Gue sayang dia melebihi apapun.
Berharap hubungan kami akan sampai ke jenjang pernikahan, tak ada yang bisa menggantikannya. Hari demi hari gue merasa bahagia ketika berada disampingnya. Tapi sayang, itu hanyalah khayalan. Semenjak saat itu, ketika gue mengenalkan dia ke orang tua gue. Perkataan 'tidak setuju' terucap dari orang tua gue. Tapi walaupun begitu, ia berusaha mendapatkan restu dari orang tua gue."Sekarang lu mau ngapain Di?"tanya gue.
"Aku ga bakal Nyerah begitu aja. Liat aja orangtua kamu pasti ngerestuin kita."kata Aldi.
"Gimana caranya? Sementara kamu selama ini udah ngelakuin hal yang baik."kata gue.
"Aku bakal kerja sayang. Dengan gitu orang tua kamu pasti bakal setuju sama aku."kata Aldi.
"Tapi kan—-"
"Masalah waktu? Tenang kok aku kerja dari pagi Sampe sore aja. Malemnya khusus buat kamu."kata Aldi.
"Tapi aku takut Di, takut kalau ini bakal percuma."kata gue.
"Kamu tinggal doa aja sayang. Gapapa orang tua kamu ga ngerestuin kita, asalkan dimata Tuhan kita itu pasangan."kata Aldi.
Gue hanya mengangguk mengerti.
Itu yang gue suka darinya. Pantang menyerah. Kadang yang gue ga suka dari sifatnya dia itu susah peka apalagi kalo gue ngambek Huftt malah gue yang minta maaf.
Gue sangat penasaran apakah akhir kisah cinta gue dengan Aldi akan bahagia atau tidak. Karena gue sangaaat mencintainya. Dia adalah dunia gue.
Di satu sisi gue memikirkan tentang perjodohan itu. Yap, perjodohan bersama Iqbaal. Walaupun Iqbaal lebih kaya daripada Aldi. Tapi gue ga masalah. Gue memandang hatinya, bukan kekayaannya.
Flashback
Pada saat itu ketika temen-temen alumni smp bokap gue reunian dirumah.
Gue mengetahui diluar sedang ramai orang tua dengan canda dan tawanya melepas kerinduan. Tapi, pada saat itu kebetulan perut ini memaksa untuk membeli makanan karena gue dari pagi belum makan.
Dengan terpaksa gue keluar menerobos kerumunan orang.
"Kamu anaknya pak Hardi kan?"tanya seorang bapak-bapak.
"Iya pak. Ada apa?"tanya gue sambil menghentikan perjalanan gue.
"Duduk disini dulu."katanya sambil menepuk-nepuk kursi kosong Disampingnya.
Guepun menuruti apa perkataannya.
"Kamu kenal sama Iqbaal?..."
"...Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan."katanya.
"Kenal pak. Ada apa?"tanya gue.
"Dia ganteng kan?"tanyanya.
"Kalo dulu dia emang terkenal sama gantengnya pak. Tapi sekarang gatau soalnya ga pernah liat dia lagi..."
"...Memangnya bapak, bapaknya Iqbaal?"tanya gue.
"Iya. Panggil aja Pak Herri."kata pak Herri.
"Owhh."kata gue.
"Sering-sering in ya nelfon Iqbaal."kata pak Herri.
"Memangnya kenapa pak?"tanya gue.
"Bapak mau jadiin kamu menantu."kata pak Herri.
Iqbaal
Gue dulu emang pernah suka sama dia. Dan dia kayaknya juga suka sama gue dulu. Tapi gue cemburu dan kemudian sakit hati ketika Iqbaal bercanda sama Vanessha. Padahal dulu dia itu sering ngode-ngode kalo dia suka sama gue. Entah kenapa, setelah ada Vanessha gue dijatohin pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan (18+) IqbaalX(Namakamu)
Teen FictionTerserah mau dibaca apa kaga Ini mesum!.