2

136 8 0
                                    


Ujian Nasional bukan hanya sebagai penentu kelulusan buat anak sekolahan, tapi juga sebagai pembatas sampai kapan lo bisa pacaran. Kakak kelas gue salah satunya, Adri. Hubungan sama pacarnya kandas setelah Ujian Nasional berakhir. Pacarnya sih bilang mau fokus ujian dulu, tapi kelar ujian besok nya pegangan tangan sama cowok lain. Mending kalo pegangan tangan untuk salim perpisahan sama kepala sekolah. Lah, ini pegangan tangan sama anaknya kepala sekolah di bioskop.

Kasihan kalo mengingat cerita nya Adri. Disisi lain itu malah menjadi mimpi buruk gue setelah diputusin Vio malemnya lewat Facebook. Apakah ini pertanda kalo gue memang harus putus?

"Dek, bangun!". Setiap jam setengah enam pagi pembantu di rumah gue, Mbak Mini, selalu diminta Nyokap buat bangunin gue dari tidur yang nyenyak. Nyokap nggak punya waktu banyak buat bangunin karena harus berangkat lebih pagi biar nggak macet di tol. Mbak Mini orang nya cukup tegas. Lebih tepatnya mirip sipir penjara daripada pembantu. Mbak Mini nggak memberikan toleransi banyak. Kalo gue belum bangun tidur juga, Mbak Mini melancarkan aksi kejamnya yaitu, menarik kaki layaknya pemain ski salju profesional. Akhirnya, celana gue juga ikutan melorot.

"Woi, apaan sih, Mbak!" ketus gue sambil mengucek mata.

Pandangan mata gue masih kabur. Dua lampu terang yang menempel di plafon bikin gue buta selama dua detik.

"Bangun, Dek." Kata Mbak Mini sambil menyalakan TV dan menunjuk ke layar. "Tuh, Chalkzone udah mau abis."

"Waduh! Mandi deh aku."

Segera gue bergegas bangun dari kasur. Alarm tidur di pagi hari gue emang berbeda dari anak-anak SD pada waktu itu. Alarm gue dibuat berdasarkan patokan acara TV. Bukan berarti gue nungguin buat nonton kartun Chalkzone, tapi kalo Chalkzone nya mau selesai, itu artinya udah mau jam enam pagi. Gue bisa telat kalo pas nyalain TV, tiba-tiba muncul adegan Spongebob lagi ciuman sama Mrs. Puff. Eh, kayanya itu nggak mungkin terjadi deh. Itu cuma imajinasi gue aja yang terlalu liar. Intinya, kalo acara kartun Spongebob udah mau mulai, artinya gue udah telat parah.

Butuh waktu sebanyak 30 menit untuk menunggu bocah seperti gue mandi. Dua puluh menit nya gue lanjutkan untuk tidur yang cukup, sepuluh menit nya gue mandi beneran. Mbak Mini juga suka gedor-gedor pintu kamar mandi layaknya debt collector yang mau nagih nasabah yang udah ngutang dua tahun.

Emang gue juga kebangetan sih di kamar mandi bisa selama itu. Mungkin ini alasan kenapa gue satu-satunya orang Bali yang nggak makan babi. Babi adalah hewan pemalas yang suka tidur. Gue juga suka tidur. Makanya gue nggak makan babi karena gue bermaksud untuk nggak berkhianat terhadap sesama anggota komunitas suka tidur.

"Dek, cepetan mandi nya. Bocah petualang udah mulai tuh," ucap Mbak Mini sambil gedor pintu kamar mandi.

Gue langsung terjengkang mendengar perkataan Mbak Mini. Gue buka pintu kamar mandi sambil bertanya dengan muka bingung, "Bocah Petualang bukannya jam 12 siang?".

"Abisnya kamu lama sih. Cepet! Seragam nya udah di kasur," Mbak Mini ketawa.

"Lama-lama aku stroke karena Mbak! Cinta Fitri season 20 aja sekalian!" ketus gue.

Gue pun langsung pake baju seragam sekolah yang sebelumnya udah disetrika oleh Mbak Mini. Rambut yang basah nggak berhasil gue keringin dengan sempurna, gue langsung ambil kotak bekel di meja makan, lalu masuk ke mobil. Setiap pagi gue selalu dianterin Om Rohim, supir gue ke sekolah. Om Rohim udah kerja di rumah gue sekitar tiga tahun dan setia juga menjadi teman curhat gue. Di perjalanan menuju sekolah, gue menyempatkan waktu disela kemacetan kota Bekasi untuk curhat tentang tragedi gue diputusin lewat Facebook.

Curhat dengan mantan preman macam Om Rohim menurut gue adalah pilihan yang paling tepat. Kalo namanya mantan preman berarti kisah cinta nya udah melanglang buana. Namun, perkiraan gue salah. Om Rohim bukan playboy yang gue kira seperti di sinetron pada umumnya. Dia udah ditolak berkali-kali. Bahkan, denger cerita mirisnya, Om Rohim sampai menyogok calon mertua nya dengan tanah agar Om Rohim bisa menikah dengan pacarnya. Sampai sekarang gue nggak tau tanah nya berbentuk apa, entahlah tapi pikiran jahat gue membayangkan tanah yang Om Rohim bilang berbentuk tanah kuburan.

FANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang