1. Imperfect Hello

3.8K 510 66
                                    

Mengapa ia memohon kepada bintang jatuh?

Tunggu.. Benarkah ia memohon padaku?

Apakah ia melupakan-Mu? Maksudku, jika ia percaya pada-Mu mengapa ia berharap aku mengabulkan permintaannya?

Ah..Tuhan, bolehkah aku berada di sampingnya dan membantunya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



























Seorang pria tinggi tengah berjalan menyusuri trotoar yang sepi. Malam yang gelap tak membuat langkahnya gentar. Setiap tapaknya lebar, agak terburu seperti layaknya dikejar waktu. Beberapa lampu disitu padam, membuat malam ini menjadi lebih gelap dibanding sebelumnya. Surai hitamnya sedikit basah disekitar kening, peluhnya menetes melewati dagunya. Merasa lelah, pria tersebut berhenti di depan pagar sebuah taman. Sesekali ia mengibaskan kaus biru tuanya yang basah dengan peluhnya demi mendapat sedikit semilir angin. Memang, udara terasa lebih panas akibat musim semi yang berakhir dan segera digantikan dengan musim panas, ditambah ia telah berjalan cukup jauh. Sembari mengistirahatkan diri, ia meneguk minuman yang diambil dari tas punggungnya. Matanya sekilas melirik pada jam di taman yang menunjukkan pukul 00.27 lalu pandangannya ia edarkan pada langit yang tidak biasanya berbintang. Raut wajahnya berubah, alisnya terangkat.

"Karena lampunya mati, huh? jadi bintangnya terlihat?"

Shuut

"Huh? Bintang jatuh?"

Satu teguk minuman lagi dengan masih nenatap langit. Detik berikutnya batinnya berujar

"Ah.. Kapan terakhir aku melihatnya?"

Monolog pria ini sambil memasukkan botol minumnya kembali ke dalam ranselnya.

"Haruskah aku membuat permohonan?"

"Ck, seperti anak kecil saja!"

Meski begitu, pria tersebut akhirnya memejamkan mata dan membuat suatu permohonan. Meski lirih, namun sungguh-sungguh.

"Semoga Jinwoo bisa segera bersekolah"

"Semoga hutangku bisa segera lunas"

"Semoga.."
"Semoga...argh!"

Pria tersebut mengacak rambutnya frustasi berusaha menepis jauh-jauh mengenai pikiran yang ada diotaknya serta permohonan terakhirnya.

"Sadarlah Wei! Kau seperti anak kecil saja!"

Erangnya sambil melangkah melanjutkan perjalanan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.























Cklek

Gelap.

Ya, pemandangan pertama yang dilihat adalah ruangan gelap. Wei melangkah masuk dengan sedikit berjinjit melewati amplop-amplop yang berserakan di lantai pintu masuk. Ia bisa memungutnya nanti.

Wei berjalan menuju meja makan menghampiri seorang anak kecil yang tengah tertidur. Agak tidak nyaman sepertinya, karena tangannya digunakan untuk menumpu berat kepalanya, pasti pegal.

My Shooting Star [Weishin][✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang