikirnya.

Didepan sana, tampak lima orang laki-laki yang berdiri didepan sebuah ruangan. Dibagian atas pintu masuk ruangan tersebut terdapat sebuah papan kecil penanda ruang kelas, disana tertera tulisan "XI MIPA 1". Itu ruang kelas gadis itu.

Ia yakin bahwa lima orang yang ada didepan kelasnya itu merupakan teman sekelasnya, walaupun ia tak begitu yakin karena ia sendiri tak ingin berkenalan ataupun mengenal teman laki-laki dikelasnya.

Dia (gadis itu) berjalan malas dan hanya menatap kosong ke depan tanpa sedikitpun berniat melihat apalagi menyapa lima manusia yang ada dihadapannya.

Sesampainya ia di depan kelas...

"Pagi Zyva" sapa salah seorang diantara gerombolan tadi.

Ya, gadis yang berjalan malas tadi bernama Zyva. Lengkapnya, Ameera Zyvanya Putri.

Zyva terus berjalan masuk kekelas, tanpa menghiraukan sapaan pemuda tadi.

"Sombong kali bah! baru juga berapa hari pindah kesini" celetuk teman pemuda yang menyapa Zyva tadi. Namanya Naufal, kerap dipanggil opal.

"Positif thinking aja pal, mungkin dia masih ngantuk. Ngga sadar ada yang nyapa dia", jawab temannya yg satunya lagi-Alex.

"Apaan sih lex, masih pagi ni. Seharusnya masih fresh dong, jangankan ngeliat bahkan ngelirik aja kagak. Apaan sih, sok cakep banget."gerutu temannya yang agak sedikit lebih pendek dari yang lainnya-Raihan.

"Ya emang cakep sih bro, wajar aja kali. Orang cakep mah bebas haha" sanggah Alex lagi sambil sedikit tertawa.

"Ya.. iya juga sih.." jawab Raihan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Eh bro, kok daritadi lu diem aja sih? Ngeliatin apa lu ha?" ucap pemuda yang tadi menyapa Zyva, ia bernama Faisal. Sambil menyenggol siku orang disebelah kanannya.

Laki-laki disebelah kanan faisal tampaknya tengah memikirkan sesuatu. Dia terlihat kaget saat Faisal menyenggol siku nya.

"Eh maaf maaf, ngga ada apa-apa kok" Jawab temannya yg disenggol tadi.

"Halah jangan bohong, gue tau nih dzak. Lo pasti heran kan siapa cewek tadi?" tanya faisal. Orang yang disenggolnya tadi bernama Dzaki.

"Hehe iya nih sal, siapa dia? aku baru nampak"

Berbeda dari teman-temannya yang terbiasa berbincang dengan panggilan "lo", "lu", "gue" dan "gua" yang merupakan panggilan lumrah didaerah perkotaan. Dzaki lebih terbiasa menggunakan kata "aku" dan "kau" atau "kamu" dan "saya". Jika dia menggunakan "lo" dan "gue" akan terlihat dan terdengar aneh di telinga orang yang ia ajak bicara. Karena Dzaki sendiripun merasa janggal jika menggunakan kata itu dan itu berdampak pada apa yang dikeluarkannya.

"Yaiyalah lu baru nampak, dia kan.." belum selesai Faisal berbicara, Naufal langsung memotongnya.

"Makanya sekolah dzak, biar lo tau ada anak baru cakep disini, masuk kelas kita lagi. Kan sayang banget kalau ngga kenal dia" ucap Naufal mencoba menggoda Dzaki.

"Ya maaf atuh, aku kan sakit kemaren. Mana bisa sekolah" jawab Dzaki dengan tampang polos.

"Polos amat sih lu, heran gue. Padahal dah lama kita kenal, kenapa gue masih ngerasa lawak yak hahaa"-Raihan

Dan usaha Naufal sia-sia saja. Dzaki menjawabnya dengan santai tanpa ada sedikitpun terganggu dengan perkataan Naufal.

"Eh, kenapa sih? Aku salah ngomong kah?"-Dzaki yang masih mempertahankan muka polosnya.

Bukan mempertahankan, lebih tepatnya mukanya memang polos.
Memang, Dzaki terkenal disekolah karena kepintarannya, kebaikannya dan tak ketinggalan keluguannya.

"Engga kok, lu ngga salah. Raihan aja yang suka gitu, kayak ngga kenal dia aja. Udah biarkan aja dia."-Alex
"Eh iya, lu nanya cewe tadi kan? Namanya Zyva, dia pindahan dari kota sebelah anaknya gitu cuek pake banget tapi ngga tau deh kedepannya gimana." Tambahnya.

Dzaki hanya manggut-manggut, seakan-akan ia mengatakan "Oh gitu.."

Ting Tong (bunyi bel)
Bertepatan dengan itu, lonceng pertanda masuk berbunyi.

"Eh guys udah lonceng tuh, yuk masuk!" ajak Naufal.

"Ayoklah ayok, pagi ini kita belajar fisika. Bapaknya ontime banget lagi"-Faisal.

"Iya iyaa, ayo kita masuk sebelum bapaknya masuk ke kelas."-Dzaki.
..
..
..
..
..
Ahad, 2 Juni 2019
Nadhifa Tulkhairat

Hai!
Akhirnya, chapter 1 kelar.. Gimana dengan chapter ini? Garing ya? Hehehe maaf ya kawan. InsyaaAllah, chapter selanjutnya ngga garing lagi. Doa'in ya! Dan tetap baca! Jangan bosen.. Okey?

Terima kasih yaa😊

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang