seven ° open the door

4.5K 941 303
                                    

Matahari cukup terik kali ini. Sangat pas untuk membakar kulit orang-orang dalam barisan yang berada di tengah lapangan itu.

Felix merasakan keringatnya menetes hingga ke dagunya. Wajahnya sudah memerah. Ternyata saran dari ibunya untuk memakai krim cukup berguna.

"Latihan fisik yang terakhir untuk hari ini adalah lari selama dua belas menit. Mengelilingi lapangan berlawanan arah jarum jam. Ada yang ditanyakan?"

"SIAP, TIDAK"  Suara anggota BEM angkatan sembilan belas terdengar kompak saat menjawab pertanyaan dari Lee Juyeon.

Dan kini satu persatu dari mereka mulai berlari mengelilingi lapangan. Felix tidak ingin tergesa-gesa di awal, cukup berlari di barisan tengah sambil mengatur napasnya.

Minho tampak memasuki area lapangan bersama wakilnya, Wooseok. Keduanya berdiri di pinggir lapangan, sejajar dengan anggota kesehatan yang ikut mengawasi.

Minho tersenyum kala Jisung berlari melewatinya. Membuat Wooseok menyikut lengannya agar Minho kembali fokus.

Sudah delapan menit berjalan. Para anggota baru masih terus berlari meskipun kecepatannya berkurang. Felix melirik ke arah pinggir lapangan dengan ekor matanya. Menelusuri satu persatu kakak tingkat yang berdiri di tempat teduh sambil mengawasi.

Changbin memperhatikan beberapa anggota yang sudah mulai tertinggal di belakang. Takut-takut jika ada anggota yang pingsan di tengah lapangan.

"Weh," Bahu Changbin ditepuk.

"Nanti pemilihan ketua angkatan yang baru, lo bisa dateng kan?" tanya mahasiswa fakultas teknik kimia angkatan delapan belas, Kim Yerim.

"Gampang nanti kabarin aja," jawab Changbin sambil mengambil tas miliknya yang terkapar di tanah.

"Sekalian titip ini ya. Taroh aja di kelas gue"

Yerim mengangguk, kemudian berjalan meninggalkan area lapangan.

Sejak tadi Felix melihat Changbin berinteraksi dengan Yerim. Hingga Changbin kembali menghadap depan untuk melihat para anggota di lapangan.
Dan pandangannya bertemu pada Lee Felix. Rambut kecoklatan pemuda Lee itu tampak tersapu angin saat berlari. Wajah berkeringatnya yang terkena cahaya matahari seakan lebih bersinar. Semua tampak bergerak lambat di mata Changbin.

'Cantik' batin Changbin.

Pemuda bermarga Seo itu tak ingin melepaskan tatapannya. Lee Felix sangat indah sekarang.

Felix yang ditatap seperti itu pun merasa bingung. Entah kenapa ia juga merasa tak bisa melepaskan pandangannya begitu saja dari sang ketua komisi kedisiplinan itu.

Seketika pikirannya kembali pada kejadian tadi malam. Ia hanya takut untuk mempercayai ucapan Changbin saat keduanya bersama di dalam gerbong kereta jurusan Manggarai semalam.

Felix terlalu banyak berpikir hingga—

BRUKK

Changbin berlari menuju ke tengah lapangan. Menghampiri Felix yang tiba-tiba terjatuh.

Beberapa anggota kesehatan pun dengan segera membawa tandu lipat, barangkali alat itu dibutuhkan.

Anehnya Changbin tidak langsung menolong, hanya berdiri di depan Felix yang terjatuh di tanah.

"Tidak mendengarkan instruksi? Kalian itu diminta berlari mengelilingi lapangan, bukannya berputar-putar di tengah lapangan seperti ini!"

Felix menoleh ke sekitarnya. Sungguh ia sangat malu. Dirinya berada di tengah lapangan dengan teman-teman lainnya yang melihatnya terduduk di tanah yang tertanam rerumputan kecil ini.

PURZELBAUM [Changlix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang