IF I CAN - 15

323 18 0
                                    

"Jika ada yang bertanya, apakah aku bahagia? Dengan tegas aku akan menjawab 'ya, aku bahagia. Karena dialah arti kebahagiaanku.' "

--

Author POV

Libur semester ganjil yang hanya seminggu, akan di dapatkan Andin yang akan dimulai esok hari.

Lebih tepatnya libur akhir tahun.

Hari ini weekend, dan hari ini Andin dan Arkan akan pergi ke suatu tempat yang telah dijanjikan oleh Arkan.

"Dek, Arkan udah di depan tuh," panggil Rifki dari luar kamar Andin, "bentar lagi aku turun, Bang," balas Andin, "cepetan elah,"

Andin berkaca sekali lagi, memastikan dandanan tipisnya tidak menor pagi ini. Setelah itu, ia merapikan bajunya dan mengambil tas serta ponselnya yang berada di atas ranjang.

--

"Lama banget dandannya," ejek Rifki ketika melihat Andin menuruni tangga, "sewot mulu," cibir Andin.

"Kalian mau jalan-jalan ke mana?" Tanya Adi, Papa Andin. "Gak tau, Arkan, Pa," balas Andin seraya mengangkat bahunya, "gak jauh kok, Om. Nanti sore Andin sudah saya antar pulang lagi,"

"Lo jaga adik gue baik-baik, ya," ujar Rifki dengan tegas, "siap, Bang. Pasti,"

Andin dan Arkan berdiri, bersiap untuk pamit, "aku pergi dulu ya, Pa," ijin Andin seraya menyalami Adi dan Rifki, begitu pun yang di lakukan Arkan, "saya sama Andin, pergi dulu, Om. Assalamu'alaikum," pamit Arkan.

"Wa'alaikumussalam," balas Adi dengan mengantarkan Arkan dan Andin ke depan rumah.

Arkan memberikan helm pada Andin untuk dikenakan oleh Andin, "sudah siap, Tuan Putri?" Tanya Arkan dengan senyum yang menghiasi wajahnya, "yes, Sir!" Balas Andin dengan senyuman yang tak kalah manis.

Kedua insan itu pun pergi melaju meninggalkan rumah Andin.

Hari yang indah akan mengiringi waktu yang indah untuk mereka lalui.

--

Bukit.

Ya, Arkan mengajak Andin untuk menaiki sebuah bukit. Ada suatu hal yang ingin dikatakan oleh Arkan pada Andin, "kita bakal naik, Ar?" Tanya Andin ragu ketika tangannya sudah digenggam oleh Arkan, bersiap untuk menaiki bukit yang kini ada di depan mereka.

"Ya. Kenapa, Ndin?"

"Kamu tau kan, kalau kaki aku gak kuat kalau jalan jauh. Sakitnya bakal kambuh lagi, Ar," ucap Andin. Kaki Andin memang bermasalah semenjak satu tahun yang lalu, tepatnya kaki sebelah kiri.

Setahun yang lalu, tanpa di duga Andin terpleset saat hendak berlari ke luar rumah. Hal sepele memang, namun Andin gak pernah menyangka kalau harus separah dan selama ini rasa sakitnya. Sudah di bawa ke tukang urut, namun tidak ada masalah apapun dengan kaki Andin. Jika kalian bertanya mengapa tidak dibawa ke rumah sakit, maka jawaban Andin sangat simple, ia masih trauma dengan suasana rumah sakit.

Andin merasakan begitu nyeri di persendian lututnya apabila terlalu lama berdiri, duduk ataupun berjalan.

Itulah hal yang membuanya begitu tak nyaman saat ini, takut sakitnya itu akan kambuh nanti. "Ada aku, Ndin. Kita bisa istirahat kalau kamu gak kuat, ada tangan aku yang siap nuntun kamu jalan. Ada punggung aku yang siap gendong kamu kalau kamu gak kuat. Jangan khawatir, ada aku. Okay?" Jelas Arkan mencoba menyakinkan Andin. Andin tampak menunduk seraya mengusap lutut sebelah kiri kakinya. Mencoba menguatkan kalau ia mampu.

Andin mengangguk, dan membuat senyum terbit dari wajah Arkan, "ayo," Arkan menggenggam tangan Andin dan berjalan beriringan untuk menaiki bukit tersebut.

[3] IF I CAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang