FIVE

2.4K 62 20
                                    

Jika tidak mengerjakan tugas atau pun buku itu tertinggal di rumah adalah ancaman bagi siswa-siswi semisal Allea. Maka lain halnya dengan terlambat. Itu lebih mengancam beasiswa yang di dapatnya.

Pagi ini panas, gerah, dan di jemur karena terlambat. Pagi tadi Allea belum sempat sarapan. Ini semua akibat malam tadi dia hanya tidur selama 2 jam. Setengah mati dia menahan ketakutannya setelah menonton berita pembunuhan di televisi. Pikirannya betul-betul di penuhi oleh Arentino dan siapa pembunuh bengis itu.

"Bibir lo pucet, mau gue anterin ke UKS?"

Satu lagi. Allea melupakannya. Dia tidak hanya di jemur sendiri, tapi juga bersama Dheffin. Bukannya dia risih bersama dengan Dheffin, tetapi dia masih tak asing dengan bola mata dan aroma tubuhnya. Itu semua mengingatkannya kepada tragedi pembunuhan. Itu sebabnya dia ingin menjauh dari Dheffin. Dia tak ingin terus-terusan berpikiran negatif. Lagi pula mana mungkin cowok seganteng ini, cowok semenarik ini pembunuh. Mana mungkin.

"A-Aku gak papa kok" jawab Allea menolak dengan halus tanpa berani menatap Dheffin.

"Yakin?"

Allea mengangguk.

Satu hal yang selalu di ucapkan cewek saat dia tidak baik, yaitu aku gak papa. Padahal sudah jelas dia tidak sedang baik-baik saja. Nah giliran sudah jatuh, malah menyalahkan cowok yang katanya gak pekaan.

Belum lama setelah Allea bilang kalau dia kuat, pandangannya tiba-tiba saja berkunang-kunang. Kakinya sudah seperti gel sangking lemasnya. Dan detik selanjutnya semuanya gelap dan Allea tidak sadarkan diri.

🌻🌻🌻

"Al, bangun Al" Iren menepuk pelan pipi Allea, berharap empunya segera sadar.

Perlahan kelopak mata Allea mulai membuka. Rasa pusing masih terasa di kepalanya. Tatapannya mengamati sekeliling ruangan lalu beralih menatap Iren yang terlihat cemas di sampingnya serta Ibel yang tak kalah cemasnya.

"Ya ampun Lea! Akhirnya lo sadar jugak. Gue panik tauk, waktu anak UKS bilang ada murid baru yang ping-" Iren menyikut lengan Ibel, sambil memberi pelototan penuh peringatan.

"Aku kenapa bisa ada disini?" tanya Allea sembari pemijat pangkal hidungnya.

"Nih, minum dulu, Lea" Iren memberikan segelas air putih untuk Allea. "tadi lo pingsan"

Memori di kepala Allea memutar kejadian beberapa menit yang lalu saat terakhir kali sebelum dirinya tak sadarkan diri. Dia sedang menjalani hukuman karena terlambat dan berbicara dengan Dheffin!

Hah Dheffin?

Allea tersedak minum yang di beri Iren tadi. Apa cowok itu yang menggendongnya ke UKS?

"Ya ampun... pelan-pelan, Lea" Iren mengusap punggung Allea, sementara Ibel mengambil gelas itu lalu meletakkannya di atas meja.

"Siapa yang bawa aku ke UKS?"

Ibel menambah lipatan di keningnya "Gak tau tuh, anak UKS kali."

"Emangnya kenapa Le?" tanya Iren.

"Gapapa"

🌻🌻🌻

Bel pulang berbunyi. Allea segera mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Allea melirik sejenak ke arah bangku kosong di sampingnya. Setelah tragedi pingsan tadi pagi Allea memang tak melihatnya lagi sampai saat ini. Dia bolos lagi. Allea tak habis pikir dengan jalan pikiran Dheffin. Mau sampai kapan cowok itu terus-menerus bolos? Apa dia ingin menghancurkan masa depannya?

Dheffin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang