I Need U (joymin)

436 72 0
                                    

Aku jatuh dan hancur berantakan, mungkin ini adalah kata yang tepat untuk mengambarkan keadaanku saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku jatuh dan hancur berantakan, mungkin ini adalah kata yang tepat untuk mengambarkan keadaanku saat ini. Ku tatap pria yang berdiri di hadapanku, wajahnya yang tersenyum terlihat menyenangkan tapi itu menyakitkan untukku. Dia berusaha mendekatiku dan meraihku keadalam pelukannya tapi dengan cepat, aku menghindarinya. Ini semua karena dia, aku terluka dan hancur karena dia.

"Pergi!" Aku berteriak marah dan melepaskan tangannya yang sekarang berhasil mengenggam tanganku dengan erat.

"Tidak akan sooyoung, kamu membutuhkanku" balasnya dengan suara yang lembut. Aku benci ini, aku benci ketika dia membalas makianku dengan lembut dan penuh kesabaran. Tidakkah, dia mengerti bahwa ini juga berat untukku. Dia menyulitkan aku.

"Aku ingin berhenti jimin, aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku tidak membutuhkan kamu dan semuanya terasa menyebalkan. Jebal! Mengerti keadaanku dan jangan mendekatiku" sekali lagi, aku mengatakan hal kejam tapi park jimin tidak bergerak menjauh ataupun pergi dariku. Dia malah tersenyum dan menampilkan ekspresi yang aku benci.

"Kamu membutuhkanku, dulu kamu mengatakan padaku untuk tetap tinggal. Aku memilih tetap disini bersamamu sooyoungie, aku tahu kalo kamu mencintaiku dan kamu ingin aku disini" kalimat bohongan itu keluar dari bibir nya lagi. Tidakkah dia mengerti bahwa semua yang dia katakan adalah hal yang aku benci. Maksudku, dia mengatakan sesuatu yang tidak ingin aku dengar.

"Tetaplah berbohong park jimin, aku tahu semuanya. Semua kalimat yang keluar dari bibirmu adalah kebohongan dan juga ekspresi wajahmu yang terlihat bahagia merupakan topeng" balasku. Dia tidak bisa melakukan hal ini padaku dan dia juga tidak bisa mengatakan sesuatu yang membuatku tetap berada disini bersamanya. Aku tidak mau mengatakan hal lain ataupun menyakitinya lebih lagi. Semua kebenaran ini membuatku membencinya, dia menyakitiku tanpa ampun dengan kebohongan nya dan aku hampir gila karena nya.

"Park sooyoung! Aku mencintaimu, aku bertahan karena aku mencintaimu. Tidakkah alasan itu cukup untukmu? Jadi ku mohon, bertahanlah" wajahnya terlihat mengeras. Dia berusaha bertahan bersamaku tapi ini balasanku. Aku tidak ingin dia bersamaku, dia mengambil semuanya dariku dan aku membencinya tapi sekalipun aku mengatakan benci, dia tetap segalanya untukku. Dia memenuhi diriku dan juga pikiranku.

"Tidak, silahkan pergi dari sini" aku melepaskan genggaman tangannya dan menunjuk kearah pintu kamar inap ku. Maafkan aku jimin, aku membencimu dan mencintaimu di saat yang bersamaan.

"Maafkan aku sooyoung, aku harusnya mengatakannya lebih cepat. Maaf sayang, aku membutuhkan kamu tapi kamu terus mengusirku dan mengatakan kata-kata yang jahat" dia berlutut di depan kasurku dan kepalanya dia taruh di telapak tanganku yang bebas dari infus.

"Mengapa aku mencintai pria bodoh sepertimu? Mengapa aku mencintaimu dan tersakiti sendirian?" Aku menanyakan sesuatu yang jimin dan aku tak tahu jawabannya. Aku sebenarnya sangat takut saat ini tapi jimin, dia selalu berbohong dan tanpa sadar kebohongan itu menyakitkan untukku. Aku takut sendirian dan aku butuh jimin tapi aku tahu, jika aku mengatakan itu, jimin akan selalu merasa bersalah.

"Maafkan aku" hanya kalimat maaf yang keluar dari bibir jimin. Aku tidak paham, kenapa tuhan membiarkan hidupku seperti ini? Kenapa duniaku selalu berputar dan kembali lagi pada jimin. Aku berusaha melepaskan diri, aku mengusir jimin pergi, memakinya, mengatakan kalimat jahat tapi aku selalu kembali padanya. Apapun yang aku lakukan, aku tetap mencintainya dan aku tidak bisa menahan diriku sendiri. Ini jelas hatiku, perasaan ku tapi mengapa mereka tidak mau mendengarkan aku.

"Aku selalu bicara pada diriku sendiri jimin, kenapa harus aku yang mati? Kenapa harus aku yang mengalami semua ini?" Jimin mengangkat kepalanya dan menatapku, dia tidak menjawabku dan memilih diam. Dia tidak tersenyum ataupun menampilkan wajah yang lembut melainkan dia menangis. Dia memelukku dalam diam, tidak apa-apa, aku akan memperlakukanmu dengan baik, bisiknya.

"Kenapa kamu jimin? Kenapa harus kamu diantara jutaan orang di luar sana?" Aku bertanya lagi.

"Kita sudah di takdirkan bersama" balasnya tapi itu tidak mampu membuatku puas. Aku tidak percaya dengan takdir disaat aku sudah di ambang kematian. Jimin membiarkan aku mengalami ini semua, dia membiarkan aku kesakitan sendirian dan tidak sekalipun membantuku.

"Aku ingin bercerai" aku mengatakan sesuatu yang membuat jimin menatapku dan detik selanjutnya dia terkekeh. Sakit bukan?, aku meremehkan dia tapi yang terjadi adalah sebaliknya, dia malah tersenyum.

"Tidak, sampai matipun. Kamu tetap istriku" balasnya, wajahnya menjadi dingin. Aku sudah mati jimin tapi bibirku tidak sanggup mengatakannya. Aku masih disini karena kamu mencoba mempertahankan aku, penyakit ini membuat aku lelah.

"Aku sudah mati" aku meraih tangannya tapi jimin malah menepisnya sampai pintu kamar inap ku terbuka dan disana putri kecil kami berdiri. Wajahnya terlihat lembut menghadapku dan jimin mendekat, meraihnya lalu mengendongnya kearahku.

"Oemma, gwenchana?" Dia bertanya dan aku mengangguk. tidak ada yang bisa ku katakan di depannya. Dia menatapku sambil tersenyum dan aku meremas selimutku berusaha menahan perasaanku, aku akan meninggalkan dia sendirian bersama appanya yang tidak becus menjaganya. Jimin tidak bisa menjemputnya pulang sekolah ataupun menyanyi lullaby untuknya saat malam.

"Kamu harus membawa dia pergi, dia tidak boleh melihatku dalam keadaan yang menyedihkan bukan?" Lirihku. Jimin tidak membalas, dia memilih menurutiku dan beberapa menit dia kembali lagi sendirian tanpa he ra putri kami. Wajahnya masih sedingin tadi tapi dia tetap mendekat lalu duduk di atas kasur menghadapku.

"Jangan menyerah, tetap bertahan atau aku akan berusaha membuat kamu bangun kembali" jimin terlihat mengusap tanganku yang penuh dengan bekas suntikan. Tubuhku sudah rapuh dan bahkan obat-obatan yang jimin berikan tidak bisa membuatku sehat malahan membuatku menderita.

"Kamu harus melepaskanku" Aku tersenyum, bagaimanapun, jimin tetap suamiku yang berusaha menyelamatkan nyawa istrinya tapi semua obat dan suntikan itu terasa menyakitkan. Aku tidak mau hidup seperti itu lagi. Aku ingin menyerah dan mati saja, tidakkah jimin paham perasaan ku?.

"Aku tidak bisa sayang, aku tidak sanggup kehilangan kamu" dia menyatuhkan dahinya dengan dahiku dan tangannya yang lembut menyentuh pipiku.

"Semuanya memang berat tapi kamu harus melepaskanku jimin. Aku mencintaimu, aku juga tidak mau mati. Aku takut tapi hidup dan bertahan bukanlah pilihanku, semakin lama semuanya semakin menyakitkan" aku menangis dan jimin mencium bibirku lembut. Hangat, ini satu-satunya kehangatan yang tersisa saat ruangan ini terasa dingin menusukku.

"Aku lebih mencintaimu sooyoung, sangat mencintaimu lebih dari kematian itu sendiri. Aku suami yang buruk bukan? Aku tidak membantumu selama ini malahan aku menyembunyikan penyakitmu dan saat kamu di ambang kematian kamu malah mengetahui kebenarannya" aku menggeleng, tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi dan aku tidak ingin jimin menyesali apapun. Kematian tidak seburuk itu dan sekalipun aku mati lalu di hidupkan kembali, aku ingin hidup lagi sebagai istri park jimin. Aku ingin jatuh cinta lagi padanya dan aku ingin menikah lagi dengannya.

"Tidak apa-apa sayang, semuanya sudah terjadi. Ragaku mungkin mati tapi hati ku tetap hidup didalam mu" aku menyentuh dada jimin. Mataku menatapnya lama sebelum semua perasaan sakit itu menyebar, aku sejak tadi berusaha kuat padahal aku sedang kesakitan. Aku menaruh kepalaku di dada jimin dan menutup mataku menghalau semua perasaan kacau ku. Aku hanya ingin meninggalkan kesan baik. Terima kasih park jimin, terima kasih sudah menjadi suami yang hebat dan mungkin sejuta terima kasih saja tidak cukup untuk kamu... jadi aku meninggalkan hatiku dan kenanganku untuk kamu, aku mencintaimu bahkan dewa kematian tahu itu bahwa aku amat sangat mencintai kamu..suamiku..

***THE END***

About Love {Park sooyoung}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang