B E K U

18 0 0
                                    

Sang fajar menarikku pada keheningan hampa. Beriring bersama rerontoknya dedaunan yang mengering. Menghentak nadiku kala kembang-kembang ikut bermuram. Kemarau berucap dan lambaikan salam perpisahan pada satu raga beku.

Kepada siapa aku sekarang bersandar meski dia tinggalkan perih. Dia menampik aku dalam diam. Dia tak tinggalkan satu pesan jiwa pula. Adakah dia akan ikut melarungku kelak.

Guratan luka membakar seluruh asa yang tengah menggegegap. Luapan nada-nada kelu tuangkan benih kepedihan diatas nurani. Aku tak sanggup punguti puing-puing yang dia taburkan di atas bara cintanya.  Angin malahan menyeretku untuk ikut meluruh bersamanya.

Kapankah aku terbebaskan dari dendamnya yang penuh jelaga itu. Agar tak ada lagi lembaran-lembaran lusuh menghantam kelanaku. Dan segera tergores aksara demi aksara yang menggegegap. Untuk gegerkan kembali bongkahan hati yang sempat mengarat.

Jogjakarta, 030619
- Ms -
09.40

MADAH SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang