THREE

3.6K 72 2
                                    

Pereman bertubuh besar itu langsung terhempas dan terkapar di tempat. Itu pasti sakit sekali. Allea sampai meringis seolah merasakan sakitnya. Sementara pereman yang satunya terlihat gelagapan. Allea mengerjapkan matanya terbelalak melihat seorang pria berjaket hitam berdiri di hadapannya sambil menggandeng tas yang cukup besar.

Pereman bertubuh kekar itu bangkit sambil meringis memegangi perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pereman bertubuh kekar itu bangkit sambil meringis memegangi perutnya. "Siapa lu? Bosen idup lu, berani nyerang gua?" ujarnya dengan kepalan tangan serta raut wajah yang kelewat marah.

Nafas Allea sedikit merasa lega. Dia merasa lelaki yang tadi menghantam perut pereman adalah malaikat yang dikirim tuhan untuk menolongnya. Dia pun bersedekap di lengan cowok itu. "Tolongin please... mereka mau apa-apain aku. Please tolongin aku."

Cowok itu menoleh sedikit ke arah Allea. Seharusnya Allea bisa melihat wajahnya, tetapi kerena wajahnya tertutup kepala jaket dan juga masker, jadi tidak terlihat di tambah lagi cahaya temaram di sekitar lokasi. Tapi, Allea bisa mencium aroma tubuhnya yang begitu wangi dan menatap pukau mata elang abu-abu miliknya. Dia terpana di waktu yang tidak tepat.

Cowok itu melonggarkan tangan Allea yang mencengkram di lengannya. Barulah kala itu Allea tersentak dan terbangun dari acara terpesonanya. "Mundur!" katanya. Dan dia bersiap-siap ingin menyerang.

BUGH!

BUGH!

Satu serangan kaki mengenai perut pereman bergigi boneng dan satu kepalan tangan mengenai wajah pereman bertubuh kekar. Sebuah awalan yang mengagumkan. Satu orang menyerang dua sekaligus.

Mereka terus berkelahi sampai akhirnya dua pereman itu terkapar lemas. Salah satu dari mereka terlihat melarikan diri dan yang satunya masih terkapar di tanah.

"Lo gak papa?" cowok bermata abu itu berbalik menghampiri Allea. Dia mengernyit seketika melihat Allea menatapnya tanpa berkedip sekali pun. "Lo gak papa?" ulangnya.

"A-ah i-ya.. Kenapa? Ka-kamu nanya apa?" racaunya tak jelas. Cowok itu tersenyum geli melihat tingkah salting Allea.

Astaga Allea! Ini bukan saatnya terpana. Ingat? Kau sedang di ganggu pereman.

"Lo gak pa-"

"HEY!" suara keras itu menghentikan ucapannya dan membuat mereka bersamaan menoleh.

Mata Allea terbelalak menyadari banyaknya para pereman, bukan, lebih tepatnya pasukan pereman. Mereka ada banyak sekali. Bagaimana ini?

"Tenang" bisik cowok itu lalu membawa tubuh Allea ke belakang punggungnya.

Apa katanya? Tenang? Bagaimana aku bisa tenang kalau pasukan pereman bersiap menghajarnya. Ah bukan hanya dia, tapi aku juga. Batin Allea.

Dheffin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang