Chapter 4

25 4 0
                                    


Chapter 4

Los Angeles, Desember  2016

"Kasih, ihhhhh... cepat dikit dong!" teriak seorang gadis pirang kepada gadis berambut coklat kemerahan.

"iya Cin, sabar dong! Udah rindu banget ya ama bunda?" sindir Kasih sembari memasukkan barang-barangnya ke koper.

"ih apaan sih? Emang kamu sendiri gak rindu ama bunda?"sindir balik gadis pirang tersebut.

"ya rindulah. Tapikan pesawat baru akan take off jam 9. Lah sekarang masih jam 5 kok." Dalih Kasih kepada adik kembarnya, Cinta.

"makanya dari kemarin aku udah bilang, kalau nyusun barang itu harusnya kemarin. Ini malah nyusun setelah subuhan." Cibir Cinta kepada Kasih.

"okey, ini udah ready kok." Jawab Kasih.

Tepat pukul setengah delapan waktu setempat, Kasih dan Cinta telah tiba di Los Angeles International Airport yang terletak di barat daya Los Angeles di kota Westchester yang berjarak sekitar 16 mil dari pusat kota.

Sembari memainkan paspornya Cinta melihat Kasih sibuk dengan handphone nya, pasti lagi chattingan ama bunda, batin Cinta. Padahal dari tadi Kasih kelihatan santai dan gak terlalu sesemangat dirinya untuk pulang ke rumah.

Setelah selesai chek in, Kasih dan Cinta take off  tepat jam 9 pagi waktu setempat.

"huh, untung aja delay gak ada. Jadinya bisa ketemu bunda!"ujar Cinta sambil memainkan majalah yang memang tersedia di dalam pesawat.

Mendengar kata-kata adik kembarnya, Kasih hanya dapat tersenyum tulus. Ia juga sangat merindukan bundanya, bahkan tak dapat lagi dijelaskan.

***

London, Desember 2016

"bagaimana kuliahnya?"tanya wanita yang hampir paruh baya kepada kedua anak kembarnya yang baru saja tiba dari Los Angeles.

"baik kok bun," jawab Kasih pada Bunda.

"ihh, kok bunda tanya tentang kuliah sih? Harusnya tanya kabar kita dong!"seru Cinta tak terima.

"dek, bunda kan selalu dengerin kabar kamu dengan kak Kasih, lagipula bunda sekarang bunda sudah lihat kamu tanpa kekurangan sedikitpun bunda udah seneng. Emang sekarang kamu lagi sakit? Gak kan? "jawab bunda dengan lembut seraya menyentuh kening putri bungsunya. Ia percaya selama anak-anaknya serius dalam berkuliah di Los Angeles, apalagi yang ia khawatirkan? Tentunya ia sangat bahagia atas keinginannnya dipenuhi olah kedua putrinya.

Sedangkan Cinta tidak suka dengan jawaban bundanya, ia selalu berharap mendapat perhatian kecil dari bundanya. Maka dari itu ia lah yang menurutnya paling semangat dalam hal pulang Ke London. Tetapi inilah yang sebenarnya sifat bunda yang Cinta tidak suka, terlalu membanggakan pendidikan bukan kabar dan kondisi dari kedua putri kembarnya. Akan tetapi Kasih dan Cinta tidak mau membuat bunda kecewa dan sedih apalagi tidak adanya kehadiran sang ayah dalam membesarkan mereka,

Sejak kecil, bunda selalu menekankan pada Kasih dan Cinta pentingnya pendidikan. Ia selalu berkata kepada jangan dulu pacaran, sekolah dulu yang benar nanti kalau udah jadi orang sukses tidak akan ada pria yang berani untuk main-main dengan kita.

Siapa yang berani berdebat dengan bunda tentang pendidikan, karena bunda selalu mengelu-elukan pendidikan setelah Tuhannya.

"hmm, gak kok bun. Adek baik kok."jawab Cinta.

"bunda benar dek. Lagi pula bunda kan udah lihat kalau kita berdua sehat. Bunda tenang aja kita berdua sehat kok!" ujar Kasih sambil membelai lengan tangan bunda dengan lembut, seakan menyakinkan bahwa mereka berdua baik-baik saja.

Kasih dan CintaWhere stories live. Discover now