Chapter 4 - Jatuh

23 3 0
                                    

21 Maret 2018

Pagi ini angin berhembus amat kencang, pohon-pohon yang menjulang tinggi tampak menari mengikuti arah angin, dan sampah plastik serta dedaunan berterbangan tak tentu arah. Para pejalan kaki yang berlalu lalang tampak bersusah payah menahan kencangnya hembusan angin yang menerpa pagi ini.

Di seberang sana tepatnya di sebuah halte, Zyva tengah duduk menunggu bus sekolah yang biasa menjemputnya sambil melihat ke kanan dan ke kiri.

"Sepertinya akan hujan lebat" pikirnya.

Sudah sekitar seminggu lamanya, ia berada dikota ini. Tak ada perubahan, ia masih seperti sebelumnya. Tak banyak bicara dengan orang lain. Terutama dengan laki-laki, tak sedikitpun.

"Hai Zyva" sapa seseorang yang datang dari arah lain. Merasa terpanggil, Zyva pun reflek melihat ke arah orang tersebut. Melihat siapa yang menyapanya tadi, ia langsung membuang mukanya kembali melihat jalan raya.

"Anak ini lagi", rutuknya dalam hati.

"Hei, kamu lupa aku?" Orang itu langsung duduk disamping Zyva sambil melihat ke arah orang yang ia ajak bicara, tak lupa ia juga mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Zyva.

Selang beberapa menit, tak ada respon dari Zyva. Ia (orang itu) menghela nafas dan mengikuti arah pandangan Zyva yang tengah menatap dedaunan yang berterbangan dijalan raya.

"Seharusnya aku tau kamu ngga bakal ingat aku.." gumamnya kecil.

Zyva yang mendengar itu reflek melihat orang yang berada disampingnya. Namun, ketika orang itu melihatnya Zyva buru-buru mengalihkan pandangannya kembali.

Masih melihat ke arah Zyva, orang itu kembali membuka suara. "Sekali lagi, aku ngenalin diri ke kamu ya.. kenalin, namaku Dzaki." ia tersenyum meskipun tak diindahkan oleh Zyva.

Setelah mengatakan itu, ia kembali melihat ke jalanan. Walaupun yang ia ajak berkenalan tidak menjawab sepatah kata pun, ia tetap melanjutkan pembicaraannya yang jika dilihat-lihat seperti tengah berbicara sendiri.

"Aku heran deh, kenapa sih kamu kalau ketemu sama cowok selalu masang muka ngga suka dan ngga pernah mau ngomong. Kamu ada masalah apa sih? Apa kami ada salah sama kamu? Bilang aja, terus terang aku ngga nyaman kalau liat ada teman di kelas ku yang diam terus, menyaut saja tidak. Kalau kamu ngga keberatan kamu bisa cerita ke aku, mungkin aku bisa bantu" kata Dzaki panjang lebar tanpa tanggapan yang berarti dari seorang Zyva. Dan bertepatan saat ia berhenti berbicara dan hendak menarik nafas untuk bertanya kembali guna menghilangkan rasa penasarannya, bus sekolah yang mereka tunggu tiba.

Tanpa menghiraukan orang yang sedari tadi mengajaknya bicara, Zyva langsung menaiki bus itu.

Dzaki membuang nafasnya kasar, "..dan seharusnya, aku tau kamu ngga bakal mau jawab" gumamnya kecil.
"Lihat Zyv, aku ngga bakal nyerah. Aku akan terus coba buka suaramu gimana pun caranya" sambungnya dalam hati, lalu melangkah menaiki bus.

*

Siang hari yang cukup terik hari ini, membuat banyak keluhan dari siswa/i SMA ini. Terlebih lagi siswa/i kelas XI MIPA 1 yang saat ini akan mengikuti jam olahraga. Dimana semua kegiatan yang akan mereka lakukan akan terpaku di luar ruangan yang tentunya mereka akan merasakan panasnya matahari secara langsung.

Angin kencang pagi ini ternyata tak mampu membuat awan kembali menangis seperti beberapa hari yang lalu.

"Perhatian untuk teman-teman sekalian, diharap untuk segera berkumpul di lapangan sekarang karena bapak kita sudah berjalan menuju lapangan. Kita harus sampai disana sebelum beliau ya, ayo cepat guys" Ujar seseorang yang merupakan ketua kelas dari kelas ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang