Pastelizzie : 1

499K 25.3K 1.5K
                                    

"Hoaammm" gue menguap lalu mengubah posisi tidur gue menjadi duduk.

Setelah kesadaran gue cukup penuh, gue ngelirik jam diatas nakas gue.

"WHAT?! JAM 7!!" gue langsung lari kekamar mandi.

Gue. Telat. Sangat telat. Sekolah gue masuk jam 7, tapi gue malah baru bangun. Setelah mandi bebek tadi, gue langsung pake seragam dan lari kebawah. Dengan langkah tergesa-gesa, gue hampir aja jatoh ditangga.

"Loh, Lizz? Mau kemana?" Tanya Mom heran.

"Ya kesekolah lah, Ma. Aku udah telat nih! Bye, Ma" ucap gue lalu ngecup pipi Mama.

"Lizz ta-" baru Mama mau mengucapkan sesuatu, tapi gue udah lari duluan.

"Pak, ayo cepet berangkat. Aku udah telat" ucap gue ke supir gue. Yang diajak ngomong malah melongo.

"Ih kok diem aja sih?! Yaudah sini kunci nya, biar aku berangkat sendiri" gue ngerebut kunci mobil dari tangan supir gue, Pak Rukiman.

Gue ngendarain mobil berkecepatan tinggi. Kalo aja hari ini ga ada ulangan fisika yang gurunya super killer itu, gue ga bakal bela-belain sekolah, tapi gue bakal lanjut tidur tadi.

----------------------------------------

Sepi. Sekolah gue sepi banget. Cuma ada beberapa anak cowok main basket di lapangan. Pasti udah pada masuk kelas.

Tanpa babibu gue lari ke kelas gue yang berada dilantai dua. Setelah cukup lama berlari, gue sampe didepan kelas gue. Gue ngatur napas gue. Gue takut kalo pak Herry-guru tergalak seantero sekolah ini- marah gara-gara gue telat masuk. Akhirnya gue beraniin diri buka pintu kelas dengan sedikit napas yang tertahan.

Blam.

Kosong.

Sunyi.

Cuma ada kursi dan meja yang berderet rapih.

Gue heran banget. Gue mundur keluar dan melihat keatas pintu tertera "XII IPA 4" bener ini kelas gue, kok. Tapi pada kemana ya. Batin gue.

Daripada bingung, akhirnya gue putusin buat sms seatmate gue, Tissa.

Tiss lo dimana? Kok dikelas kosong?

Sent.

Sambil nunggu balesan sms Tissa, gue turun kebawah. Gue berjalan melewati tengah lapangan, mencari jejak teman-teman gue.

"Eh! Awas!" Teriak seseorang dari seberang sana.

Gue mendongak. "Aww!!" rintih gue pada saat bola basket tepat mengenai muka gue.

"Lagian lo ngapain sih disitu?" tanya seseorang.

Gue mendongak. Ternyata Kafka. Iya Kafka Alaska. Dia itu anak basket. Cowok terpopuler seantero SMA gue ini. Dia blasteran Indo-Jerman. Berperawakan tinggi, putih, rambut coklat plus dengan jambulnya, mata berwarna coklat madu dan senyum yang sangat menghipnotis. Okay. Gue akuin dia emang ganteng, kaya, almost perfect. Tapi, sayangnya dia playboy. Dia Badboy. Dan gue benci itu.

"Woi, diem aja lagi lo. Siniin bola gue." ucap Kafka mengagetkan lamunan gue tentangnya.

"Lo ambil aja sendiri! Sakit tau! Bukannya minta maaf malah nyuruh-nyuruh" protes gue.

Mungkin cewe-cewe yang ada diposisi gue sekarang udah loncat-loncat kegirangan karena diajak ngomong sama Kafka. Tapi sayangnya gue enggak.

"Bukan salah gue. Salah lo sendiri. ngapain juga lo disitu" timpal Kafka.

"Orang gue lagi nyari temen-temen kelas gue" balas gue sewot.

"Temen- temen kelas lo?" Tanya Kafka. Terulas senyuman miring di wajahnya.

"Emang lo kelas berapa?" tanyanya lagi.

"XII IPA 4"

"Ohh, i see. Tadi gue liat anak-anak kearah laboratorium. Katanya mereka ada ujian praktek mendadak. Kayanya itu kelas lo"

"Hah serius?! Okay, thanks!" Gue panik dan langsung lari ke dalam lab.

Dan ternyata...

Kosong.

Lab kosong gak ada siapa-siapa. Gue mengernyit bingung.

"Hahahaha" tiba-tiba seseorang tertawa keras dibelakang gue.

Gue menoleh. Kafka?

"Stupid girl. Dont you remember? Sekarang tuh tanggal merah hahaha" ucap Kafka disela-sela tawanya.

Sialan. Kok gue bego banget. Pantes aja daritadi kayak ada yang aneh. Lizzie bego. Muka gue pasti sekarang udah merah antara malu dan kesel karena udah dikerjain Kafka.

"Sialan lo. Pake ngerjain gue segala pula. Lo gatau apa gue udah panik." Gerutu gue.

"Hahaha itu sih derita lo-" ucapan Kafka menggantung lalu dia melihat nametag diseragam gue. "-Pas..tel..lizzie" Kafka melanjutkan ucapannya dengan mengeja nama gue.

"Wait, what? Pastelizzie? Is that your name? Pas-tel-liz-zie?" Tanya Kafka dengan menekankan nada dibagian nama gue.

Gue hanya menatap dia datar dan mengangguk.

"Hahahah you must be kidding me. Sumpah, kenapa nama lo "Pastel"? Kaya nama makanan tau gak. Antara nyokap lo gak kreatif atau lagi ngidam Pastel pas hamil lo" Kafka mengejek gue dan tertawa puas.

Gue mendengus kesal. Ini cowok bener-bener nyebelin. Kenapa bisa semua cewe tergila-gila sama dia.

"Kayak nama lo gak aneh aja. Kafka Alaska. Apaan tuh, Alaska kan nama tempat" bales gue sewot.

"Yee, seenggaknya Alaska masih keren, ya. Lah, ini Pastel. Itu nama apa gorengan HAHAHAH" tawa kafka meledak kembali.

Sial. Ada benernya juga si Kafka. Pipi gue sekarang memanas karena kesal dan malu. Nyokap-Bokap gue kepikiran apaan sih waktu namain gue.

"Terserah lo aja deh. Gue mau pulang." Ucap gue.

"Terus? Curhat gitu sama gue?" Bales Kafka.

Gue hanya memutar bola mata gue dan langsung melongos pergi.

"Bye, Pastel!" teriak Kafka lalu tertawa puas.

"Nama panggilan gue Lizzie bukan Pastel!" Teriak gue sambil menoleh ke Kafka dan melanjutkan langkah gue.

Kafka yang mendengarnya hanya tertawa.

----------------------------------------

[A/N]

Halooo! Makasih banyak buat semua yang udah baca cerita ini. Maaf kalo agak aneh atau belibet kata-katanya. Soalnya ini baru pertama kali buat gue hehehee. Keep reading ya guyss jangan lupa vomment laffyouu ;))xx

PastelizzieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang